Chapter 7

32 14 5
                                    

Playlist : RM ( BTS ) - Trivia ( Love )



"Cerita ini adalah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita artinya kamu sedang berhalusinasi juga sama sepertiku."


****

Beberapa pasang mata sejak tadi memperhatikannya terus menerus ketika dia melewati tempat yang sudah tidak terhitung lagi dia lewati, Ara mendorong troli belanja yang isinya hanya ada beras satu karung kecil, satu kilo telor dan tidak lupa biji kopi Arabika. Sejak satu jam lalu dia berada di dalam super market , hanya beras dan telor saja yang dia pikirkan ketika hendak berbelanja perlengkapan dapur.

Sudah beberapa kali dia melewati deretan rak makanan tetapi dia bingung mau membeli apa. Tadinya dia akan mengambil tepung, tetapi dia urungkan ketika ingat dia tidak bisa membuat sesuatu dari bahan itu, mau mengambil sayur, dia juga tidak bisa makan sayur, mau mengambil daging, dia juga sedang tidak ingin makan daging, mau mengambil ikan, dia juga tidak tahu bagaimana cara memasaknya. Ara semakin bingung dibuatnya ketika sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal yang ternyata milik Adi memintanya memasak makanan dan makanan itu harus sudah ada di meja makan ketika dia sudah pulang kerja.

Ara kembali berjalan ke rak yang sudah lima kali dia lewati dan memperhatikan setiap rak itu, di rak itu berjejer beragam macam jenis mie. Dan dia tahu harus membeli jenis mie apa, Ara lalu mengambil beberapa mie kuah dan beberapa mie goreng. Ara lalu berjalan menuju area frozen food dan mengambil sosis, nugget ayam, tempura dan bakso.

Senyuman Ara mengembang ketika melihat troli belanjanya sekarang penuh.

"Ayok kita bayar," ucap Ara dengan riang.

Peluh membasahi sekujur badan Ara, meski ac sudah diatur dengan suhu paling dingin dia masih saja kepanasan. Bagaimana tidak, sejak pulang dari mall dia bolak balik ke parkiran untuk mengambil belanjaan yang sangat banyak. Seharusnya Ara meminta Adi untuk menyediakan seorang asisten untuknya ketika berbelanja, mana tidak ada satpam yang dia temui di depan Apartemen ini untuk membantunya.

Ara menatap malas kantong belanja yang berada di lantai dan meja makan, badannya sangat lemas untuk membereskan kekacauan yang ada, ditambah dia juga harus masak.

Kalau bisa memilih antara memasak dan membersihkan rumah Ara dengan yakin memilih pilihan kedua, baginya membersihkan rumah adalah hal yang paling menyenangkan untuknya apalagi dikala dia ingin melupakan sesuatu. Membersihkan rumah juga tidak sama dengan memasak yang harus enak dan bila tidak enak makanan itu akan dibuang, kita hanya perlu membersihkannya lagi atau merapikannya lagi bila dirasa kurang bersih dan rapi.

"Seharunya gue gak menandatangani persyaratan itu," keluh Ara.

Dengan mengumpulkan nyawanya Ara lalu bangun dari baringnya di sofa, rupanya menikah sangat merepotkan juga. Tetapi lebih sulit kalau dia tinggal dirumah kedua orangtuanya lagi.

" Baiklah Ayara, lebih baik disini bukan dari pada kembali ke rumah, lo pasti kuat!" Teriaknya dengan keras.

Ara menuju ke dapur yang masih asing untuknya, bahkan Ara tidak tahu ruangan apa saja yang ada didalam Apartemen ini. Seharusnya kan Adi menunjukan kepadanya bagian-bagian apa saja di Apartemen ini. Yang Ara ketahui hanya kamar Adi dan gudang, lalu sebuah pintu didepan kamar Adi yang selalu dikunci, dan sebuah kamar mandi di dekat dapur.

Seperti sekarang dia bahkan belum tahu dimana saja tempat-tempat untuk menaruh beras dan perlengkapan dapur yang lainnya selain kulkas yang berdiri dengan gagahnya di tengah-tengah kitchen set. Ara perlahan membuka kulkas, dari kemarin dia bingung kenapa sangat banyak susu dan es krim di dalam lemari es ini, siapa yang akan menghabiskannya.

BitterSweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang