12. Perseteruan Perasaan

27 6 0
                                    

Dirga menggenggam kayunya dengan kuat, kemudian mengayunnya ke arah kepala musuhnya. Musuh itu langsung tumbang begitu merasakan shock di kepalanya.

Aryapun melempar batu dengan perhitungan yang pas, melumpuhkan pergerakan orang yang mau menghantamnya.

Iya, mereka sedang tawuran.
Tidak dengan rantai hijau tapi dengan sekolah lain.

Sebenarnya pun gengnya Dirga-Thunder-adalah geng gabungan dengan team Dirga sebagai pemimpinnya, sekolah-sekolah lain juga membuat Thunder kecil yang akan bergabung saat terjadi tawuran, menjadi geng yang besar.

Melawan geng lain seperti petir.

Tapi salah satu anggotanya...

Tidak ada di tawuran itu
Maupun pergi ke sekolah

Dimana Arga?
Kenapa dia tidak dengan Dirga saudaranya?

Ada maupun tidak
Dirga tidak peduli

"Dia memang ga ada dari dulu"
_________________________________________
Hari itu

Naisya menunggu di kelas seorang diri, memainkan meja dengan mencoret-coret gambar diatasnya.

Saat ia sedang asik menggambar, mars sekolah berbunyi, menandakan jam pelajaran.

Meja Naisya otomatis menjadi blank dan dia segera mengeluarkan buku dari tasnya. Namun di sudut matanya ia melihat Amanda.

Dan anehnya, kali ini Amanda sendiri.
Tidak ada Arga.

1 menit
2 menit
3 menit

Pemuda itu tidak kunjung datang.

Bahkan 1 jam kedepan.
2 jam berlalu sampai akhirnya mars istirahat pertama berbunyi.

Arga tidak kunjung datang.

Setelah mengucapkan salam pada guru, siswa siswi sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Ada yang main, ngobrol, makan berhadapan, atau keluar kelas.

Namun Naisya tidak bisa melepas pandangannya dari Amanda. Gadis itu terkesan biasa saja.

Padahal orang yang selalu ada di sampingnya tidak masuk, tapi tidak ada sekalipun ia menoleh ke arah bangku kosong dibelakang Naisya itu.

Apa dia tau alasan mengapa Arga tidak masuk hari ini?

Naisya pun terus memperhatikan Amanda seharian ini. Dan benar saja, wajahnya terkesan biasa. Tidak terlihat sedih atau suram dengan ketidak hadiran Arga.

Pada akhirnya Naisya memberanikan diri bertanya pada Amanda saat ia sedang membaca buku di mejanya.

"Manda, si Arga kok ga masuk hari ini?", tanya Naisya biasa saja, seolah pertengkaran waktu itu tidak pernah terjadi. Amanda yang hatinya sudah tergores akibat ucapan Naisya menjawab dengan dingin,

"Lu memang harus tau?", tanya Amanda masih terpaku pada buku. Naisya menghela nafas, kemudian duduk di meja Amanda. Sambil menaikan 1 alis dia balas bertanya,

"Iya dong, gue kan udah tau Arga Dirga siapa? Lagian siapa lu buat nutupin?"

Amanda menghela nafas, kemudian menjawab,
"Kalo Dirga bilang mereka mau tawuran sama SMK Quera. Jadi kemungkinan besar si Arga ikut tawuran"

"Arga termasuk gengnya Dirga juga?"

"Iya. Barengan. Tapi Arga jarang muncul", ucap Amanda membalikan halaman.
Naisya pun paham, lalu beranjak, "Itu doang yang gue mau tau kok"

Sepertinya masih ada percikan musuh diantara mereka. Naisya tidak terlalu ramah ke Amanda lagi, dan Amanda sama sekali tidak menatapnya.

Naisyapun keluar kelas, mencari ketua kelasnya, Xise. Gadis keturunan Tionghoa yang rambutnya di bun seperti puca. Badannya mungil dan suaranya seperti anak-anak,

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang