09 - Kita teman bukan?

442 64 6
                                    

"Sei."

"Hm?"

"Sei."

"Hm?"

"Seeeee--iiiiiiii..."

Yang dipanggil menghela napas. "Ada apa?"

"Otakku sakit.." Tobio mengerucutkan bibirnya.

Seijuro sekarang berada di rumah keluarga Kambe. Dia dan Tobio sedang duduk santai di kebun bunga pribadi dengan ditemani papan shogi di atas meja.

Ya, mereka main shogi. Lebih tepatnya Seijuro mengajari Tobio.

"Jangan ngomong sembarangan, ayo mulai lagi." Seijuro mulai menggerakan salah satu bidak.

"Tapi Sei..." Setelah Seijuro, kini Tobio menggerakan bidaknya.

"Ada apa?"

"Otakku lelah."

"Belum apa-apa sudah lelah."

Tobio menatapnya dengan tidak terima. "Haaahh?! Apa maksudmu belum apa-apa? Aku sudah kalah enam belas kali, Sei!"

"Dan aku belum kalah sekali pun." Ia menyeringai. Bertingkah sombong di hadapan Tobio.

Tobio mendecakkan lidah. "Kan aku sudah bilang tidak paham main shogi. Ayo ganti!"

"Catu--"

"Tidak!" Tahu apa yang ingin dimainkan Seijuro, Tobio langsung menolaknya tanpa menunggu Seijuro menyelesaikan ucapan. "Yang lainnya.. kalau itu sama saja." Dia menaruh kepalanya di meja, cemberut.

Seijuro menatap Tobio, menaikkan satu alis, mencoba membangkitkan semangat juang anak gadis itu dalam bermain shogi. "Bukannya kamu biasanya bukan orang yang gampang nyerah?"

"Kalau shogi dan catur aku--" Tobio mengangkat kedua tangannya lalu menggeleng. Tanda bahwa dia menyerah.

Seijuro terkekeh melihatnya. "Ayo istirahat dulu kalau begitu."

Tobio mendecakkan lidah. "Bukan istirahat tapi u-da-han!" 

"Yang minta diajarin main shogi siapa?"

"Ya aku, tapi! Muri desu. Otakku terlalu sederhana untuk permainan yang rumit semacam ini..." Tobio mengusap-usap rambutnya seakan ingin memadamkan api yang sedang mengepul.

"Kenapa kamu tiba-tiba minta aku mengajari main shogi?" Melihat bahwa Tobio sudah tidak mau lagi bermain, Seijuro mulai merapikan papan shogi dan bidaknya.

"Habisnya, tiap kamu datang mesti Papa selalu menyeretmu untuk bermain catur, dan aku harus menunggumu selama satu jam dulu." Tobio menggerutu. Bahkan bibirnya ikut maju hingga beberapa sentimeter.

Seijuro menganggapnya lucu. Sudut bibir tertarik ke samping dengan tipis. "Bermain dengan Tuan Kambe memang menyenangkan."

"Jadi, bermain denganku tidak?"

Seijuri menghendikkan bahu. "Aku tidak pernah mengatakannya."

Alis Tobio mengkerut, menatap tajam Sei. "Tapi kamu tidak mencoba mengelaknya!"

"Aku tidak mengelak bukan berarti setuju 'kan?"

"....."

Tobio membuka dan menutup mulutnya seperti ikan kepanasan, ingin mencoba membalas perkataan Seijuro. Tapi sayang, tidak ada kata yang tepat yang dapat membalas perkataan Seijuro.

Melihat hal itu, Seijuro menyeringai.

"Hmph!" Tobio memalingkan wajah dengan tangan bersedekap, bersikap seolah-olah dia marah kepada Seijuro.

Raven's Sibling || Fem!KageyamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang