Pertandingan sudah selesai beberapa menit yang lalu dengan tim SMK yang menjadi pemenangnya.
"Ish, pasti sekolah kalian curang deh, masa iya tuan rumah menang, nggak logis," gerutu Lea.
"Lah, sembarangan kalau ngomong, sejak kapan tuan rumah nggak logis kalau menang? Kalau konsepnya gitu mah, mana ada yang mau jadi tuan rumah," sangkal Alvaska.
"Bodolah, pokoknya sekolah kalian curang, titik! Harusnya sekolah Lea yang menang!" serunya.
"Iyaa, gimana senengnya hati lo aja dah, tapi nggak usah teriak-teriak juga, kedengeran sama orang lain, tawuran dah," peringat Alvaska.
"Biarin, wleek." Alea menjulurkan lidahnya dengan wajah meledek.
Alvaska sampai geleng-geleng kepala dibuatnya. "Langsung pulang atau ikut gue nongkrong dulu nih?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Pulaaang!" jawab Alea bersemangat.
"Oke, ikut nongkrong," sahut Alvaska seraya menarik paksa Alea ke tempat tongkrongan nya.
"Lah, Lea kan bilang nya pulang," protesnya.
"Ikut nongkrong aja, ribet kalau ngantar lo pulang dulu, kudu bolak-balik."
"Ish, kalau gitu ngapain nanya tadi," gerutu Alea. Alvaska hanya mengedikkan bahunya acuh seraya bersiul.
Tempat tongkrongan yang dimaksud Alvaska ternyata hanyalah kantin sekolah, padahal ketika Alea ditarik tadi, ia sudah sedikit halu membayangkan tempat tongkrong kembarannya itu seperti di basecamp bernuansa dark yang dipenuhi para lelaki good looking nan keren.
Tapi ternyata hanya nyempil di pojok kantin, teman-temannya pun B aja sejauh penglihatan Lea, tak seganteng cowok-cowok cast wattpad.
Seharusnya, ada lah gitu, yang tampangnya sebelas duabelas sama Manu Rios atau Shawn Mendes.
"Fiuu, cewek."
"Apa cewek cewek? Aing lanang!" sergah Alea galak, ia memang paling tak suka jika dicatcalling.
"Lah, galak amat cewek lo Ka," gidik salah satu cowok disana.
"Bukan cewek gue, adek gue," sangkal Alvaska.
"Owh, si Alea kembaran cewek lo yang sering lo ceritain itu ya? Gue pikir cewek lo."
"Ngadi-ngadi lo No, Alvaska mana doyan cewek, seleranya mah yang batangan."
"BWAHAHA."
Seketika tongkrongan cowok itu dipenuhi gelak tawa, membuat Alea sedikit risih.
"Ciww, Lea, lo ngikut nongkrong juga ya? Eh, tadi liat gue tanding nggak? Hebat kan gue?" Entah darimana asalnya, Angkasa tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Alea sambil nyerocos dengan PD nya.
Lea sedikit berjengit, dengan kikuk ia sedikit menjaga jarak dengan Angkasa. Ingat, tadi ia sudah berjanji ke Alvaska untuk menjauhi Angkasa, sebisa mungkin Alea harus menjaga perasaan kakaknya.
Alaska yang sedari tadi hanya memerhatikan Alea pun sedikit menarik adiknya itu agar mendekat begitu melihat Alea mengeluarkan ekspresi seolah ia tak nyaman.
Alea lagi-lagi tersentak, ia baru menyadari jika Alaska ada di gerombolan ini sedari tadi, ia pikir Alvaska dan Alaska tak se circle, bahkan Alea pernah berasumsi jika kedua kembarannya itu hanya seperti orang asing di sekolah, tapi ternyata kenyataannya tidak.
"Weh, nggak ada niatan mau main apa gitu? Diem-diem bae dari tadi," celetuk laki-laki berambut ikal disana.
"Bagian mananya yang diam-diam bae? Perasaan dari tadi kayak kerasukan reog semua," sanggah Alaska. Alea mengangguk-anggukkan kepalanya setuju, ketika ia baru sampai kesini tadi, ia pun bisa melihat jika tongkrongan ini sudah seperti kawanan monyet yang lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Brothers [TAMAT]✓
Teen Fiction"Loh, ntar-ntar, mama nitipin gue ke abang-abang biar gue bisa dididik sama mereka? Kelakuan mereka kan lebih laknat dari gue." ..... Dituntut agar bisa ini itu saja sudah cukup membuat Alea kesal. Sekarang mamanya berulah lagi dengan menitipkan Ale...