|DIA...|

5.9K 661 51
                                    

Cek part sebelumnya dulu ya, kemarin aku update takutnya notif nggak masuk lagi

°°°

"Kalau lo emang pengen ketemu gue, jemput gue ke sini!"

Alea membanting HP nya ke kasur setelah puas meneriaki Angkasa habis-habisan lewat telfonnya. Dada Alea naik turun tak karuan, sudah begitu lama ia tak emosi begini.

Ucapan Alvaska tadi malam benar-benar sukses membuatnya uring-uringan. Bagaimana mungkin, bagaimana mungkin pria yang biasanya kalem itu ternyata memiliki sisi yang begitu gila?

Tak cukup dengan menyatakan perasaan gila terhadap dirinya, Alvaska ternyata juga memendam perasaan konyol itu kepada kakak-kakaknya yang lain! Betapa gila kembarannya satu itu.

Semalaman tadi, Alea ketakutan setengah mati. Membayangkan beberapa tahun ini Alvaska terus berbuat hal gila membuat hatinya tergores. Sosok Alvaska benar-benar di luar ekspektasinya.

Alea termangu di sudut kamar, tatapannya menerawang ke depan. Apa ia terlihat menyedihkan sekarang?

Setelah sepanjang malam terjaga menelaah kucuran kata yang ia dengar, sekarang, tak hanya perasaan marah pada Alvaska yang ia rasakan, melainkan juga jijik kepada dirinya sendiri.

Untuk apa ia membenci perasaan Alvaska jika ia sendiri juga sama? Ia bahkan sudah menjalin hubungan Angkasa, dengan orang yang notabennya seayah dengannya.

"Apa bedanya gue sama Alvaska? Kita berdua sama-sama hina." Alea terkekeh sumbang. Rasanya ia tak pantas lagi jika harus menangis, apa yang akan ia tangisi? Hatinya berkata jika ia  terlihat menjijikkan sekarang. Mungkin setelah ini ia akan menemui Alvaska untuk mengucapkan selamat, lihatlah, pria itu berhasil membuat anak cengeng ini tak sudi untuk menangis.

"Alea! Di bawah ada Angkasa, nyariin lo!"

Suara seruan Vino dari luar membuat Alea tersadar, kepalanya refleks tertegak.

"Gue pikir dia nggak bakal berani ke sini." Alea bergumam panik, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Pikiran-pikiran buruk mulai berkelana di kepalanya, bagaimana jika Alvaska melihat kedatangan Angkasa? Apa pria itu akan merasa terancam karena Angkasa yang semakin berani? Apa pria itu akan berbuat sesuatu yang nekat?!

"Leaa?"

"Iya, Bang. Bentaar."

Alea bergegas bangkit, secara kilat ia sedikit merapikan penampilannya yang lumayan berantakan.  Ia melangkah keluar kamar dengan perasaan sedikit tak nyaman.

Baru membuka pintu kamar, ia langsung disambut dengan pemandangan Vino yang bersedekap dada di depan pintu kamarnya.

"Lo udah putus kan sama Angkasa?" tanya Vino dengan intonasi menaruh curiga.

"Udah," jawab Lea terkesan tak peduli.

"Kok dia datengin lo ke sini? Mau ngapain?" intograsi Vino.

Alea menggeleng pelan. "Mungkin dia mau ngajak belajar bareng. Habis putus kita masih contact an," bohong Lea.

Vino tampak memicing beberapa saat sebelum akhirnya menghembuskan nafas pasrah. "Jangan keseringan interaksi sama dia, Mama nggak bakal suka liat lo deket sama dia. Gue pun nggak suka."

"Iya." Alea mengangguk singkat.

Tanpa kata, ia melewati tubuh Vino begitu saja. Mood nya sangat tak baik untuk sekedar berbincang panjang.

Living with Brothers  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang