Chapter 16

20 6 5
                                    

Playlist : Hwang Sang Jun ft. Swervy Jeminn - My Name ( Ost )

"Cerita ini adalah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita artinya kamu sedang berhalusinasi juga sama sepertiku."

****

Gelap, itu yang pertama kali dilihat Ara ketika membuka pintu Apartemen, dia menyeret pelan kakinya memasuki area yang sudah dia hafal letak prabotan yang ada, dingin itu yang Ara rasakan setelah kakinya yang tanpa alas menginjak lantai granit. Ternyata Ara lupa mematikan AC sebelum dia keluar beberapa jam yang lalu. Ara menengadahkan kepalanya ke atas untuk melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu malam, ternyata dia sudah terlalu lama menghabiskan waktu diluar. Ara memasuki kamar lalu berbelok ke arah walk in closet.

Dengan pelan Ara melucuti pakaiannya tanpa meninggalkan satu helai benang pun dibadannya kemudian dia berjalan memasuki kamar mandi dan menghidupkan shower dengan temperatur air paling dingin. Perlahan air matanya mulai keluar, emosi yang sedari tadi dia kurung dilepaskannya dibawah guyuran shower. Ara menangis dalam diam dan dalam dinginnya guyuran air yang jatuh menghujam badannya.

Sedari dulu dia kecil hingga dewasa menangis adalah bentuk penghargaan dalam jiwannya, semua rasa sakit yang dia pendam seakan hilang ketika dia sudah mengeluarkan air mata di bawah derasnya air shower. Ara tersenyum kecut melihat penampilanya dari balik kaca yang ada didepannya sekarang, ternyata dia sudah lama tidak menangis seperti ini. Ternyata dia sudah lama tidak mencurahkan hati nya dengan shower, untuk Ara yang tidak mempunyai siapa-siapa untuk berbagi kesedihan, menangis di dalam kamar mandi adalah pilihan terbaik, dia -Kamar Mandi- tidak akan pernah menghentikan Ara, dia juga tidak pernah menghalangi Ara, dia hanya diam dan menunggu Ara keluar lalu kembali menampilkan wajah ceria yang selalu ditampilkannya untuk semua orang.

Wanita yang selalu tersakiti namun masih bisa seceria itu. Wanita yang selalu dilihat orang-orang adalah wanita yang paling beruntung karena berasal dari keluarga kaya dan sekarang memiliki suami yang tampan dan juga bergelimang harta. Menutupi kesedihan dengan senyuman memang lebih menyakitkan, tetapi lebih menyakitkan ketika kita sudah bersedih namun tidak ada yang perduli akan hal itu. Itu akan lebih menyakitkan dan menyedihkan, itu semua sudah Ara lalui ketika dia masih kecil hingga beranjak remaja.

Ketika dirinya menangis, tidak ada yang perduli padanya.

Memang benar, yang tidak merasakan, maka tidak akan faham bagaimana rasa sakit yang sudah Ara alami dan yang tidak memahami bagaimana akan mengerti. Mereka kebanyakan hanya ingin tahu apa yang terjadi, tidak untuk perduli.

Tapi nyatanya sekarang Ara tidak baik-baik saja, dia butuh seseorang ada untuknya dan memeluknya. Ara kesepian, tangisannya kembali pecah, kepalanya semakin sakit dikarenakan terlalu lama menangis dan berada dibawah guyuran air yang dingin.

Ara meraih handuk yang terdapat dilaci kamar mandi lalu memakainya, dia keluar dengan hanya memakai handuk dibadannya kemudian mengambil sembarang pakaian kering yang terlipat dilemari lalu dipakainnya. Setelah menangis, paling enak tidur, sebuah cara pelarian paling ampuh sejenak melupakan kepedihan yang dialami.

Ara lalu menaiki kasurnya yang masih terdapat kelopak bunga mawar berserakan. Ditengah malam yang dingin nan sepi Ara meringkuk ditengah-tengah kasur, air matanya kembali mengalir pelan, dia kembali menangis tanpa suara.

Tidurlah Ayara, tenangkan hatimu sebentar... Karena, tak ada yang mengerti dirimu selain kamu sendiri.

Aroma rempah-rempah yang enak memasuki penciuman Ara, membuat Ara mengernyit dan perlahan membuka matanya. Udara hangat dan cahaya matahari yang tidak terlalu terang menyambutnya, Ara menajamkan pendengarannya ketika mendengar bunyi denting sendok yang berbenturan dengan kaca.

BitterSweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang