#Part 07
MT
#####Aku dan Iqbal telah sampai pada tujuanku, yaitu diatas puncak bukit, tempat yang sangat menakjubkan. Terlihat sungai tak terlalu jauh letaknya yang tadi ku lewati.
Aku nekad menerobos hujan yang mulai mereda, tapi hujannya tak kunjung reda, hingga sampailah aku pada tujuanku.
Kini keadaan menjadi terang, tidak hujan lagi. "Aneh!?" gumamku, tapi aku percaya kalau Iqbal pasti punya pikiran yang sama pkayak sepertiku, ku lirik dia sejenak, nampak berpikir dan ikut serta mengedarkan pandangannya seperti yang ku lakukan.
Nampaknya Iqbal juga mengagumi tempat sekitar atas bukit terlebih pemandangan alam sekitar, yang diterangi oleh bulan PURNAMA lima belas. Sangat indah serta menakjubkan sekali.
"Idor lihatlah! indah sekali tempat ini!" decak kagumnya sembari menghirup udara yang sejuk. Yah, walaupun baju yang dipakai agak lembab.
Aku hanya mengangguk lemah, sembari tersenyum. Tak ada rasa takut, ngeri ataupun macam-macam, tapi perasaanku sangat happy.
Aku teringat sesuatu,,,
Dan,,,,
Hampir tengah malam, waktunya untuk membuka apa yang telah diberikan mendiang ayahku padaku.
"Ada apa Idor, kok kamu lihat jam?"
"Hampir tengah malam. Sebentar lagi!"
"Apa sih yang kamu katakan?"
"Kamu lupa apa pura-pura Iqbal!?. Sudahlah! kamu diam saja, tak perlu ada yang kamu lakukan, lihat saja aku dan jangan komplain terlebih banyak tanya! Oke!"
"Oke,,,," jawab Iqbal mengangguk lemah.
"Ya sekarang!"
Sedari tadi aku pegang buntalan kain warna hitam ditangan kananku.
Perlahan lalu ku buka, sembari aku berdoa pada Allah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terlebih hal hal yang aneh.
Aku gugup! sedikit gemetar tanganku kala akan menarik buntalan yang sepertinya diikat simpul.
Iqbal pun kelihatan nampak serius ikut memperhatikan, dan sepertinya ikut menahan nafas sepertiku.
Dadaku semakin berdetak kencang. Aku gugup, benar benar gugup.
Simpul satu telah lepas, tapi belum terlihat isinya...
"Iqbal aku merasakan hal yang nggak enak? kamu berjaga jaga ya. Lindungi aku!" desahku. Karena aku belum berani membuka simpul yang kedua, karena tiba tiba, mendadak perasaanku tak enak.
Sepertinya Iqbal mengawasinya sekitar tempat!. "Aman!" yakinnya. Dan nampak ia bersiap!
Aku terkejut, karena ditangannya tergenggam sebuah pedang tak terlalu panjang tapi sangat mengkilap keperakan diterpa sinar bulan purnama. "Kamu tak perlu kawatir! aku akan melindungi dengan segenap jiwa ragaku!" yakinnya matap, seulas senyum tersungging, sepertinya ia rela berkorban demi aku seperti apa yang barusan diucapkannya.
Ku berikan senyumku, dan mengangguk pelan. "Terima kasih Iqbal. Kamu sahabat aku yang paling perngertian!" ucapku. Ku lihat Iqbal sepertinya mau protes, dengan apa yang baru saja ku ucapkan. Ia pun mengerti.
Kini aku fokus pada apa yang aku lakukan!
Aku membuka talu simpul yang kedua ...
Maka kini semua tali telah terbuka, dan rasanya aku tak percaya!?
Dan dari buntalan kain warna hitam itupun muncul sinar kekuningan, sangat menyilaukan mataku. Aku sampai melepaskannya.
Keanehan terjadi?
Kain hitampun terjatuh, tapi sinar kekuningan yang berasal dari buntalan kain hitam itupun melayang dihadapanku.
Aku tahu Iqbal pasti juga sangat takjub melihat sinar kekuningan yang melayang didepannya.
Sinar kekuningan itu yang memancar terus menyilaukan mataku, sepertinya Iqbal pun merasakan hal yang sama seperti yang ku alami.
"Aku,,, harus kuat!" ku tatap terus sinar kekuningan yang menyilaukan yang ada dihadapanku, serta dalam keadaan melayang.
Sepertinya Iqbal tak kuat menatapnya, mungkin matanya kesilauan akibat pancaran sinar kekuningan itu.
Setelah Iqbal menutup matanya, perlahan sinar kekuningan itupun meredup. Dan entah benda apa yang melayang yang kini ada dihadapanku. Berwarna kuning keemasan dan masih tersorot oleh sinar bulan yang sedang purnama. Mataku sudah tidak silau lagi.
"Tunggu!" gumamku lirih. Aku ragu untuk memegangnya. Jangan jangan nanti terjadi sesuatu yang tak diinginkan? batinku.
Ku pandangi tanpa kedip benda berwarna kuning keemasan yang kini masih melayang, dengan seksama.
Hatiku perlahan tergerak, tapi aku terus memperhatikannya. Takjub juga aku melihatnya.
Ku lirik Iqbal masih menutup matanya tanpa berani membuka mungkin takut matanya jika lama kelamaan matanya bisa buta karena silau yang ditimbulkan dari benda dihadapanku.
Ku raih!
Tak ada sesuatu yang terjadi, dan kini telah ku pegang, dengan kedua tanganku dan ku perhatikan!
Danm!???
Deg!
Rasanya aku tak percaya dengan apa yang ku lihat dan tertera pada halaman pertama benda kuning keemasan yang saat ini ku pegang.
"KITAB KEHIDUPAN!" ucap batinku. Aku terperangah tak percaya.
Rasanya aku tak percaya! Ini pasti mimpi? Ya, ini mimpi!? teriakku dalam hati.
"Iqbal! Iqbal, buka matamu. Lihatlah! pasti kamu tak percaya jika tidak melihatnya sendiri! iqbal,,,!" seruku padanya agar supaya membuka matanya dan melihat apa yang ku pegang saat ini.
Benda yang kupegang saat ini tak terlalu tebal, tapi seperti terbuat dari emas murni, karena rasanya dingin. Yah, pastilah kitab kehidupan ini terbuat dari emas murni, aku yakin itu! bisik batinku.
"Tidak Idor! aku tak berani melihatnya, mataku rasanya silau, sepertinya mataku bisa buta jika terus menatapnya. Jangan paksa aku Idor!" jawab Iqbal ketakutan.
"Percayalah, kamu tidak apa apa jika melihatnya!"
"Benarkah?" Iqbal masih ragu dengan pernyataan Idor. Ia masih ragu tapi perlahan menurunkan tangannya.
Iqbal pun tak percaya. Kini penglihatannya kembali normal, tidak silau lagi.
"Benda apa yang kamu pegang Idor? kayak emas!" ucap Iqbal tak percaya.
"Kamu pasti tak percaya jika aku bilang,,,"
"Aku percaya, lalu,,,?"
"Ini kitab KEHIDUPAN!" jawabku matap.
"Apa?" mata Iqbal melotot tak percaya melihat benda yang ku pegang dan melihatku secara bergantian.
"Grusaaaakkkkkkkkkkkkk! Aduh!" seperti ada orang berlari dan mengaduh, dan tempat tersebut mendadak sepi.
<Misteri Terungkap>
(Bersambung gays)

KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab kehidupan (Tamat)
Misteri / ThrillerSipnosis! Dalam perjalanan pulangnya menjenguk budenya karena habis operasi, IDOR, IQBAL serta ibunya Idor bernama Eva yuliana, travel yang membawa mereka bertiga mengalami kecelakaan, tabrakan dengan pengendara motor Rx-king. Keadaan Idor tidak ap...