9. Amanda di...

50 8 2
                                    

Dirga masih berjalan dengan Naisya.
Tanpa disadari dia sendiri menikmati ketenangannya ini.

"Kedengeran kepo nih. Tapi lo sekolah dimana?", tanya Naisya masih menjilati es krimnya.

Dirga berpikir, lebih baik diberi tahu atau tidak?

Dirga menyuruh Naisya mendekat. Naisya yang udah keasikan bakal dikasih tau mendekat, kemudian Dirga berbisik,

"Kepo"

"Ihhhhh! Sombong banget!", jerit Naisya menurunkan alisnya kesal, membuat Dirga terkekeh.

Gadis itu tidak berubah dari saat mereka bertemu.

Berisik,
Tidak tau diri,
Dan suka memaksakan kehendak.

Tapi mungkin itulah ciri khasnya.

Mereka bahkan menghabiskan waktu bersama. Main di timezone, menemani Naisya mencari klip rambut, atau menemani Dirga ke toko skateboard entah apa yang sebenarnya ia cari.

Tapi....

Ketenangan itu tidak bertahan lama.

Handphone Dirga berbunyi, mengalunkan lagu klasik.

"Weh? Gw kira lu suka rock", komentar Naisya.

Tanpa menggubris gadis bawel itu, Dirga mengangkat telepon dari nomor yang dikenalinya.

"Hai Dirga...gimana kabarnya?"

Dia tidak mengenali suara ini. Tapi kalau orang itu kenal, Dirgapun harus waspada.

"Hehe, lu pasti baik-baik aja. Toh, sekarang lu lagi jalan bareng cewek kan? Cewe yg suka dateng ke markas kalian? Siapa dia? Cewek lu?", tanya suara itu lagi, membuat Dirga menoleh ke sekitar, mencari apakah ada orang yang menggenggam telephone.

"Engga, lu gabakal liat gw", balas suara itu.

Ingin sekali Dirga mengejar orang itu, tapi dia tidak bisa membiarkan Naisya sendiri.

"Lu siapa?", balas Dirga menelan ludahnya. Jawaban berikutnya membuat matanya membulat,

"Orang yang sangat menyukai Arina sampai tidak mau dia dicintai orang lain"

Ia terkekeh, kemudian membunyikan sesuatu

Rantai

"Lu..! Yang bunuh Arina ya?!", geram Dirga kehilangan ketenangannya. Di kepalanya terbesit gambaran jasad adiknya.

Dia tidak bisa menampung emosi saat mengingat bahwa orang ini menyiksa adiknya sampai ia tewas.

Dan dia menganggap itu cinta?

"Lu dimana?!", bentak Dirga dengan emosi meledak-ledak, membuat Naisya terkejut dan mundur beberapa langkah.

Namun suara tersebut kembali terkekeh, semakin memperjelas kegilaannya.

"Seharusnya lu tanya, 'Di mana Amanda', karena dia ada di tangan kami, Rantai Hijau"

Mata Dirga membulat.

Amanda?
Kenapa bisa Amanda ada di tangan mereka?
Di rantai hijau?

Mereka sebenarnya mau apa?
Bukan...
Pertanyaannya adalah

Dia mau apa dari Dirga?

Suara tersebut, yang sepertinya juga memantau entah dari mana, terdengar puas dengan ekspresi mata Dirga.

Mata itu cukup untuk menggambarkan kekhawatirannya.

"Yaudah, Dir...Sekarang lu jemput cewe ini, sebelum gw jadiin dia emak dari anak salah satu member rantai hijau"

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang