Playlist : Enhypen - Polaroid Love
"Cerita ini adalah fiktif belaka jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita artinya kamu sedang berhalusinasi juga sama sepertiku."
****
"Apa masih lama?" tanya Adi yang ke sekian kalinyanya dalam lima menit terakhir.
Ara yang sedang menghapus eyeliner dimatanya menatap Adi tanpa ekspresi, seakan paham, Adi lalu keluar lagi dari kamar sambil menghela nafas. Siapa suruh tidak mengizinkannya untuk ke salon tadi. Mengajaknya ke pesta besar tapi tidak memperbolehkannya ke salon memang keterlaluan Adi.
Mungkin bila pemerintah mengadakan sensus siapa saja wanita yang tidak bisa menggunakan peralatan make up Ara yakin namanya akan ada diurutan pertama. Bahkan alat make up yang dia punya hanya ada bedak padat, sunscreen, lipbalm, sabun muka dan lipstick yang sejak tahun kemarin belum habis juga dia gunakan. Pokoknya alat make up yang dia pakai adalah yang basic. Dan Ara juga tidak yakin apakah itu bisa disebut alat make up, entahlah.
Bukan itu saja, Adi juga tidak menyiapkan baju untuk dia ke pesta alhasil Ara sejam penuh mencari-cari baju yang cocok untuknya di Mall. Menanyai Adi tentang warna kemeja yang akan digunakan olehnya agar Ara membeli gaun dengan warna senada, namun tidak juga di jawab oleh Adi. Hasilnya Ara bertanya dengan Bimo, untung saja Bimo selalu tahu apa yang akan Adi lakukan. Ara juga membeli seperangkat alat make up tadi setelah dia search di youtube terlebih dahulu apa saja yang diperlukannya.
Dengan kesal Ara kembali membuang kapas lalu mengambil pen eyelinernya, sebelum eyeliner itu mendarat di kelopak mata Ara, Adi kembali masuk ke kamar.
"Harus berapa lama lagi?" tanyanya.
Ara menggebrak meja riasnya, lalu menengok untuk menatap Adi.
"Siapa suruh gak bolehin gue ke salon!"
"Kenapa harus ke salon, tinggal pakai bajumu, poles bedak sedikit dan lipstik. Selesai."
Ara melotot.
"Lo mau mempermalukan gue ya, dengan gue datang ke pesta tanpa dandan?" Ara kini sudah berdiri dengan kedua tangannya berada dipinggang dan menatap tajam tepat dibola mata Adi." Apa kata temen-temen lo nanti, mereka akan ngejek elo dan berkata lo gak becus milih seorang istri."
Ara perlahan mendekat matanya memicing curiga, " ah gue tebak, ini niat busuk lo kan mau menjerumuskan gue, agar temen-teman lo ngejek gue dan mereka nanti ngatain gue."
"Awww!"
Jerit Ara ketika keningnya dijitak oleh Adi dengan tiba-tiba.
Sakit sekali.
"Bisa gak pikirannya dikondisikan," Adi menghela nafas lagi, dia tidak habis pikir kenapa Ara selalu curiga terhadapnya." Kulit kamu sudah putih, bibir kamu udah merah dan bulu mata kamu udah lentik, alismu juga tebal. Jadi kamu mau membuatnya seperti apa lagi?"
"Kamu hanya perlu memolesnya di beberapa titik saja," Adi menunjuk-nunjuk muka Ara sembarangan, membuat Ara memundurkan badannya," agar terlihat lebih fresh, itu saja Ayara."
Ara melongo, apa kata Adi tadi. Memoles, emang mukanya porselin? Namun begitu, entah kenapa pipinya terasa memanas padahal Ac kamarnya menyala, Ara lalu berdehem.
"Bilang aja gue udah cantik." Ucap Ara dengan menatap tepat ke mata Adi.
Dan benar, kelopak mata Adi beberapa kali mengerjap lalu dia berdehem juga.
Ciee, salting.
"Terserah kamu, aku tunggu sepuluh menit, kalau tidak selesai juga aku bakal seret kamu dari sini ke mobil." Ucapnya lalu berjalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BitterSweet
ChickLitMungkin menjadi anak bungsu dari keluarga kaya raya idaman kebanyakan orang. Tetapi tidak untuk Ayara Prima Setiaji, wanita berusia 23 tahun itu hanyalah anak angkat dari keluarga itu. Semenjak kecil dia selalu diperlakukan berbeda dari kakaknya yan...