#Part 03
TP
#####Sekalipun Iqbal telah membuat teka teki tentang pernyataan perasaannya. Entah apa itu?
Iqbal hanya diam dan gagu, ucapannya seketika terbata.
Harus bagaimana caranya aku menyingkapinya. Terkadang aku merasa risi akan kehadirannya yang berada disampingku, terkadang aku ingin merasa sendiri, tapi jika tanpa kehadirannya aku merasakan seperti ada yang hilang, seperti ada sesuatu yang kurang terjadi padaku.
Apa sebenarnya yang ku rasakan ini!?? Aku sendiri merasa bingung atas sikapku. Sebenarnya apa yang terjadi padaku???.
"Idor kenapa semenjak ayah meninggal kamu selalu melamun?" lagi lagi Iqbal membuyarkan lamunanku. Eh tunggu! disini Iqbal tadi menyebut nama ayahku cuma ayah, apa maksudnya? batinku. Aku menatapnya sejenak. Ada senyum. Ku lihat mukanya sedikit bersemu merah. Aku hanya bisa tertunduk, lalu ku hela nafas.
"Aku teringat tentang ayahku!" balasku, beralasan. Sebenarnya ada hal yang ingin ku utarakan padanya, tapi aku takut untuk menyatakannya. Yah, aku ingin mengutarakan unek- unekku yang kurasakan padanya. Aku hanya bisa diam, sesaat.
"Kenapa sih kamu melamun terus? Senyum juga jarang!"
"Ya emang kenapa?"
"Nggak enak tahu, dianggurin"
"Iqbal,,,"
"Idor,,,"
Aku dan Iqbal berbarengan saling memanggil. Lucu! Kami sama sama tersenyum.
"Kamu duluan Idor!"
"Kamu duluan Iqbal. Kayaknya kamu lebih penting!"
"Nggghhh,,, gini" terlihat Iqbal agak ragu.
"Jujur saja! aku akan dengarkan, apa pun itu!" yakinku pada Iqbal ku beri senyum, walaupun masih menyisakan kepedihan dihatiku.
"Menurut kamu seorang laki-laki suka dengan laki-laki itu wajar nggak!" nampaknya Iqbal mulai serius bahkan senyumnya nampak samar.
Hampir saja aku tersedak. Juga tawaku hampir meledak. Aku menggeleng, lemah. Tapi punya maksud. Bukannya aku tidak setuju dengan pernyataan Iqbal barusan, atau berupa hal yang tabu, tapi hal yang wajar, lumrah.
Nampak muka Iqbal tak berdarah. Sesaat. Seulas senyum dipaksakan. "Maksud kamu apa menggeleng? Apa ada yang salah?"
"Aku cuma berpikir, Iqbal! tenang saja. Aku nggak bakal mencomooh kok"
"Maksud kamu apa?" cerca Iqbal padaku tak memberi kesempatan, sepertinya.
"Baiklah, mungkin minggu lalu aku belum mampu untuk mengungkapkan perasaanku ini!"
"Tentang perasaan apa?"
"Dengarkan dulu Idor! mungkin bagimu tak wajar. Tapi perlu kamu tahu akan kebenarannya!"
Aku hanya bisa diam, mendengarkan tentang penjelasannya, nantinya. Entah mengapa, dadaku deg degan, hatiku berdesir hebat. Aku mendadak gugup. Aku masih menunggu?.
"Apa kamu tak akan marah?"
Aku menggeleng. Diam! Ku lihat Iqbal menarik nafas berat. Mungkin seberat apa yang akan diucapkan, diutarakan dari hatinya.
"Hmmm,, sedari awal tadi aku sudah menyinggungnya! kalau aku,, aku! suka sama kamu, lebih tepatnya aku cinta sama kamu Idor!" terlihat muka Iqbal meredup. Menahan nafas.
Deg!
Tuhan! aku berharap yang aku dengar ini cuma mimpi! aku ingin segera bangun dari mimpi ini. Tapi,,, kenyataannya, Iqbal berada didepanku. Dan ucapan itu meluncur dari mulutnya.
"Ak, aku,,,," aku grogi setengah mati. Tak tahu apa yang harus ku lakukan.
"Idor, kamu tak apa apa kan?"
Tubuhku rasanya tiba tiba lemas, tak bertenaga. Mendadak aku pusing. Ku rasakan dunia menjadi gelap gulita.
"Idor! Idor!" ku dengar Iqbal berteriak, tapi teriakannya yang kudengar hanya hembusan nafasnya.
"Iqbal maafkan aku!" itulah kata terakhir yang bisa ku ucapkan pada Iqbal.
<Tentang Perasaan>
(Bersambung,,, Gays)

KAMU SEDANG MEMBACA
Kitab kehidupan (Tamat)
Mistério / SuspenseSipnosis! Dalam perjalanan pulangnya menjenguk budenya karena habis operasi, IDOR, IQBAL serta ibunya Idor bernama Eva yuliana, travel yang membawa mereka bertiga mengalami kecelakaan, tabrakan dengan pengendara motor Rx-king. Keadaan Idor tidak ap...