[20] Kegelapan Tak berujung #2

318 49 8
                                    

Tobio seketika berbalik, dia melihat Sayuri mendatanginya. Tapi, penampilannya saat ini benar-benar berbeda, ia terlihat sangat anggun dengan memakai gaun panjang berwarna putih. Sayuri terlihat seperti malaikat yang turun ke bumi.

"Ma... ma?" panggil Tobio ragu-ragu.

"Ini Mama sayang," Sayuri tersenyum, ia membuka kedua lengannya lebar-lebar memberi isyarat agar Tobio datang kepelukannya.

Tobio berjalan secara perlahan, dia masih ragu mendatangi Ibunya. Tetapi, semakin ia mendekat, pergerakannya semakin cepat. Ketika sampai di hadapan Sayuri, Tobio langsung memeluknya.

"Ini beneran Mama?" tanya Tobio sembari menenggelamkan wajahnya ke perut Sayuri.

"Ya ini Mama, Sayang," jawab Sayuri mengelus lembut surai rambut Tobio.

Tobio mendongak menatap Sang Ibu, "apa Mama membenciku?"

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Karena aku yang membunuh Mama," Tobio berucap pelan, dia semakin mengeratkan pelukannya.

Sayuri menghela napas, ia tersenyum lembut dan mencium pucuk kepala Tobio. Dia berkata dengan bijak, "Kamu bukan yang membunuh Mama, Sayang. Tapi takdir."

Tobio mendongak, kedua tangannya masih ia lingkarkan pada pinggang kecil Ibunya. Ia melihat Sayuri dengan tatapan bingung. Hal ini membuat Sayuri terkekeh, "Manusia diciptakan dengan takdir yang berbeda-beda, Sayang. Jika Mama udah gak ada itu bukan salah Tobi. Tapi, takdir yang menghendaki demikian," ia menyentuh hidung mancung nan kecil Tobio menggunakan jari telunjuknya.

"Apa maksudnya?"

"Kalau Mama selamat hari itu, berarti Mama akan tetap pergi tapi dengan cara lain, Sayang. Mama pasti akan tetap mati di hari itu."

Tobio semakin mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa?"

"Karena itulah takdir."

"Aku gak ngerti," ucap Tobio sembari cemberut.

Sayuri menangkup wajah Tobio, "Gak masalah kalau kamu gak ngerti Sayang, yang penting kematian Mama bukan salah kamu."

Tobio hanya menatap Ibunya, dia berkata dengan lirih, "tapi Ma... "

Sayuri mendesah, "haaaa... Tobi... Percaya sama Mama. Itu.bukan.salah.Tobi.mengerti?" Tobio hanya diam.

Sayuri berkata dengan lembut mencoba meyakinkan anaknya, "Jangan pernah menyalahkan dirimu untuk sesuatu yang tidak pernah kamu lakukan, Sayang. Sampai kapanpun itu bukan salah Tobi, jadi Tobi jangan menyalahkan diri sendiri, okay? Mengerti sayang?" Kali ini Tobio mengangguk pelan.

Sayuri yang melihat itu tersenyum senang, "Apa kamu merindukan semua saudaramu, sayang? Sei, Karma, Akihiro-san, Oji-san dan yang lainnya?" Tobio mengangguk.

"Mama juga," ia membelai pipi Tobio lalu melanjutkan, "Maka dari itu setelah kamu bertemu mereka, bilang dapat salam dari Mama ya?"

"Mama gak ikut Tobi aja?"

Sayuri tertawa, "Mama udah gak bisa ikut, Sayang. Kan Mama udah pergi... Atau kamu mau ikut Mama aja?"

Mendengar hal itu mata Tobio langsung berbinar, dia bertanya dengan semangat, "Tobi bisa ikut?!"

Sayuri mengangguk, "Iya, Sayang. Lagian Mama kesini untuk menjemputmu."

"Benarkah?"

"Ya!" Sayuri menjawab dengan gembira.

"Honey," panggil seseorang.

Mereka berdua lalu berbalik untuk melihat siapa yang datang. Ketika melihat bahwa Shigemaru orangnya Tobio langsung memanggilnya, "Papa!" dia melepaskan Ibunya kemudian berlari menuju Ayahnya. Tobio langsung memeluk Shigemaru.

Raven's Sibling || Fem!KageyamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang