"Kak Roraa," panggil Alea, ia beberapa kali mengetuk pintu rumah berwarna putih gading itu.
"Kaaak." Suara cempreng Alea menggelegar ke penjuru rumah. Dengan tak sabaran Alea menggedor-gedor pintu rumah itu dengan sepuas hatinya.
Hal tersebut tentu saja membuat sang tuan rumah terganggu dan keluar dari rumahnya.
"Apaan sih Lo?! Berisik tau nggak!" bentak Angkasa dengan wajah bantalnya.
"Lo yang apaan! Gue manggil Kak Rora, kok lo yang sewot!" bentak Alea balik.
"Eh, Alea...." Wajah Angkasa melunak seketika begitu menyadari yang menggedor-gedor pintu rumahnya itu Alea, ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal sembari nyengir-nyengir kuda.
"Haamm," dehem Alea dengan wajah datarnya. "Kak Rora mana?" tanyanya lanjut.
"Tadi malam nginap di kosan teman, palingan ntar sore baru balik," ujar Angkasa malas, pertanyaan Alea tadi membuatnya ingat jika sang kakak tadi malam berpesan untuk membereskan semua pekerjaan rumah hari ini, mengingatnya saja sudah membuat Angkasa letih, apalagi mengerjakannya.
"Oh, yaudah," sahut Alea dengan wajah murung, padahal ia ingin berbincang panjang dengan kakak kelas di SMP nya dulu itu. "nih." Alea menyerahkan paper-bag berisi hoodie Angkasa tadi.
Angkasa menerima paper-bag itu dengan kerutan di wajahnya, tapi seperkian detik kemudian, cengiran kembali menghiasi wajah tampannya. "Wangi deh, kalau Alea yang nyuciin," pujinya.
"Lah, nggak gue cuci kok, dijemur doang itu," ucap Alea jujur.
"Oh?" Angkasa melebarkan bola matanya shock. "Ohmm, t-tetap wangi kok," kilah Angkasa sambil mengendus hoodie yang ia pegang, bau keringat berkolaborasi dengan dengan bau matahari, bau yang sangat nikmat.
"Aneh, baunya nyengat gitu dibilang wangi." Alea mengernyit, Angkasa tertohok.
"Udahlah, gue mau pulang." Alea membalikkan tubuhnya ingin pergi, tapi dengan cepat Angkasa tahan, membuat Alea harus memutar balikkan tubuhnya lagi.
"Ikut gue jogging lah yuk," ajak Angkasa dengan intonasi yang terkesan memaksa.
"Nggak ah, males," tolak Alea, tentu saja ia malas, seumur-umur ia tak pernah tuh melakukan yang namanya lari pagi. Pernah sih sekali nemenin Liam, itupun lebih tepat dibilang jajan pagi, uang Liam sampai habis karena Alea terus memberhentikan para penjualan makanan keliling.
"Nggak ada males-males, lihat tuh badan, udah kayak ikan buntal," ejek Angkasa.
"Eh, nggak usah ngejek badan gue, badan lo tuh, kayak kingkong!" teriak Alea tak terima.
"Heh, bagus gini dibilang kayak kingkong." Angkasa menarik bajunya ke atas, memperlihatkan perut sixpack yang terpahat sempurna. Ia sungguh tak terima jika usaha kerasnya untuk membentuk tubuh sedemikian rupa malah diejek hasilnya oleh Alea.
Alea menatap perut Angkasa datar, Angkasa pikir ia akan tergoda? Oh, tentu tidak, para kakaknya juga mempunyai ABS, terlebih Devan, tubuhnya jauh lebih bagus daripada Angkasa.
"Perut kok kotak? Habis nelen nasi kotak sekotak-kotaknya yaa," ejek Alea.
"Huh!" Angkasa membuang nafas kasar.
Ia mengunci pintu rumahnya dengan hati dongkol, tanpa persetujuan dari Alea lagi, Angkasa langsung saja menarik Alea keluar dari perkarangan rumah.
"Aghh, lepas." Alea mencoba melepaskan diri, tapi tenaga Angkasa amatlah kuas.
"Nggak, hari ini kita jogging, titik," titah Angkasa.
Dan berakhirlah pagi ini dengan dua sejoli yang bau jigong pergi jogging.

KAMU SEDANG MEMBACA
Living with Brothers [TAMAT]✓
Genç Kurgu"Loh, ntar-ntar, mama nitipin gue ke abang-abang biar gue bisa dididik sama mereka? Kelakuan mereka kan lebih laknat dari gue." ..... Dituntut agar bisa ini itu saja sudah cukup membuat Alea kesal. Sekarang mamanya berulah lagi dengan menitipkan Ale...