bag 24

154 7 2
                                    

Akhirnya, cerita ini TAMAT!

Maaf bila feel-nya kurang dapat, dan endingnya tidak sesuai ekspektasi kalian...

Semoga saya bisa berkarya lagi dan meramaikan khasanah Wattpad .....

Salam penuh kasih dariku...
________________

#Part 24

########

Malam semakin larut! suasana benar-benar mencekam membuat bulu kuduk merinding. Semenjak terjadinya insiden kebakaran naas yang terjadi di tempatnya Tiluh dan Badar penduduk desa sekitar dilingkupi rasa kegelisah karena selalu ada, terdengar suara burung hantu yang selalu merindingkan bulu roma bagi yang mendengarnya terlebih suara srigala ditengah malam membuat suasana makin mencekam bahkan warga yang biasa ronda kini tak berani keluar rumah, alasan karena selalu dibayangi kedua arwah mereka yang gentayangan.

Disebuah rumah milik Rofik, ia dalam keadaan begitu gelisah, tidurnya tak lena, saban hari setiap malam tidur selalu dibayangi mimpi mimpi yang menyeramkan, tapi kali ini mimpinya terasa berbeda.

"Rofik, kamu ingat pesanku! bunuh Idor! bunuh,,,,!" dengan senyum menyeringai Tiluh berdiri dihadapan Rofik yang tertunduk.

"Iya Rofik, kamu harus membalas kematian kami. Karena penyebabnya adalah Idor!" ucap Badar wajahnya sangat menyeramkan matanya menyala kearah Rofik yang sekilas menatapnya.

"B, b,,, ba, bagai,,, mana,,, caranya, pa, mann,,, bib, bibi,,,," tanya Rofik terbata, ia tak sanggup menatap kedua makhluk yang gentayangan menebar teror selamanya. "Bukankah,,, Idor,,, ABADI! tak bisa mati,,,,!"

"Ha ha,,,, haaa,,,,!"

"Hi hi hiiiii,,,,,,,,!"

Tawa keduanya bersama dan menggema disekitanya, membuat Rofik makin ciut saja.

",,, heh,,, anak muda dengar! Idor memang abadi tak bisa mati! tapi dia bisa dilukai, hi hi hi,,,,,," tawa Tilu makin cekikikan, berderai.

"Iya Rofik,,,!" suara Badar menggerendeng. "Kamu harus pisahkan kepala dan tubuhnya. PISAHKAN kuburnya jangan searah! jika searah maka ia akan kembali hidup lagi. Kamu mengerti!" terang Badar.

"Jad, jadi aku aku memotong kepalanya dari tubuhnya agar supaya Id, idor tak bisa hidup lagi,,,,," mata Rofik menatap tajam tak percaya kearah keduanya.

"Ha ha ha,,,,!"
"Ha ha ha,,,,!"

"Hi hi hiiii,,,,!"
"Hi hi hi,,,,!"

Keduanyapun tertawa, menggema hingga tawanya memenuhi alam sekitar.

"Iya!" ujar Tiluh menyeringai.

"Benar Rofik!" tambah Badar tak kalah menyeramkan.

"Buss,,,,!" tubuhku keduanya lenyap berubah jadi asap hitam, dan kedua asap itupun masuk kedalam tubuh Rofik.

"Akkkkk,,,,,!" jerit Rofik setinggi langit dengan mata terpejam sambil merunduk, tangannya mengepal kuat, mulutnya saling gemeletukan, sesaat matapun mendelik sambil tengadah, dan dari mulutnya keluar teriakan lantang, menggema.
######

"Mas, ja, jang, jangan lakukan itu padaku. Aku mohon mas. Jangan bunuh aku....., Mas Rofik, ampuni aku!" mohonku pada mas Rofik yang entah dari mana datangnya tiba tiba telah hadir dihadapanku dengan senyum yang menyeringai, air liurnya sampai keluar. Matanya mendelik menyala kemerahan, mendengus geram, otot ditubuhnya pada bersembulan keluar. Gerahamnya saling bertautan, sorot matanya syarat kematian. Ada pedang setengah meter ditangan, meliuk. Tipis tapi berkilat sangat tajam.

Aku berusaha untuk menjauh. Berlari sekuatnya menghidarinya, tapi apa yang ku lakukan ternyata sia - sia, karena setiap aku berhenti maka sosok mas Rofik berada dihadapanku. Aku  capek. Menyerah. Nafasku terengah, terasa putus. Keringat begitu banyak mencucur disekujur tubuhku, aku laksana mandi, mandi keringat.

Aku hanya berdiri pasrah! aku tak tahu apa lagi yang ku lakukan, semuanya yang ku lihat hanyalah jalan buntu.

"Kamu harus ku bunuh!" seringainya, tapi suaranya yang keluar bukan suaranya mas Rofik. Aku kenal sekali dengan suara itu. Toh,,, suara bibi Tiluh. Tapi suaranya berubah....

"Yah, kamu harus mati Idor, untuk selama lamanya!" suaranya kini berubah suaranya paman Badar. Kini suaranya brat dan besar. Kemudian berubah dengan suara mas Rofik yang khas, besar dan nampak jantan.

Secepatnya aku memeluknya. Karena tak ada hal lain yang bisa ku lakukan saat ini. Aju benar benar buntu. "Mas,,,!" ucapku lirih padanya mataku setengah terpejam.
"Entah ini mimpi atau kenyataan, mas Rofik aku tahu kalau kamu sangat mencintaiku. Maafkan atas sikapku padamu selama ini mas!. Aku juga mencintaimu!" selanjutnya, aku pun mencium bibir mas Rofik lebih dalam dan hangat dengan penuh perasaan.

"Maafkan Dek! aku tak bisa menolak kekuatan yang kini tengah menguasai jiwaku!" ucapnya dengan tatapan sebdu tatapan seorang mas Rofik yang begitu mencintaiku.
"Maafkan aku Dek!" itulah ucapan terakhirnya dengan beruarai air mata.
######

"Tidak,,,,,,,!" teriak Iqbal, terbangun. Dan melihat tubuh Idor disampingnya tidak mempunyai kepala. Darah sudah mengering dari bekas lukanya.

Sungguh keadaan yang begitu mengenaskan! Entah dimana kepalanya?

Kedua orang tuanya pun langsung terbangun dan memburu masuk kedalam kamar anaknya Iqbal.

"Tidak! Tidak! Idor,,, idor,, apa yang terjadi padamu? mana janjimu akan menemaniku sampai ajal menjemputku. Sekarang kamu yang telah tiada! tidak! tidak,,,, !" teriak iqbal histeris sembari memeluk tubuh Idor yang tanpa kepala. Tubuhnya masih hangat karena ada energi kehidupan didalam tubuhnya yang tak bernyawa.

"Yah,,,, oh, ya Allah!" mata ibu Iqbal mendelik tak percaya dan langsung pingsan ditempat.

"Subhanallah! ya Allah! bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" mata ayah Iqbal terpejam sembari memeluk istrinya yang pingsan.Tak kuat melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

"Aku mohon. Keluarlah kalian, dan jangan ceritakan hal ini pada siapa pun!"  kata Iqbal agak berseru, dan ayah Iqbal yang membopong ibunya yang sedang pingsan pun keluar dari kamarnya dengan seribu pertanyaan.

Iqbalpun mengunci kamar dengan rapat dan buru buru memburu kearah jasad Idor yang terbujur tanpa kepala. "idor! Idor! bangunlah, aku tahu kamu pasti bisa mendengarku. Aku sangat mencintaimu Idor! Idor! ya Allah, kenapa Engkau pisahkan aku dengan orang yang sangat ku cintai, kenapa?" rintih Iqbal penuh kepiluan, mendekap erat tubuh Idor sembari menggenggam tangan kanannya erat.
"Aku tahu kamu masih bisa mendengarku! aku mohon padamu, beri isyarat padaku kalau kamu masih,,,,"

Hampir saja Iqbal terlonjak saat tangannya yang memegang tangan Idor, bergerak meresponnya, sejenak dan selanjutnya tak bergerak sama sekali.

"Syukurlah! alhamdulillah ya Allah!" Iqbalpun mendekap erat tubuh Idor yang tanpa kepala.™

#######(Tamat)#######

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang