Ring : 23

2.2K 219 54
                                    

Pandu sedang di depan laptop ketika Wildan baru tiba di rumah sepulang dari Rumah Sakit. Sejenak Wildan melirik jam dinding, sudah jam 8 lewat, harusnya Pandu sudah di kamar karena akan semakin dingin jika semakin malam. Tapi Pandu masih di meja makan, fokus memandang layar laptop.

"Aku udah pulang hei."

"Umm, sorry." Pandu sekadar menoleh tanpa melirik, menerima kecupan hangat dari Wildan. "Aku mungkin bakal interview lagi deh."

"Oh. Oke."

"Tapi aku gak yakin... kayaknya ini juga kayak yang kamu bilang, aku gak sesuai sama kriteria yang mereka cari." nadanya berubah lemas, Pandu tarik punggungnya untuk bersandar, mendongak, benar-benar baru melihat Wildan di belakangnya. "Aku harus apa...?"

"Nanti lagi, udah malem. Ayo. Isitrahat dulu, besok kita omongin lagi. Makin dingin loh." Wildan melirik, "Tuh kan gak pake kaos kaki."

"Sorry.."

"Hm. Ayo, matiin dulu laptopnya terus ke kamar."

Pandu mengindahkan. Ia membereskan barang-barangnya di meja makan sementara Wildan kembali mengecek pintu depan dan pintu belakang. Ia tiba di kamar lebih dulu, melenggang ke kamar mandi untuk besih-bersih sebelum tidur, begitu keluar, Pandu lihat Wildan juga sudah di kamar, membawakan minum untuk Pandu di meja.

Gantian Wildan yang menggunakam kamar mandi, ia harus mandi karena baru pulang dari Rumah Sakit. Ya akhirnya memang Wildan dan Pandu tidur bersama, di kamar dan ranjang yang sama. Sebenarnya di rumah ada tiga kamar, dua kamar di atas dan satu di bawah. Yang di bawah itu dijadikan ruang kerja saja, kalau bisa disebut ruang kerua itu juga. Dua kamar yang di atas satunya milik Pandu dan Wildan, satunya lagi barang kali bisa jadi kamar tamu, atau kamar Pandu atau Wldan kalau sedang butuh waktu.

Matanya lekas menemukan Pandu yang tidur meringkuk di balik selikut sambil main handphone. Mungkin baca artikel atau berita online, Wildan tidak tau, pun Pandu rasanya selalu melakukan itu tiap mau tidur sejak mereka pindah kesini.

"Kamu belum ngantuk?"

"Bentar lagi paling ketiduran." sahut Pandu, mematikan handphone dan menyimpannya di nakas. Pandu memilih membalikan badan dan tidur berhadapan dengan Wildan. "Besok libur?"

"Besok aku cuma ke kampus sebentar. Mau ikut? Abis itu kita jalan-jalan."

"Dingin."

"Iya laah, kan musim dingin." tawa Wildan, disusul Pandu yang cekikikan. "Pandu."

"Hm?"

Tidak langsung Wildan katakan apa yang ia pikirkan sejak tadi, ia usap kening Pandu, menyingkirkan rambut depan Pandu ke belakang. "Aku dikasih tau temenku tadi, pas di Rumah Sakit. Aku cerita soal kamu, yaa soal cari kerja ini. Terus dia kayak ngasih saran gitu, tapi bukan kantoran."

"Terus?"

"Aku gak masalah kalo kamu gak mau, aku gak mau maksa juga. Kalo kamu minatnya kerja kantoran yaa, nanti kita cari lagi."

"Emang ini kerja apa Wil?"

"Kerjanya di Panti Asuhan."

Pandu diam.

"Ya kayak pengurus panti gitu, jagain anak-anak, ngajarin dikit-dikit. Temen aku ngasih saran disana karena mereka lagi butuh orang, beberapa udah pada pensiun, udah terlalu tua untuk jadi pengurus panti."

"Kenapa harus disana?"

"Ya temen aku ngasih saran yang dia tau aja. Aku juga gak bilang kamu mau gitu. Kan harus aku obrolin dulu. Kalo misalnya kamu gak mau ya gak usah."

Proposal (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang