bag 22

85 7 0
                                    

Lanjut ya....

Sekali lagi, part ini belum tamat ya...

Salam penuh kasih dariku....

#Part 22

AYTD
###########

______________

Ku buka mataku! ku sadari aku terbaring diranjang yang serba putih begitupun juga ruangannya serba putih.

Aku berusaha bangkit, karena ku rasakan tubuhku sehat, tak ada kurangnya. Tapi selang infus masih menancap ditangan kiriku. Ku lihat Iqbal juga nampak biasa. Tunggu,,, tunggu! Iqbal! jadi aku telah memilihnya untuk ku hidupkan kembali.

"Ibu! ibuku mana? ibuku dimana? tunjukan padaku! aku harus melihatnya!" teriakku. Aku bangkit berdiri, mencari keberadaan ibuku.

"Idor tenanglah. Tenangkan dirimu"

"Bagaimana aku bisa tenang Iqbal. Ibuku,,,! ibuku.." kataku terbata, karena aku tahu keadaannya bagaimana. Tak bernyawa. Tapi dimana beliau sekarang???

"Tunggu Idor!" cegah Iqbal padaku, dan sepertinya buru buru memburuku serta mencopot selang infusnya.

"Kalian mau kemana?" ada suara yang mencegahku juga Iqbal, ditimpali suara laki laki, yang cukup berumur.

"Ibu, ayah!" ucap Iqbal.

Aku memandang keduanya. Ibunya yang bernama DIAH AYU serta ayahnya DWI ANDIKA tersenyum ramah padaku.

"Idor kamu jangan sedih. Anggap saja kami sebagai orang tuamu! iyakan mas?"

"Iya Idor!" angguknya.

Lalu keduanya memelukku hangat layaknya kedua orang tuaku, kini ku temukan pengganti keduanya. "Ibu, ayah,,!" kembali air mataku bergulir. "Terima kasih, kalian telah menganggap aku sebagai putera kalian. Terima kasih!"

"Ayah, ibu kita pulang. Kami sudah tak apa apa. Iyakan Idor,,," tatapan Iqbal mengisyaratkannya bahkan memang keadaan kami tak apa apa.

"Baiklah. Kita pulang hari ini. Tapi kita langsung kerumahnya Idor dulu!" jelas ayahnya Iqbal, Dwi andika.

"Iya mas kita kesana dulu. Mengantarkan jasad bu Eva! juga pak Supri kerumahnya!"

"Kasihan pak Supri. Kita harus memberi santunan pada keluarga yang ditinggalkannya, soal mobil tak usah dipikirkan ya mas!"

"Iya Dek, yang penting putera kita selamat. Kita harus membiayai anak anak pak Supri, agar sekolahnya lanjut dan sampai tamat. Kan sudah lama pak Supri kerja ditempat kita udah lama kan!"

"Iya mas, bahkan sudah kita anggap sebagai keluarga kita!" terang ibunya Iqbal, Diah ayu.
##########

Rumahku penuh dengan orang orang yang melayat dan masih banyak yang berdatangan bela sungkawa. Bahkan ada yang men-sholati silih berganti.

Banyak orang yang merasa kehilangan ibuku dan turut bela sungkawa, dan merasa kasihan padaku yang sekarang tinggal sebatang kara disini. Padahal aku masih punya bude di Lampung.

Aku pun ikut mengebumikan ibuku di TPU, ditempatku.

Ibu dan ayah Iqbal masih menungguiku hingga acara selesai, bahkan sampai acara tahlilhan hingga tujuh malam sampai selesai.
###########

Setelah ku pikir pikir lebih baik aku dirumahku sendiri, rasanya tak enak ikut bersama keluarga Iqbal yang menganggapku sebagai anaknya.

Sudah tujuh hari semenjak kejadian kecelakaan ibuku. Kini hidupku benar benar merasa sendirian, sendiri didunia ini.

Aku merindukan ayah juga ibuku. Walaupun Iqbal selalu menemaniku, selalu menghiburku, selalu didekatku, memelukku membuatku damai, membuatku nyaman.

"Idor kamu jangan terlalu larut dalam duka dan kesedihan! kan ada aku"

"Bagaimana kalau kamu ada  diposisiku? apa kamu tak seperti aku saat ini?"

"Mungkin aku akan bunuh diri!" kutatap tajam Iqbal.

"Kenapa alasannya aku memilihmu?"

"Apa maksudmu?"

"Tak musti aku jelaskan!"

"Jadi kamu yang menghidupkan aku lagi Idor. Benarkah itu?"

",,,,,," aku hanya menghela nafas dalam.

"Lalu yang kamu korbankan siapa?"

"Tak ada! aku pewaris syah kitab itu Iqbal! jadi aku tak musti mengorbankan siapapun!" jelasku. Iqbal tak boleh tahu kalau ditubuhku kini ada kekuatan yang membuatku bisa hidup selamanya dan aku bisa menghidupkan orang yang mati siapa saja yang ku inginkan. Dan semalam aku telah membuat paman dan bibiku telah musnah dari dunia ini. Ya Allah,,,! aku telah jadi pembunuh.

Tapi aku tak mau menyalahi kodrat yang telah ditetap Allah SWT, karena aku bukanlah Tuhan, aku hanyalah manusia biasa yang diberi kelebihan, diberi amanay yang orang lain belum tentu sanggup memikulnya.

Yang dulu ku takutkan kini jadi kenyataan, aku sendiri dan aku juga hidup abadi.
_______________

Aku masih kini bersama Iqbal, melalui hari hariku.

Pakdeku juga budeku juga mas Rofik hanya aku telpon mengenai kabar duka dengan kecelakaan yang ku alami. Dan ku ceritakan juga kalau yang selamat cuma aku dan Iqbal.

Ketiganya belum bisa kesini karena dirumah juga disibukan gegara rumah paman dan bibiku hangus tanpa sisa, sehingga kini hanya berupa tanah kosong. Jasad keduanya tak ditemukan hanya berupa abu yang diyakini itu abu keduanya. Dan dikuburkan secara layak.

Rahasia keduanya yang mempunyai sisi buruk tak ada yang tahu, karena semuanya musnah tak ada yang tahu! rahasia tetap terjaga sampai dialam kubur.

"Iqbal! aku mau cerita padamu,,,"

"Ceritalah! mengenai apa?"

"Kau pasti tidak percaya!"

"Apa, kamu bikin aku tambah penasaran?"

"Aku ABADI!"

"Ha ha haaa,,,, aku tahu itu! karena kau pemilik kitab Kehidupan!" Iqbal malah tertawa.

"Tapi kau tak sepertiku Iqbal. Apa kau akan menemaniku selamanya!"

Terlihat wajah Iqbal menjadisedih...

"Paling tidak aku bisa menemanimu hingga akhir hayatku!"

"Terima kasih Iqbal!"

"Aku mencintaimu Idor!"

"Aku juga! aku tak peduli jika pun nantinya melihatmu dijemput oleh malaikat MAUT!"

Kami pun saling berpelukan, meniti hari hari kedepan yang bahagia.

<Awal Yang Tak Disangka>
__________________

(Tamat Gays,,,)

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang