Suara langkah kaki terdengar di koridor, diiringi dengan suara telepon berbunyi dan beberapa jeritan juga gelak tawa.
Amanda harus menahan nafas mengumpulkan keberanian melewati lorong ini. Ia harus menyaksikan banyak orang berteriak diseret oleh pekerja berkalung, dan ia harus melihat orang membenturkan kepalanya sendiri ke dinding sebelum dibawa pergi.
Ia tidak habis pikir, tidak mempercayai diri bahwa ia akan menginjakan kaki di Rumah Sakit Jiwa.
Walaupun bahasanya menyeramkan, sebenarnya rumah sakit jiwa itu sangay diperlukan. Tempat itu berguna untuk membantu menyembuhkan penyakit mental yang sudah kelewat batas, dan memberi mereka sebuah harapan baru untukmelanjutkan kehidupan.
Amanda jadi bertanya-tanya..bagaimana perasaannya nanti saat melihat pria itu..
Ia bergerak ke suster resepsionis, hendak bertanya tempat pujaan hatinya itu,
"Permisi...saya orang yang sudah ada janji bertemu dengan pasien", ucap Amanda agak menunduk ke suster itu. Ia mengangkat kepala dan bertemu pandang dengan Amanda, kemudian tersenyum dan mengangguk,
"Oh iya! Tunggu sebentar ya, saya panggilkan seseorang untuk mengantar anda", ucap suster itu. Baru saja wanita itu mengangkat telefon,
"Saya saja yang antar", suara lain memanggil.
Amanda tidak mengenali pria itu, tapi begitu ia mengeluarkan kartu penanda bahwa ia adalah tangan kanan pemilik tempat ini, Amanda jadi terkejut.
"Gue disuruh anter", ucap pria itu dengan nada tidak ramah. Ia lalu menggesturkan tangan Amanda untuk mengikutinya, membuat gadis itu membuntuti.
"Anu...saya kesini buat temuin pasien bernama Dirga. Saya Amanda", ucap Amanda gugup dibelakang pria itu.
"Silvano. Gue tau kok lu Amanda dan dateng buat jenguk Dirga itu. Lu ga bakal suka bentukannya sekarang sih", ucap Silvano dengan langkah yang cepat, membuat Amanda sedikit berlari. Ia menuju pintu di ujung lorong, membuka aksesnya dengan kartu hitam yang ia bawa, setelah lampu berubah hijau ia mempersilahkan Amanda masuk terlebih dahulu. Lalu kembali menuntunnya ke tempat Dirga.
"Jauh juga ya...", komentar Amanda berusaha mencairkan suasana. Silvano menjawab ala kadarnya, "Iya. Dia masuk kategori restriction. Jadi tempatnya agak jauh", ia lalu berhenti melangkah dan berbalik ke Amanda,
"Dia satu-satunya di kategori spesial, karena dia nyaris membunuh Jimmy"
Mendengar itu membuat Amanda merasa bersalah. Tentu saja dia tau keadaan Jimmy saat ini. Pria itu dirawat di rumah sakit, tangan dan kakinya patah, dan tulang tengkoraknya mengalami retak sehingga ia harus dioperasi.
"Jujur aja gue maupun pemilik tempat ini ga suka ide Dirga ga dipenjarain. Tapi sesuai permohonan Jimmy, kita bikin surat pengajuan biar dia bisa ditahan disini", ucapnya tidak ramah, ia berbalik dan kembali berjalan sembari berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara
Ficção AdolescenteDirga? Arga? Adalah orang yang memiliki sifat bertolak belakang Arga adalah orang yang culun dan cenderung pendiam disekolahnya. Tapi dia memiliki rahasia diluar... Dirga adalah orang tangguh dan misterius. Bahkan masa lalunya masih berupa misteri S...