bag 20

86 5 0
                                    

Rasanya aku gak bisa ngomong apa di part ini. Semoga yg baca storyku ini kasih komen ya, aku aja sedih campur baper, padahal yg nulis ceritanya....

Selamat membaca, salam penuh kasih dariku...
______________

#Part 20

SP
#########
________________

Aku tak ingin terlalu dekat- dekat dengan mas Rofik yang terlalu memberiku peluang, harapan besar, tapi cintanya Iqbal juga terlalu dalam padaku.

Ini adalah detik - detik terakhir aku berada di Lampung tempat tinggalnya saudara - saudaraku, walaupun mereka ada yang jahat, tetapi ada juga yang baik. Karena kehidupan selalu punya dua sisi yang saling bertolak belakang, tapi berpasangan, ada siang ada malam, berjodoh tapi tak bisa bersatu untuk selamanya, ada matahari ada bulan, ada baik ada jahat, ada wanita ada pria, ada homo lalu ada siapa, he he heee,,  sorry nggak bisa jawab, mungkin diganti gini aja, simple, ada Bot ada Top, masuk akal kan. Oke....

Paling tidak bibi dan pamanku tidak menyebar teror seperti yang ku takutkan saat malam - malam menjelang aku berada disini.  Aku bernafas lega.

Tapi aku bernafas sesak, rencana apa yang akan dilakukan oleh bibi dan pamanku padaku saat kepulanganku nanti, selama berhari hari aku menyelidikinya, tapi tak ada hal mencurigakan baik dari bibiku maupun pamanku, sedang pak Supri sering menunggui mobilnya dan kurasakan keadaannya aman saja.

Akh,,,, aku tak boleh suudhon, siapa tahu mereka telah berubah karena tak dapat menemukan barang yang mereka cari yaitu kitab Kehidupan karena telah dibakar oleh ibuku. Pasti mereka penasaran sekaligus penasaran.

Sms to paman;
"Assalamualaikum paman, bibi.
Kalian tak perlu mencari dimana kitab Kehidupan itu, aku tidak menyembunyikan dimana2, melainkan karena ibu telah membakarnya pada malam jum'at saat kami akan kesini! wasalam.

Begitulah sms yang kukirimkan pada malam jum'at yang lalu saat perasaanku mendadak tak enak. Dan kini waktu akan pulang, mendadak pula perasaanku tak enak.

Kami berpamitan pada keluarga budeku, semuanya.

Sikap bibi dan pamanku biasa, malah terlihat baik dan ramah.

Mas Rofik terlihat sedih dan tak bersemangat, berkali kali aku memeluknya, tak enak juga Iqbal yang tentunya dibakar api cemburu.

Aku dipetikkan mangga banyak sekali oleh mas Rofik katanya buat oleh oleh.

Kini saatnya kami berpisah mengucapkan salam perpisahan untuk yang terakhir kali.

Budeku sudah bisa berjalan, tertatih walaupun masih dibantu oleh pakdeku, dan melepaskanku diteras rumahnya.

"Dek Eva bila ada waktu berkunjung lagi!" ucap budeku.

"Kamu jangan kapok main kesini Idor, kamu juga Iqbal!" kata pamanku tersenyum ramah.

"Iya paman, kalau libur insyaAllah aku pasti main kemari!" tandasku membalas senyum keduanya.

"Mas juga mbak main ketempat kami?" balas ibuku.

"Iya bude, pakde. Mas Rofik. Entar aku kasih getah karet! ha ha ,,,,!"

Ku lihat bibiku dan pamanku baru datang, sedangkan pak Supri datang membawakan barang barang kami.

Keduanya turut membantu! dan bareng bereng menuju ke mobil karena diletakkan dijalan dua, karena tidak bisa masuk kejalan dua.

Kami pun meninggalkan rumah keluarga budeku, tapi mas Rofik masih mengikutiku. Seperti tak rela dengan perpisahan yang terjadi.

Pak Supri menata barang barang kami.

Sedangkan kami berpamitan dengan paman dan bibiku.

"Tiluh, Badar mainlah ke tempat mbak!"

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang