bag 1

642 21 4
                                    

#Part 01
BBD!
#######

Rasa kebahagiaan yang kumiliki rasanya tiada duanya.

Yah, walaupun aku tak mempunyai saudara kandung, he he he,,,,
Kalau saudara sepupu banyak.

Aku hanya anak semata wayang, istilah orang jawa ontang anting, entah apa maksudnya, karena aku sendiri gak mundeng istilah itu, karena aku sendiri keturunan JA-SUM (Jawa-Sumatera) he he,,,
Orang tuaku berasal dari Jawa tengah semua, yaitu dari desa JEGGONG dan PATI KAYEN.

Rasa kebahagiaanku mengalir bagaikan air yang tak pernah putus, tapi aku selalu bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah dilimpahkan kepadaku berupa rasa kebahagiaan yang terus mengalir.

Hampir aku tak pernah merasakan apa itu arti dari kesedihan, penderitaan seperti yang ku lihat ditv baik itu sebuah sinetron maupun berita-berita yang tersiar dilayar kaca.

Hingga pada suatu saat rasanya kebahagiaan yang ku rasakan SIRNA dalam sekejap, semua berubah dalam hitungan detik.

Dan dari sinilah awal kejadian yang penuh misteri itu terjadi dan berlanjut.

******

"Idor yang sabar ya! tabah! kuat! atas cobaan yang Allah berikan! aku yakin pasti kamu kuat menjalaninya" kata sahabatku yang selama ini menjadi penyemangat hidupku, Muhammad Iqbal. Ia nampak tersenyum. Ada rona kesedihan yang terpancar dimatanya. Tapi aku,,,, air mataku terus luruh.

Ini adalah tujuh hari ayahku meninggalkan dunia, meninggalkan aku juga ibuku, hingga statusnya menjadi janda, sedangkan aku sekarang yatim.

Aku hanya mengangguk lesu. Tak bersemangat. Rasanya semangat hidupku telah hilang dengan kepergian ayahku.

Satu minggu yang lalu aku masih bisa bersama, tertawa, bergembira, mengenyam rasa kebahagiaan yang begitu mendalam.

"Anakku, ayah berpesan! kamu harus lulus SMA apapun yang akan terjadi nantinya, baik ayah tak ada untuk menemanimu maupun ayah pergi!"

"Emangnya ayah mau kemana?. Ah,,, ayah, jangan bikin takut aku" aku memeluk hangat ayahku, rasanya nyaman. Dihari minggu didepan teras rumah, menikmati suasana sore yang indah dengan warna orange yang begitu mempesona.

"Ha ha,,,, ayah tidak kemana-mana nak, ayah akan selalu bersamamu, disampingmu, selalu menemanimu!" ayahku nampak tersenyum. Aku sekilas menatapnya. Aku tahu kalau dibalik senyumnya ayahku nampak berduka. Entah apa itu? aku cuma merasakannya. Naluriku saja.

"Ah, bercanda ayah gak asik! aku ingin hidup bersama ayah dan ibu seribu tahun lagi!"

"Waduh, mana ayah kuat hidup seribu tahun lagi nak! keadaan ayah saja sekarang seperti ini!"

"Pokoknya ayah harus menemaniku, selama-lamanya!"

"Iya nak!"

Sejenak ayahku terdiam! agak bergumam lirih.

"Nak, kamu terima ini!"

Ayahku menyodorkan sebuah bungkusan berwarna hitam.

"Apa ini Yah?" aku terima dan menimang barang yang diberikan ayahku.

"Ayah sudah tidak membutuhkan benda itu. Ayah tahu kalau benda itu tidak cocok buat ayah. Karena ayah tidak berjodoh dengannya. Kamu keturunan ketujuh yang berhak mewarisinya serta berjodoh dengannya!"

"Ini apa ayah? Boleh aku buka, Yah?" aku makin penasaran dibuatnya. Terlebih dengan benda yang baru saja diberikan oleh ayahku.

"Bukalah disaat bulan purnama tengah malam, diatas sebuah bukit. Maka kamu akan tahu apa itu?"

Ayahku selalu memberiku teka teki yang membuatku tak mengerti.

"Idor!" seru suara Iqbal membuyarkan lamunanku.

"Ayah,,," desahku lirih. Ku usap air mataku yang masih merembes.

<Bahagia Berbunga Duka>

(bersambung,,,)

Maaf bila ceritanya kurang berkenan ya....

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang