Part 20

1.3K 63 0
                                    

Tong Yao pun melihat ke HP nya, sudah pukul 11.35 menit dan kue itu masih belum datang, ia takut kue itu datang disaat Lu Sicheng sudah selesai mandi. Dan 5 menit kemudian, pintu kamar hotel pun diketuk pelan, dan kue yang dibantu pesan oleh Jinyang pun datang. Lengkap dengan lilin dan koreknya. Tong Yao langsung masuk ke kamar ganti dan mengunci pintunya.

Tong Yao mulai menata kue tersebut dan melihat lingerie yang sudah terpajang disana. Ia ragu menggunakan lingerie itu, tapi ia tidak punya pilihan lain. Hadiah apa yang bisa ia berikan untuk pria yang sudah memiliki segalanya. Bahkan hasil tabungannya pun selama bermain di e-sport hanyalah pinggiran saldo di rekening Lu Sicheng.

Pukul 11.50 Tong Yao masih didalam ruang ganti, sementara Lu Sicheng sudah selesai 5 menit yang lalu dan sekarang mengetuk pintu kamar ganti. "Iaopo (istri).. kau sedang apa?" dan Tong Yao pun mulai panik. "tunggu, aku sedang berkemas" jawab Tong Yao dan tergesa-gesa menggunakan lingerie hitam itu. Ia mencari baju handuk dan berusaha mengunakannya secepat mungkin, Tong Yao masih belum berani secara langsung memperlihatkan dihadapan Lu Sicheng.

"Cheng Ge, pergilah ke ranjang, aku akan segera keluar.." ujar Tong Yao. "kenapa aku harus ke ranjang tanpamu?" tanya Lu Sicheng semakin curiga. "apa yang kau lakukan didalam sana? Apa kau baik-baik saja?" tanya Lu Sicheng. "aku baik-baik saja" jawab Tong Yao

Pukul 11.59 "dengar, aku akan mendobrak pintu ini jika kau tak segera keluar.." tegas Lu Sicheng. "aaahh kenapa sekarang dia menjadi Ketua team.." gerutu Tong Yao.

Pukul 00.00 "Laopo.... satu..dua..ti..." dan ketika nada Lu Sicheng mulai tinggi dan tegas, pintu itupun terbuka lengkap dengan Tong Yao memegang kue beserta lilin yang menyala dan Tong menyanyikan lagu ulang tahun dengan suara yang bisa dikatakan hampir hilang.

Lu Sicheng pun terpesona dan memindahkan kue itu ditangannya dan merangkul istrinya, "kapan kau mempersiapkan ini?" tanya Lu Sicheng. "aku berusaha .. mencari dan meminta bantuan Jinyang, aku tidak bisa kemana-mana, kau mengurungku dikamar.." dan Lu Sicheng sudah mendaratkan ciuman ringan ke sekitar wajah dan leher Tong Yao. "buatlah harapan dan tiup lilinnya" Tong Yao menarik Lu Sicheng untuk duduk di ranjang besar.

Lu Sicheng pun membuat harapan dan meniup lilinnya, kemudian meletakkan kue itu disebuah meja kecil kemudian kembali duduk diranjang besar. Sementara Tong Yao masih dalam posisi berdiri menghadap Lu Sicheng. "mana hadiahku?" tanya Lu Sicheng dan mengenggam tangan Tong Yao.

"a-aku tidak tau harus memberimu hadiah apa, kau sudah memiliki segalanya" jawab Tong Yao. "setidaknya berikan aku ciuman, karena dari tadi kau menghalangiku menyentuhmu" Lu Sicheng mulai menatap istrinya.

"se-sebenarnyaa...." dan Tong Yao pun menarik nafas panjang kemudian berkata,"a-aku sudah menyiapkan hadiah untukmu,, tapi se-sepertinya kau.. kau tidak akan suka"

"hadiah, mana dia? Dimana kau menyembunyikannya?" Lu Sicheng pun bersemangat dan mencari dimana Tong Yao menyembunyikan hadiahnya.

"Laopo.. dimana hadiahku.." mata Lu Sicheng mulai tajam dan membuat Tong Yao sedikit menciut.

Tong Yao memegang ujung tali handuknya dan menariknya, namun karena ia sangat tidak siap, tali itu tidak bergerak sama sekali. Tong Yao seperti kehilangan tenaga hanya untuk menarik tali itu. Dan Lu Sicheng pun menarik pelan tali itu kemudian mulut Lu Sicheng sedikit menganga ketika melihat Tong Yao menggunakan linggerie hitam yang seksi, membentuk tubuh Tong Yao dengan jelas. "Nyonya Lu Yao, apa yang kau lakukan padaku..." dan Lu Sicheng pun menarik tubuh Tong Yao hingga saat ini ia sudah duduk diatas pangkuan Lu Sicheng dengan pose yang berani. Lu Sicheng semakin bergairah dengan posisi Tong Yao yang berani duduk dipangkuannya. Mereka pun berciuman dengan panas, lingerie yang berada di tubuh Tong Yao tidak bertahan lama, Lu Sicheng membukanya dengan cepat dan panas. Mereka melakukan diberbagai sudut ruangan dan berbagai macam gaya di kamar itu.

Tong Yao membiarkan dirinya melepaskan semua hasratnya dengan berani, ia memberikan ini sebagai hadiah untuk Lu Sicheng. Akhirnya mereka lelah dan tertidur hingga melewatkan sarapan pagi.

Mereka bangun tanpa sehelai benang pun ditubuh mereka dan saling berpelukan. "kita kemana hari ini?" tanya Tong Yao. "biarkan hari ini aku menikmati hadiahku, aku tidak ingin kemana-mana" ujar Lu Sicheng. "dasar mesum.."

"sayang, aku semakin menyukaimu... apa kau mau menggunakan baju tadi malam, lagi?"

"tidak, aku lapar..." ujar Tong Yao dan mendorong Lu Sicheng yang sudah menindihnya. "kau membeli ini?" Lu Sicheng mengangkat Lingerie hitam yang berada di lantai. "Jinyang dan Shen Yue memberikan untukku... aku tidak akan memakai itu lagi" ujar Tong Yao. "kenapa? mereka menyukai apa? kita akan membelikan hadiah untuknya, aku harus berterimakasih dengan mereka" ujar Lu Sicheng dan menelfon pihak hotel. 

Sarapanpun diantar ke kamar, dan Tong Yao hanya mengunakan baju handuknya, ia pun menyuapi suaminya yang tidak beranjak dari tempat tidur itu. "Cheng Ge, kenapa kau menjadi sangat manja, tidak seperti Chessman yang dikenal banyak orang" ujar Tong Yao sembari menyuapi makanan ke Lu Sicheng yang sedang push rank. Lu Sicheng hanya tersenyum dan mengecup bibir Tong Yao sebentar kemudian bermain lagi.

Hari itu Lu Sicheng benar-benar memanfaatkan hadiah-nya hingga Tong Yao kesulitan berjalan. Tong Yao bahkan tidak diizinkan menerima videocall dari sahabatnya, ketika Tong Yao menjawab telfon, Lu Sicheng akan usil seolah-olah memberi tahu kesemua orang bahwa Tong Yao adalah miliknya.

Kemudian besoknya mereka membeli oleh-oleh mengingat akan segera kembali ke China. Jadwal kegiatan klub sudah diberikan oleh Xu Rui digrup.  "aku tidak ingin kembali" ujar Lu Sicheng dan memeluk istrinya. "kenapa? kau mau pensiun dini dari e-sport?" tanya Tong Yao. "jika saat ini jawabannya karena kita akan lama di Italia, aku akan menerima pensiun 1 bulan lagi" jawab Lu Sicheng. "Cheng Ge... apa aku masih boleh bermain?" tanya Tong Yao. "tentu saja, kenapa kau menanyakan itu?" Lu Sicheng menatap Tong Yao. "Ibu ku bilang, jika sudah menikah aku harus meminta izin suamiku" ujar Tong Yao, dan Lu Sicheng tersenyum mendengar itu. "ulang kembali kata terakhirmu.." usil Lu Sicheng. "yang mana?" tanya Tong Yao. "kalimat tadi , ulangi kembali" perintah Lu Sicheng. "Ibu ku bilang... jika sudah menikah aku harus meminta izin suamiku" Tong Yao mengulang kalimatnya. "aku menyukai kata yang terakhir.." ujar Lu Sicheng dan mencium Tong Yao.

Lu Sicheng dan Tong Yao tinggal tidak jauh dari markas, Lu Sicheng membeli sebuah rumah disana. Mengingat mereka akan sering ke markas, Xu Rui pun menyulap kamar dibawah menjadi kamar untuk pasangan ini. "sebaiknya kalian dibawah, menghindari suara yang tidak kami inginkan" ujar Xu Rui sembari membuang pandangannya ke atas."hahahaha... itu benar, itu benar" ujar Lu Yue. "kami sudah tidak bisa memanggilmu dengan Tong Yao lagi, kalian ingat, panggillah dia sekarang dengan Lu Yao jika tidak ingin dibunuh oleh Chessman" ujar Dewa Ming.

"pendek, kau akhirnya menjadi keluarga Lu" celoteh Lu Yue dan tatapan tajam Lu Sicheng pun menusuk Lu Yue, "ya yaya... aku paham, kakak ipar... jadi kapan kau akan membawa kakak ipar ini kerumah besar kita?" tanya Lu Yue ke Lu Sicheng. "secepatnya.. mungkin setelah atau sebelum pertandingan persahabatan dengan TAT" ujar Lu Sicheng.

(selanjutnya Tong Yao, akan diganti dengan Lu Yao/Yao Yao)

"yaa... TAT mengajak kita untuk pertandingan persahabatan, mereka menganggap waktu perlombaan di Korea itu mereka tidak dalam kondisi baik" ujar Dewa Ming. "siapa penganti Tai saat ini?" tanya Lu Yao. "Kai, dia akan mengantikan Tai saat ini" jawab Lu Sicheng sembari bermain. "ayo latihanlah, dan jangan lupa kalian berdua juga harus streaming seperti biasa" ujar Xu Rui dan meninggalkan teamnya yang sedang latihan.

Menjelang pertandingan persahabatan seminggu lagi, media sudah dihebohkan kemunculan Xu Tai disebuah klub yang sedang membuat keributan. "waahh, dia kenapa benar-benar kacau" ujar Xiao Pang menikmati oleh-olehnya. "Tai sedang disini?" tanya Tong Yao dan berdiri melihat monitor Xiao Pang. "yaa.. lihatlah, bukan kah artinya kita harus berhati-hati?" tanya Xiao Pang. "jika dia kesini untuk balas dendam, dia akan berhadapan denganku" ujar Lao K. "sebaiknya kalian tetap berhati-hati, dia akan melakukan segala cara" ujar Lu Sicheng yang sedang latihan.

Falling Into Your Eyes [FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang