|RESAH|

10.6K 1.2K 6
                                    

Malam ini Alea beserta keluarga besarnya tengah makan malam bersama dengan hidangan istimewa yang membuat Alea ngiler seketika.

"Bang Bang, ambilin paha kalkunnya tuh, Lea mau dua-duanya." Alea menoel-noel Vino yang berada di sebelah kirinya.

Dengan manut, Vino mengambil kan apa yang diminta Lea dan menaruhnya di piring sang Empunya.

"Lah, kok diambil kedua-duanya? Marvel juga mau," protes Marvel—adik sepupu Lea yang masih berusia sepuluh tahun.

"Enggak, ini buat gue semua, sana makan bagian lain," suruh Alea.

"Lah, nggak mau, maunya paha," tolak Marvel mutlak.

"Paha-paha mulu lo, nih, makan paha gue." Alea menyodorkan kakinya yang hanya dibalut hotpants, bermaksud untuk mengejek sepupu kecilnya itu.

Marvel menatap Alea jengkel, karena sudah kepalang kesal, tanpa pikir panjang Marvel langsung menggigit paha Alea sekuat tenaga.

"Akhh! Mama!" Alea menjerit kaget sekaligus kesakitan.

Orang-orang yang menyaksikan itu hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepalanya, sudah sangat hapal dengan tabiat Alea yang masih saja kekanak-kanakan.

Namun ada juga yang malah tertawa terpingkal-pingkal, layaknya Kevan dan Alaska yang tampak sangat bahagia melihat penderitaan sang Adik.

"Marvel, udah, jangan diganggu kakaknya," tukas ayah Marvel—Austin.

Fyi, saat ini meja makan diisi oleh 17 orang.

Mama Alea merupakan anak tengah, dimana ia memiliki satu orang kakak laki-laki bernama Bryan dan seorang adik laki-laki, Austin.

Bryan menikah dengan salah satu desaigner kondang dan telah dikarunia dua orang anak laki-laki, Alex dan Kevan.

Alex sendiri pun sudah menikah, dan saat ini ia telah memiliki bayi laki-laki berbadan gempal, Sementara Kevan masih kuliah, ia sepantaran dengan Vino.

Austin pun sudah dikaruniai 3 orang anak laki-laki, Varel, Marvel dan bayi gembul yang selalu melekat di dekapan sang Ibu, Rafael.

Varel sebenarnya satu sekolah dengan si Kembar Alaska dan Alvaska, hanya saja mereka tak begitu akrab di sekolah, itu sebabnya Alea tak melihatnya berada di tongkrongan kakaknya di SMK kemaren.

"Devan, Opa denger beberapa hari yang lalu kamu ngadopsi anak ya?"

Alea melirik sekilas ke opa nya, lalu beralih menatap Devan, ia khawatir jika keluarganya kembali memojokkan Devan malam ini.

"Iya," jawab Devan singkat.

Alea bisa merasakan kegundahan hati sang Kakak saat ini, sangat kentara dengan pandangan Devan yang semakin menunduk, tak ingin sama sekali menatap orang-orang di sekitar.

Nenek Alea menghela nafas jengah, membuat Devan kian menundukkan kepalanya.

"Devan, sampai kapan kamu kayak gini terus? Masih banyak kok perempuan diluaran sana, apa perlu Opa tolongin cari? Opa punya kenalan yang cucunya seumuran kamu juga," seloroh Ahston, kakek mereka.

"Enggak Opa, Devan sama Liam aja," ujar Devan pelan, ia kian meremas garpu yang digenggamnya.

"Devaan, astaga! Sampai kapan sih kamu bikin malu keluarga kayak gini? Belum selesai masalah kamu yang tinggal serumah sama laki-laki itu, sekarang kamu malah ngadop anak tanpa sepengetahuan keluarga, kamu mikir dong Devan!" Aura—sang Nenek, menaikkan nada bicaranya, ia sudah sangat muak melihat kelakuan cucunya.

"Udahlah Maa, Devan nya udah dewasa, dia berhak nentuin pilihan hidupnya," bela Naura seraya mengusap kepala Devan lembut, ia tak terima jika anak sulungnya kembali disudutkan untuk kesekian kalinya.

Living with Brothers  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang