bag 21

81 6 0
                                    

Ku ucapkan ribuan terima kasih WP serta semua readers semoga kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT, aminnn.....

Serta atas dukungan kalian aku selalu semangat untuk posting ceritaku yg msh Abal Abal  ini, Krn masih banyak tulisan yg bagus dan rapi dibandingkan cerita dan tulisanku yg jelek ini. Kiranya kalian selalu dukung ya ..

Salam penuh kasih dariku....

#Part21

PTS
########

______________

Air mataku sudah tak terbendungkan. Ku dongakan kepalaku, kulihat  dilangit bulan sepenggalan hampir mencapai puncaknya. Aku masih berada dipinggir jalan akan tetapi tak ada satu pun  pengendara yang lewat. Aku masih meraung meraung bagai kesetanan melihat ibuku sudah tak bernyawa lagi. Terlebih melihat jasad Iqbal yang terkapar, juga pak Supri.

"Kamu harus memilh satu diantara orang orang yang kamu sayangi, mana yang ingin kau hidupkan kembali!?" tiba tiba ada suara yang menggema. Lalu suara tanpa rupa itupun lenyap, sepertinya hanya memperingatiku saja.
Aku tak peduli, aku masih larut dalam perasaan kesedihanku.

Secepatnya aku mendekati jasad Iqbal, lalu membawanya dan ku dekatkan kedekat jasad ibu, aku bisa mengangkatnya  dengan mudah. Seperti ada kekuatan yang membuatku kuat, aku sediri tak tahu bagaimana keadaanku  karena ku rasakan aroma tubuhku berbau amis.

Bibir Iqbal nampak membiru, kepalanya  juga berdarah, mungkin retak, ada aliran darah disela bibirnya yang sudah agak mengering. Ku padangi wajahnya yang begitu damai, secara, bergantian ku pandangi keduanya, orang orang yang ku sayangi dan sama sama ku cintai terbujur kaku didepanku. Air mataku terus bergulir tak terbendung.

"Tidak! tidakkkkkk,,,,,,,! tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkk,,,,,!" teriakku kembali. "Ya Allah, tolonglah hambamu, aku harus memilih yang mana? Ya Allah bantu aku, kuat aku!" aku meraung raung tak terkendali. Pak Supri yang tengkurap sudah tak ku pedulikan. Hatiku perih, pilu, sedih bercampur jadi satu. Aku benar benar dilema. Aku ibarat makan buah simalakama, diantara dua pilihan yang sulit ku pilih. Bagaimana ini???. Aku kebingungan.

Ku lihat dilangit bulan sabit hampir mendekati puncaknya. Aku harus cepat memutuskan, jika tidak semuanya akan terlambat, dan semuanya akan sia sia. Aku antara berurai air mata, deg degan. Aku sudah mati setengah, rasanya. Entah bagaimana keadaanku sendiri? aku tak peduli.

"Aku harus mengambil keputusan ini! Iqbal maafkan aku!" desahku, lirih. Menatapnya lekat, air mataku terus bergulir.

"Ibu,,,!" ku tatap ibuku yang makin memucat dan darahnya mulai mengering. Air mataku luruh makin deras didekat antara ibuku dan Iqbal.

Aku kemudian berdiri tegak, mulai ku baca mantera yang telah ku hafalkan dengan baik dari kitab kehidupan yang telah dibakar oleh ibuku. Aku berkonsentrasi.

Angin puting beliung berdesir keluar dari tubuhku, kurasakan hal itu. Dan angin itu naik dengan cepat mengarah kelangit, membubung tinggi, berputar dengan sangat cepat menembus langit, dan dilangit seperti membuat lubang, serta menarik sesuatu? Entah apa itu?, sangat kuat dan sulit, rasanya. Dan mendadak dilangit ada sinar keemasan yang berpedar pedar sangat indah, perlahan turun dan menyorot kebawah dan mengenai tubuhku dengan cepat, hingga tubuhku bermandikan cahaya keemasan yang berkilauan dan berpedar pedar indah.  Aku sampai takjub memeriksa tubuhku, ini lebih indah dari pertama aku dilingkupi sinar keemasan seperti ini.

Ku tatap kedua jasad didepanku tanpa nyawa, tapi aku tak tega. Kemudian ku dongak kepalaku kelangit, tak ada sepatah katapun yang keluar. Kemudian aku teringat sesuatu...

Tubuhku tiba tiba laksana disedot dan terlempar, seperti melesat kearah Selatan, menuju kearah Lampung.

Tubuhku laksana kilat menyambar dan tahu tahu aku sudah berada disebuah halaman cukup luas. Dan ku dengar ada suara suara aneh ku dengar, sepertinya sedang membaca mantera-mantera.

Aku tahu itu adalah suara bibi dan pamanku yang berasal dan berada dirumah bahkan dikamar tapi entah kenapa aku begitu jelas mendengarnya bahkan aku sendiri berada diluar rumah. Heran. Tapi itulah yang kudengar saat ini.

"Mas kita kedatangan tamu, bersiaplah mas!" seru bibiku sepertinya bibiku merasakan kehadiranku.

"Ayo kita keluar, kita sambut siapa gerangan tamu kita malam ini. Aku penasaran? Ayo,,,!" timpal pamanku.

Dan dari dalam melesat dua sinat hitam lalu sinar hitam itupun membentuk dua sosok yang sangat aku kenal. Bibi Tiluh dan paman Badar berdiri dihadapanku, tapi ku rasakan tubuhku tak menginjak tanah. Aku berdiri mengambang, melayang layang diudara, karena rasanya tubuhku seringan kapas. Aku bisa terbang. Tapi aku tak terlalu kepikiran, karena aku fokus pada apa yang ada didepanku.

"Kalian,,," dengusku, mataku melotot menatap tajam kearah keduanya karena geramnya.

"Oh ternyata ponakan kita mas!" nampak bibiku tersenyum mengejekku.

"Selamat datang ponakanku yang manis! bagaiamana kabarku?" seringai pamanku penuh kepicikan. Aku benci dengan senyum kepalsuan mereka berdua, karena dibalik senyum mereka tersimpan keculasan. Mereka telah membunuh kedua orang tuaku, juga Iqbal serta pak Supri bahkan budeku hampir saja nyawanya melayang.

"Kalian tak usah bertopeng manis. Aku sudah tahu tabiat kalian tak lebih hanyalah Iblis berkedok Malaikat!"

"Apa maksud kedatanganmu cah bagus? apa kamu akan menyerahkan kitab itu? Atau kamu mau menyerahkan nyawamu? aku tau kamu pewaris syah kitab Kehidupan!"

"Apa belum jelas? Kalian sudah tahu, bukan. Majulah kalian berdua manusia durjana! Kalian akan aku musnahkan supaya kejahatan dimuka bumi ini semakin berkurang!" ledekku.

"Keparat, kurang ajar! anak bau kencur sudah menantangku!" seru bibiku emosi.

"Kita lumat habis, ayo!"

"Mas bersiap!"

"Baiklah!"

Aku melihat keduanya berkomat kamit membaca mantera! asap hitam muncul dan menyelimuti tubuh keduanya, tapi aku masih melihatnya dengan jelas. Entah apa yang akan mereka lakukan? mungkin saja akan membunuhku.

"Hiayaaaa!"
"Hiayaaaa,,,,!"
Keduanya berteriak berbarengan! menyerangkan bersamaan. Aku masih menanti serangan mereka, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sinar hitam yang keluar dari tubuh keduanya melesat cepat serta ganas menyerang kearahku.

"Akhhhh!" aku terkejut, sejenak karena kurasakan tubuhku mendadak bagai disulut api yang panas. Tapi keanehan terjadi, sinar yang berasal dari dalam tubuhku seakan melibas sinar hitam yang menyerangku, dan dengan cepat sinar keemasan yang berasal dari tubuhku menyerang keduanya.

"Akkk,,,! tidakkkkk,,,,! mas tolong aku. Panasssss,,,,,!" jerit bibiku ketika sinar keemasan menggulung tubuhnya tanpa ampun. Begitu pula dengan pamanku digulungnya juga, dan kedua tubuh mereka masuk kedalam rumah. Bayangan mereka melesat cepat, layaknya angin yang berhembus.

"Akkkkkk,,, ahhh! tidak,,,,! panas,,,, auwwwww,,,,! panas, ampun!" teriak bibiku dengan tubuh berguling guling karena sinar keemasan itu melelehkan tubuhnya.

"Tidak! panas! ampun! tolong ampun!" teriak pamanku sama halnya dialami oleh bibiku.

Sesaat tubuh keduanya saling dekat dan menyatu selanjutnya meledak dan menjadi butiran debu berwarna keemasan dan selanjutnya rumahnya pun terbakar. Dan api semakin besar melahap rumah besar milik mereka.

Aku menyaksikannya dengan seksama dan sangat jelas, ikhwal semua kejadian yang berlangsung didepan mataku.

Selanjutnya tubuhku serasa dibetot oleh sesuatu yang sangat kuat sekali, menuju kearah asalku berada, dimana terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa pak Supri, ibuku juga Iqbal.

Ku lihat tubuh ibuku. Getir! ku tatap Iqbal, ku mendesah, terasa ada cahaya kehidupan disana. Aku mencoba buat tersenyum, mendesah lirih.

Ku tatap langit, bulan sabit telah tergelincir kearah barat. Tak terasa air mataku bergulir. "Ibu maafkan aku! maafkan aku!" tubuhku yang masih bersinar keemasan dan berpedar, lemas. Tubuhku tiba tiba lunglai dan ambruk menimpa tubuh Iqbal, dan aku tak ingat apa-apa lagi.
________________
<Pilihan Teramat Sulit>

______________

(Bersambung Gays,,,,)

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang