#Part 06
MB
#####Aku sudah tak dapat menggerakkan tubuhku lagi, apalagi tangan dingin yang kini berada dipundakku.
Duarrrr! duarrrr,,,,! duarrrrr,,,,!
Hampir saja aku terlonjak dibuatnya, tapi rasa takutku mengalahkan semuanya, jangankan mengerakan tubuh, mata saja tak dapat ku kedipkan.
"Brrrrrhhhh,,,, hessss,,, Idor, maaf aku terlambat. Karena hujan ini tak mau berhenti, akhirnya aku nekad buat kemari!" sukurlah. Aku bisa bernafas dengan lega, suaranya agak serak, menahan hawa dingin, dan ia masih saja peduli dan mau datang, walaupun kulihat dalam keadaan basah kuyup dengan mantel ditubuhnya.
"Iqbal!" ucapku lirih.
"Maaf telah merepotkanmu!" ku perhatikan Iqbal cukup lama. Ingin rasanya ku peluk dia, tapi dia masih memakai matel hujan.Kemudian Iqbalpun membuka matelnya. Buru- buru ku ajak masuk kedalam agar dia tak semakin kedinginan karena angin bertiup sangat kencang.
******Ibuku sudah terlelap kerena cuaca hujan juga keadaan sangat dingin.
Aku membawa Iqbal masuk kedalam kamarku, untunglah aku diberi sama ibuku duplikat semua kunci pintu rumahku.
"Idor apa ini dalam buntalan kain hitam?" ucap Iabal masih kedinginan. Ku lemparkan handuk kecil kepadanya. Yap,,, dengan sigap ditangkapnya.
"Entahlah?. Tapi alasanku mengajakmu ya untuk misi ini. Sesuatu dalam buntalan ini,," jelasku padanya, ditanggapi dengan anggukan.
"Boleh ku pegang nggak?"
"Boleh"
Iqbal pun menyentuhnya. Ku lihat tangannya bergetar. "Aneh,,," gumamnya, tapi aku mendengarnya, walaupun lirih tapi cukup jelas ku terima.
"Seperti sebuah buku tebal!?" ucapnya sekali lagi, kini menatapku.
Aku hanya tersenyum. Menggeleng lemah. Penuh tanda tanya.
"Kelihatannya seperti itu! tapi aku nggak mau menduganya,,," timpalnya.
"Apa ayahmu pernah menjelaskannya padamu?. Paling tidak saat terakhir kalinya, seperti wasiat gitu,,"
"Entahlah, Iqbal?. Tapi ungkapan ayahku saat terakhir kali pesannya kayak teka teki, penuh musteri gitu!" aku menambahkan kata 'Gitu' seperti yang diucapkan oleh Iqbal. Dia hanya melempar senyum padaku. Ku tangkap. Yah,,,, kena! he he,,,,
"Benarkah begitu?"
"Ya begitu"
Kami pun saling tersenyum!
"Baiklah. Tapi apa rencanamu akan tetap kamu jalankan?"
"Iya harus, karena ini saat bulan purnama. Seperti pesan mendiang ayahku!" tandasku.
"Masih hujan. Gimana?"
"Kita tunggu sampai reda!"
"Kalau tak berhenti, juga tengah malamnya berlalu bagaimana?"
"Semoga saja tidak!" desahku lirih.
"Kamu yakin banget, Idor,,,"
"Entahlah? Aku berharap suatu keajaiban terjadi malam ini!" ucapku, berdoa semoga hujan reda, serta teka teki yang diberikan ayahku bisa terungkap, terlebih mengenai buntalan yang saat ini ku pegang.
<Misteri Buntalan>
(Bersambung Gays,,,)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab kehidupan (Tamat)
Mystery / ThrillerSipnosis! Dalam perjalanan pulangnya menjenguk budenya karena habis operasi, IDOR, IQBAL serta ibunya Idor bernama Eva yuliana, travel yang membawa mereka bertiga mengalami kecelakaan, tabrakan dengan pengendara motor Rx-king. Keadaan Idor tidak ap...