"Kok lo mau aja jadi supir gue sih anjir?" Alea menatap Angkasa kesal, baru saja tadi malam ia mewanti-wanti untuk tidak terlalu sering berurusan dengan Angkasa, eh, dianya malah menjelma jadi supir pribadi.
"Ngehehe." Angkasa mengeluarkan cengiran andalannya, membuat Alea mendengus tak suka, jika saja yang disampingnya ini adalah salah satu kakaknya, sudah pasti kepala Alea menjadi sasaran tempelengan kakaknya karena dengan seenak jidat mengatakan ia supir, ditambah lagi Alea barusan mengumpat.
Tapi Angkasa? Bukannya protes atau apa malah cengengesan seperti orang gila.
"Woi! SMA gue kelewat!" teriak Alea lantang, apakah Angkasa berpikir jika Alea bersekolah di SMK yang sama dengannya? Tidakkah kakaknya memberi tahu Angkasa?
"Iya, tauu," jawab Angkasa kelewat santai.
"Ya putar balik doong." Alea gemas sendiri jadinya, sudah tau tujuannya terlewat, bukannya putar balik malah lanjut gas.
"Serius lo mau sekolah? Sekarang hari Jum'at loh, besok Sabtu, libur," tanya Angkasa sembari berusaha menaikkan sebelah alisnya, tapi yang naik malah kedua-duanya.
"Ya karena sekarang Jum'at makanya gue sekolah, kalau Sabtu ngapain ke sekolah? Mendingan molor di rumah!" teriak Alea kesal. Jika ia beneran dibawa bolos oleh pria tengil di sampingnya, matilah iaa, bisa-bisa uang jajannya ditarik oleh Devan.
"Yaelah, sans aja kali, bolos sekali doang gak bakal bikin otak lo ilang, eh, lo punya otak nggak sih?"
"Aghh! Angkasa!!" Alea mengacak-acak rambutnya frustasi, ia serasa diculik kalau begini caranya.
Oke, sebagai pecinta novel, Alea memang pernah kepengen diculik oleh mafia ganteng atau siapapun lah itu, pokoknya ganteng, sayangnya Alea lupa merequest kelakuan si cogan itu. Iyasih Angkasa ganteng, tapi yaa, bukan spesies konyol seperti ini yang Alea inginkan.
"Santai aja kalau lo nggak punya otak mah, gue juga nggak punya otak kok." Angkasa menepuk-nepuk dada dengan senyuman bangganya.
Alea serasa ingin membenturkan kepalanya detik itu aja, makhluk jenis apa di sampingnya ini?
"Gini deh gini, ntar gue ajak lo nangkring di taman kota ya. Seru loh, daripada ke sekolah ya kan, mumet otak kita," bujuk Angkasa, sebenarnya sedari tadi ide-ide jahil sudah berseliweran di kepalanya, dan tugas pertamanya ialah memprovokasi otak Alea agar mau bolos hari ini.
"Gini deh, gue traktir lo eskrim sekalian yah?" Angkasa menambah sogokannya, melihat tampang flat yang dikeluarkan Alea membuat Angkasa menyengir lebar.
Okey, cewek seperti Alea ini tampaknya tergolong ke dalam spesies beban keluarga. Saatnya kartu kredit Angkasa beraksi.
"Mau gue traktirin di mall nggak?"
"Uhm?" Kepala Alea langsung menoleh ketika mendengar kata mall.
Angkasa tersenyum lebar, "beli semua yang lo mau."
°°°°°
"Woy anjir! Alea! Lo mau porotin gue?!"
"Loh, katanya beli semua yang gue mau," ucap Alea dengan tampang polosnya.
"Ya nggak sebanyak ini juga." Angkasa mengacak rambutnya frustasi, dia mengajak Alea ke sini agar ada teman untuk membolos, udah, itu saja.
Ia tak menyangka jika barang belanjaan Alea sebegitu banyaknya, sekarang masih pertengahan bulan, hingga akhir bulan besok, masih banyak keperluan yang harus ia beli. Apa kata papi nya nanti ketika melihat tagihan kartu kredit Angkasa bulan ini membludak?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Brothers [TAMAT]✓
Roman pour Adolescents"Loh, ntar-ntar, mama nitipin gue ke abang-abang biar gue bisa dididik sama mereka? Kelakuan mereka kan lebih laknat dari gue." ..... Dituntut agar bisa ini itu saja sudah cukup membuat Alea kesal. Sekarang mamanya berulah lagi dengan menitipkan Ale...