Ring : 03

3.2K 279 15
                                    

Namanya Panti Asuhan Mentari, di sepanjang pagarnya ditanami bunga matahari yang tinggi-tinggi, ada juga pohon mawar di pojokan, bunganya banyak, berwarna kuning ketika kuncup dan putih ketika mekar. Tidak begitu wangi, meski katanya bunga mawar itu punya wangi yang khas.

Kegiatan setiap pagi setelah bangun tidur adalah menikmati cahaya matahari sambil bersenam sedikit. Anak-anak panti terbiasa melakukannya, bahkan mereka senang karena bisa main-main juga. Ya, berjemur dan sedikit olahraga untuk kesehatan. Padahal hal tersebut dilakukan di setiap paginya karena para pengurus panti masih siap-siap membuat sarapan.

Sayangnya pagi itu tiga anak sekaligus tidak ikut serta di lapapangan panti. Alasannya sederhana, karena si anak perempuan ini agak demam jadi dua laki-laki lainnya ikut menjaga. Kalau sudah begini, Ibu Panti yang biasa dipanggil Bu Lestari tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Pandu dan Wildan menjaga Puti.

"Puti dari kapan demamnya?"

Pandu menggeleng, Wildan juga sama. Karena memang mereka tidak tau. Kamar mereka berbeda dengan Puti, lalu begitu datang ingin mengajak Puti senam, perempuan 7 tahun itu sudah demam.

"Puti makan bubur ya? Ibu buatin. Pandu sama Wildan mau juga?"

Lagi-lagi keduanya menggeleng bersamaan.

"Ya udah, Ibu ke dapur dulu. Pandu sama Wildan jagain Puti ya? Kalo ada apa-apa panggil Ibu, oke?"

Baru itu Pandu dan Wildan mengangguk. Lestari dan Puti sampai bingung dengan tingkah dua bocah laki-laki ini.

"Kalian keluar aja, aku gak papa. Lagian Bu Lestari nanti juga kesini."

Nah lagi-lagi Pandu dan Wildan menggeleng, sampai keduanya saling lirik karena kernyitan di dahi Puti makin terlihat jelas.

"Aku disini aja."

"Aku juga." susul Wildan, "Sama kamu, sama Pandu." lanjutnya menegaskan kalau memang Wildan tidak mau kemana-mana kalau kedua sahabatnya tidak dengannya.

Puti menyerah, ia agak bergeser agar Pandu dan Wildan bisa duduk di tepian ranjang menemaninya. "Kira-kira aku kenapa ya?"

Wildan angkat bahu lebih dulu, "Kecapekan bekas kemaren mungkin."

"Bisa jadi sih. Tapi Pandu gak kenapa-napa."

"Umm.. karena Pandu laki-laki, mungkin?" ucap Wildan lagi, meski agak ragu. "Kamu tidur aja gih, istirahat. Kata Bu Lestari kan, kalo sakit harus istirahat biar cepet sehat."

"Iya. Kamu tidur aja Put. Kita disini kok."

Sebenarnya Puti lebih ingin Pandu dan Wildan keluar saja, bergabung dengan yang lain. Bukan karena ia jadi tidak bisa tidur karens ada Pandu dan Wildan, tapi karena tidak enak, merasa sungkan.

Lestari datang lagi dengan membawa bubur polos untuk Puti, kali itu ia tegas menyuruh Pandu dan Wildan meninggalkan Puti dan masuk kelas untuk belajar. Maunya menolak, tapi ya mereka tetap harus belajar.

Usia Wildan sebenarnya lebih tua satu tahun, tapi ia ada di kelas yang sama dengan Pandu, di kelas 1 SD. Masih suka banyak mainnya. Tapi tidak dengan Pandu, hobinya adalah membaca dan belajar apa saja. Jadi ketika yang lain bermain, kadang Pandu hanya duduk sambil membaca buku.

SD tempat mereka sekolah sudah berafiliasi dengan Panti, pun sekolahnya tepat di belakang Panti Asuhan, tidak pakai seragam, pakai pakaian bebas. Untuk SD dari kelas 1 sampai 6 mereka sekolah disana, kalau sudah SMP atau SMA baru Lestari daftarkan ke sekolah yang lebih bagus. Meski kebanyakan anak di Panti adalah anak SD, dan hanya beberapa anak SMP.

Banyak orangtua datang untuk mengadopsi anak dari Panti Asuhan Mentari, memang kebanyakan orangtua lebih suka dengan anak bayi atau balita 2-3 tahun. Meski tidak jarang ada juga yang mengadopsi yang lebih tua.

Proposal (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang