|BORED|

5.2K 664 32
                                    

Happy reading~

°°°

"Mau kemana?!"

Pergerakan Alea yang tadinya pelan-pelan membuka pintu tiba-tiba saja terhenti. Bulu kuduknya meremang, dengan takut, ia menoleh ke belakang.

"Lea mau keluar bentar, Ma," cicit Lea nyaris tak terdengar.

"Nggak boleh!" Nayra menyentak keras tangan Lea yang masih memegangi knop pintu. Ditariknya anaknya itu menjauh dari sana. "Udah berapa kali Mama bilang? Jangan keluar rumah!"

Alea tertunduk takut, mamanya memang sosok ibu cerewet yang apa-apa diomeli. Namun, beberapa hari ini marahnya Nayra benar-benar menakutkan, ia seperti dihadapkan dengan orang asing.

"Ma—"

"Masuk ke kamar, Lea."

Alea tertunduk lesu, dengan langkah lunglai ia berjalan menuju kamar kakak-kakaknya. Entah sudah berapa kali ia merutuki Galang, karena pria itu, mamanya menjadi lepas kendali.

"Bang." Alea menghempaskan diri di ranjang milik Vino, kebetulan sekali di kamar itu ada keempat kakaknya, ia benar-benar ingin merengek sejadi-jadinya.

"Bang, Mama nggak ngebolehin keluaar." Alea menggulingkan badannya kian kemari.

"Ck, diem!" sentak Vino seraya melemparkan guling pada sang Adik. Ia sedang tak enak badan, tenaganya benar-benar terkuras habis usai acara wisudanya kemarin.

Alea bersungut-sungut tak terima. "Abang mah enak masih dibolehin keluyuran, lah Lea? Ketimbang pergi ngeliat acara wisuda abang aja nggak dibolehin. Mau mati rasanya," keluhnya mendramatisir.

Vino tak menggubris sama sekali. Tak kehabisan akal, kali ini Alea menaiki jenjang ranjang, tempat tidur Devan memang tepat berada di atas tempat tidur Vino. Sepertinya tak apa jika ia harus melampiaskan kekesalannya pada sang Kakak sulung.

"Bang," panggil Lea dengan tangan yang menggoyang-goyang badan Devan. "Bang Devaaan."

"Ssshh, jangan berisik. Pala gue lagi sakit," desis Devan merasa terusik.

Bibir Lea refleks mengerucut. "Sakit tapi masih sanggup main HP."

"Gue sakit ya, bukan mati!"

"Ya kalau belum mati bisa dengerin Lea ngomong dong!" teriak Lea setengah kesal. "Lagian Abang ngeliat apaan sih? Fokus amat."

"Bukan urusan lo, sana  pergi!" Devan menahan kepala Lea yang hendak mengintip isi handphone-nya.

"Ishh, pelit! Pasti lagi jelalatan liatin foto cewek."

Devan terbelalak, entah apa salahnya hingga dikenakan tuduhan keji semacam itu.

Mendapat tatapan tak bersahabat dari Devan, nyali Lea menciut seketika. Perlahan ia kembali menuruni ranjang. "Y-ya, kalau iya nggak papa bang, normal itu. Kalau jelalatan liat cowok baru nggak boleh," ujarnya dengan cengiran tanpa dosa.

Devan mendengus keras. Tanpa memedulikan adiknya lagi, langsung saja dibungkusnya tubuhnya dengan selimut.

Alea lagi-lagi mencebik. Kali ini sasarannya jatuh pada sang Kembaran. Namun sayang, baik Alaska maupun Alvaska sudah terlelap di tempat tidur masing-masing. Padahal sekarang masih jam 8 malam. Larangan mutlak Nayra yang tidak memperbolehkan mereka keluar benar-benar membuat mereka tersiksa, Alea yang notabennya anak rumahan saja rasanya ingin mati kebosanan, apalagi kembarannya yang hobi keluyuran.

Living with Brothers  [TAMAT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang