Naisya bingung.
Ia memutuskan untuk duduk sebentar di bagian game console, kemudian memikirkan kejadian barusan.
"Hm...coba gue inget-inget", pikirnya duduk di depan tv, dibawah tv itu terdapat banyak console game dimulai dari nintendo wii, playstation, bahkan console-console game jadul. Gadis itu kemudian mengambil stick ps4.
"Kita seharusnya bertiga"
"Dirga Arga"
"Mereka kembar ya? Iyasih mereka mirip banget tapi beda sifat"Tanpa sadar, Naisya malah rental PS. Ia menggerakan analog sticknya dengan lincah bersamaan dengan menekan tombol-tombol. Ia berkali-kali melakukan combo untuk menebas musuhnya
"Hee Dirga Arga kembar tohh...dari kata seharusnya bertiga bisa jadi adeknya yang paling kecil meninggal atau ga serumah lagi. Broken home apa ya?", pikir Naisya dengan mata yang masih terpaku ke layar TV.
Saat dia memainkan ini, dia teringat dengan masa lalunya. Dulu dia sering ke lounge sekolah dan memainkan game bersama Weber, teman pendiamnya.
Weber adalah pria tambun berkulit pucat, ia selalu bernafas dengan mulutnya karena hidungnya tersumbat. Tampangnya tidak terawat. Rambutnya gondrong menutupi mata, wajahnya banyak jerawat, dan bibirnya kering pecah-pecah.
Sebenarnya ia memiliki hati yang baik dan bisa membuat Naisya merasa nyaman. Sayangnya dia adalah pemalu yang selalu diam, tidak pernah menuturkan lebih dari 100 kata per hari. Sangking diamnya, dia tidak pernah melawan saat di bully, membuatnya terlihat baik-baik saja.
Naisyapun pernah beberapa kali bertanya, tapi Weber selalu menjawab dia tidak apa-apa. Menuruti itu, Naisya pun membiarkannya.
Lagipula sekolah membiarkan pembullian terjadi untuk melihat reaksi dan kekuatan mental anak itu.
Mereka bisa mengadu ke guru
Melawan bully-nya
Mengajak berteman
Ngajak berantem dengan teman-teman
Masuk ke ruang 'School helper'Banyak pilihan
Tapi Naisya lupa
Bunuh diri pun bisa dilakukan
Hari itu, 10 Agustus, Weber berdiri di batas atap gedung utara. Dengan wajah datarnya ia membiarkan angin menyapu wajahnya, menyingkirkan rambut dari matanya.
Mata yang terbuka lemas, bengkak, dan nanar seakan-akan ia baru menangis selama berjam-jam.
Para bully yang melihat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka termangu tidak dapat berkata apa-apa.
Disaat itu Naisya sedang menaiki tangga ke atap, ingin mencari temannya itu. Tapi saat membuka pintu atap, matahari sedang menyinari temannya yang sudah berada diluar pembatas.
Jantung Naisya loncat, dia langsung berlari ke arahnya, ia menyerukan,
"WEBERR!"
Tapi...
Weber sudah meloncat duluan, hilang dari pandangan Naisya. Begitu gadis itu sampai pembatas...
Weber sudah terkapar di rerumputan, dengan darah yang keluar dari sana-sini. Namun...
Matanya yang selalu disembunyikan itu tertuju pada Naisya, dengan air mata yang menetes penuh kesedihan.
"Kenapa kamu ga nolong aku..."
Itulah yang Naisya lihat dari mata yang perlahan kehilangan cahaya hidup. Keluarganya tentu shock dengan hal ini dan berusaha melaporkannya ke polisi.
Namun di salah satu kertas pendaftaran memang ada surat persetujuan yang berbunyi
"Jika anak terlibat kasus pembullian dan memilih mengakhiri hidup, sekolah tidak akan bertanggung jawab"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara
Ficção AdolescenteDirga? Arga? Adalah orang yang memiliki sifat bertolak belakang Arga adalah orang yang culun dan cenderung pendiam disekolahnya. Tapi dia memiliki rahasia diluar... Dirga adalah orang tangguh dan misterius. Bahkan masa lalunya masih berupa misteri S...