bag 5

222 14 0
                                    

#Part 05
RK
#####

Senja baru turun menyelimuti alam. Awan awan hitaM nampak bergulung gulung diatas. Sepertinya malam ini akan turun hujan.

Akhh!

Ku tatap langit yang menggulita.

Aku dan Iqbal sudah janjian akan pergi kebukit yang terletak di Utara desaku, didalam hutan yang lebat.

Sesuai dengan permintaan mendiang ayahku sebelum beliau pergi.

Aku tak pernah memberikan  alasan apa apa pada Iqbal tentang ajakanku pergi kebukit yang berada dihutan dikampungku.

Iqbal berjanji dan akan datang menemaniku malam ini pergi kebukit.

Duuaaaarrrrrr,,,,!

Suara petir membuyarkan anganku. Angin bertiup kencang, derunya sampai kurasakan.

Tapi sosok Iqbal tak kelihatan, hingga malam menjadi pekat.

Ku edarkan pandanganku, tapi yang kuharapkan batang hidungnya pun tak kelihatan.

Aku mendesah lirih. "Ah,,, sepertinya malam ini Iqbal tak akan datang menemuiku, sesuai janjinya,,," gumamku lirih juga gelisah. Aku coba berpikir positif tentang Iqbal.

Mendadak tubuhku merinding, apalagi saat kilat menerangi alam sekitar, sesaat. Seperti ada bayangan bayangan yang menyeramkan. Akh lupakan! Itu hanya perasaanku saja! batinku.

Semuanya telah ku persiapkan. Yah,,, buntalan hitam pemberian mendiang ayahku, telah ku letakan diatas meja kecil ditempat biasa aku belajar.

Aku mulai menggigil karena hawa dingin yang menusuk hingga ketulang.

Duarrrrr! Duaaarrrrrrr! Duaaarrrrrr! kembali petir menggelegar dilangit, menimbulkan percikan api.

Aku masih berdiri diteras rumahku, berharap Iqbal datang. Tapi yang ku harapkan tak kunjung datang. "Akh,,,"  desahku berat.

Hujan bagai tercurah dari langit, sangat deras. Kini tak ada kilat, petir apalagi deru angin, semua nampak tenang. Hanya curahan hujan yang mengguyur sangat lebat.

Kembali ku edarkan pandangan dalam kepekatan malam, tapi aku harus kecewa karena sosok yang ku tunggu tak jua nongol.

Ku mencoba menghibur diriku, mencoba bertahan dideraaan hawa dingin yang  mulai mencucuk sampai ke tulang.

Ciuman pertama yang begitu membekas dalam dalam, dalam hatiku.

Duarrrrrrrrr!

Gelegar petir datang kembali, membuyarkan anganku karena aku begitu larut, dan tenggelam dalam pikiran serta perasaanku.

Rasa dingin sedikit berkurang saat aku bersidekap kedua tanganku. Ku coba bertahan, sejenak. ku hela nafas dalam. ku tatap alam sekitarku dalam pantulan sinar lampu yang berada diteras rumahku.

Ku pastikan sekali lagi sosok yang kutunggu tak datang aku putuskan untuk masuk kedalam. Ku langkahkan kakiku perlahan.

Deg!

Jatungku berhenti berdetak, seketika, nafasku entah hilang kemana?

Ku rasakan ada sentuhan tangan dingin dipundakku.

Aku bagai patung, dan tentunya wajahku, juga tubuhku, sendingin tangan yang memegang pundakku.

<Rasa Kecewa>

(Bersambung gays,,,,)

Kitab kehidupan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang