|JANGGAL|

8.8K 923 2
                                    

Alea keluar dari kelas dengan wajah kusut. Hari selasa adalah hari paling menyebalkan baginya, karena di hari itu, mata pelajaran matematika wajib, matematika peminatan, kimia, fisika dan biologi bergabung menjadi satu membentuk simponie jurusan MIPA tercinta.

"Ck, Bang Vino kemana sih? Katanya mau jemput." Alea menggerutu pelan. Arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 kurang seperempat, ia ingin cepat-cepat pulang dan beristirahat. Namun sang Jemputan tak kunjung datang.

Drrtt... drrttt...

Tak berselang lama setelah ia mendumel tak jelas, handphone di saku roknya bergetar pelan menandakan ada pesan yang masuk. Buru-buru Lea mencek HPnya.

Bang Vino

Lea, Abang lagi di cafe Liam
langsung ke sini aja ya

Cepetan, Ya.
Abang lagi buru-buru

Dua bubble chat dari Vino itu membuat kening Lea berkerut samar. Tak biasanya kakak keduanya itu terburu-buru, saat akan bertemu dengan dosen pembimbing pun ia masih santai-santai meskipun sebenarnya sudah telat.

Tak ingin berlarut-larut dengan pemikirannya, Alea pun langsung bergegas pergi ke cafe milik Liam. Sungguh, Lea benar-benar merindukan kasur empuknya di rumah.

Sementara beberapa meter dari SMA Garuda, seorang pria tampak menghisap rokoknya dengan kegelisahan yang terpampang jelas. Vino namanya, pria 24 tahun yang saat ini tengah dipusingkan oleh skripsi yang tak kunjung usai.

Untuk kesekian kalinya pria itu mencek handphone nya. Helaan nafas kasar terdengar begitu jelas, ia lelah, tapi kondisi seolah tak mengizinkannya untuk istirahat barang sejenak saja, ada saja masalah yang menghampiri.

Di tengah-tengah masalah ini pun, bebannya masih saja ditambah. Devan menitipkan Alea kepadanya. Sekarang Alea harus ia ke manakan? Tak mungkin ia biarkan Alea ikut campur dalam permasalahan ini.

Vino membuang puntung rokoknya ke sembarang arah saat melihat Alea sudah berada di seberang jalan sana. Dengan gerakan tangan, ia mengodekan Lea untuk tetap berada di sana.

Vino melongok ke kanan kiri sebelum menyebrangi jalanan yang cukup ramai itu.

"Nongkrong dulu nggak, Bang?" tanya Lea begitu Vino sudah berada di depannya. Bukan tanpa alasan Alea bertanya seperti itu, setiap kali Vino menjemputnya, Vino pasti akan mengajaknya untuk duduk-duduk di cafe terlebih dahulu.

"Nggak, langsung pulang," jawab Vino singkat tanpa menoleh sedikitpun ke arah Alea. Sebelah tangannya memegang erat pergelangan tangan Lea, membantu sang Adik untuk menyebrangi jalan.

"Loh, kok cafe Kak Liam udah tutup aja? Biasanya kan tutupnya jam 11." Alea menatap aneh karena cafe didepannya itu tampak sepi karena memang bangunan itu sudah ditutup, padahal biasanya jam-jam segini begitu banyak pengunjung yang didominasi anak-anak SMA angkatan Lea yang mengambil kelas tambahan malam.

"Hmm, besok buka lagi," jawab Vino sekenanya, "ayo masuk."

Lea mengangguk dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil. Mobil putih tersebut melaju dengan kecepatan yang tak main-main, tak sekali dua kali Vino mengumpat saat ada kendaraan lain yang dirasa menghalangi jalan kendaraannya.

Di sampingnya Alea hanya bisa berpegang erat pada sandaran kursi, sedikit menyesal karena tadi tak sempat memasang seatbelt. Di dalam hati ia merutuki apapun yang menjadi penyebab kakaknya kesetanan seperti ini.

Living with Brothers  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang