Chapter 8

22 11 2
                                    

Playlist : MeloMance - Gift



"Cerita ini adalah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita artinya kamu sedang berhalusinasi juga sama sepertiku."


****

Jam satu malam Ara keluar dari kamar dengan kelopak mata yang tidak sepenuhnya terbuka, dengan pelan dia menyusuri ruangan aparteman yang gelap gulita. Semua lampu dipadamkan untuk menghemat biaya dan itu juga menjadi kebiasaan bagi Adi. Terlepas dari itu, mematikan lampu mempunyai manfaat lebih untuk kesehatan seperti menjaga kualitas tidur, tidur di ruangan yang gelap memberikan tanda bagi tubuh bahwa ini adalah waktu tidur. Dilansir dari Nasional Sleep Foundation studi terbaru dari Ohio State University mengungkapkan tidur di ruangan yang terang lebih berisiko mengalami depresi dibandingkan tidur di ruangan yang gelap.

Tidak seperti Adi, cahaya terang keluar dari kamar menyinari ruangan yang sangat gelap. Ara tidak suka tidur dalam kegelapan malam, baginya itu sangat menyeramkan. Ara kemudian menekan saklar lampu sehingga ruangan pun menjadi terang benderang.

Ara membuka kulkas dan mengambil botol air mineral, sambil berjalan pelan dia membuka tutup botol lalu meminumnya langsung ketika telah sampai dimeja makan. Perlahan pandangannya terpaku, kelopak matanya terbuka penuh ketika tidak melihat tudung saji diatas meja berserta mie yang dia masak sore tadi.

"Apa dibuangnya?" memikirkan itu hati Ara menjadi sakit, dia kemudian memeriksa bak sampah." Tidak ada, apa di makan?" Ara memperhatikan punggung Adi dari kejauhan.

" Sepertinya dimakan," ucap Ara, kurang dari satu menit Ara shock, kemudian berlari ke tempat dimana Adi berada.

Ara tambah melebarkan matanya ketika mendapati Adi tengah mengigil didalam selimut tebalnya, mukannya pucat dan peluh membanjiri wajah dan tubuhnya.

Ara menggoncang tubuh Adi," bangun, lo kenapa?"

Tangan Ara bergerak menyentuh dahi Adi yang rupanya sangat panas dan membuat Ara bertambah panik dibuatnya.

"Lo kenapa?" tanya Ara lagi, sesekali Ara mendengar gumaman aneh dari mulut Adi." Kenapa bisa demam? Tadi lo baik-baik aja perasaan gue."

" Adi jawab gue!" Bentak Ara tidak sadar, karena Adi kunjung tidak menjawab pertanyaannya.

"Sa-sakit," gumam Adi tanpa membuka matanya.

"Dimana yang sakit," tanya Ara mendekatkan wajahnya agar mendengar apa yang Adi ucapkan.

"Lo harus ke rumah sakit," Ara bergegas berdiri, tetapi tangannya dicekal Adi. Ara lalu kembali berjongkok didepan Adi," kenapa?"

"Ja-jangan," ucapnya lemah.

" Lo lagi sakit, dan gue gak tau harus ngapain." ucap Ara frustasi.

"Adi, kita ke rumah sakit ya?" bujuk Ara dengan lembut.

Namun tidak ada jawaban dari Adi, Ara lantas berlari ke kamar dan mengambil ponselnya yang sedang di charger . Ara lalu menghubungi seseorang seraya berlari kembali ke ruang tamu tempat Adi tidur.

" Ganggu aja lo-"

"Tolongin gue," potong Ara.

"Lo kenapa?"

"Bukan gue, Adi, dia menggigil dan badannya panas." Ucap Ara mondar-mandir sambil memperhatikan Adi yang terlihat kesakitan.

"Kok lo nelpon gue sih anj***, bawa ke rumah sakit lah."

BitterSweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang