Ring : 26

1.7K 204 96
                                    

sebelum masuk cerita, ehehehe biy mau kasih tau playlist yang biy dengerin di pertengahan jalan penulisan Proposal ini :

sebelum masuk cerita, ehehehe biy mau kasih tau playlist yang biy dengerin di pertengahan jalan penulisan Proposal ini :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

biy nemu ini di spotipai, terus selalu shuffle, dan lagu disini random dari seneng, sedih, romantis, serem ada pokoknya. biy bukan tipe yang selalu ngedraft cerita, biy tulis sejalannya biy nulis.

kalo ada part lagi seneng mungkin lagunya seneng, kalo tetiba melow ya berarti lagi didukung lagu melow xixixixi ( ˘•ω•˘ )

dan kebetulan belakangan ini yang keputer lagu ini, jadi ya gitu. (makhluk ig mesti bosen biy ngesnap lagu ini mulu bahahahah)

oke, enjoy mentenmen ♡

₍ᐢ・༝・ᐢ₎

Jalan pulang yang terasa menyakitkan pertama adalah ketika Wildan pulang hanya berdua dengan Pandu, tanpa Puti yang sudah pergi lebih dulu. Wildan ingat hari itu keduanya tidak menangis, tidak Wildan, tidak juga Pandu. Lalu yang kedua, ketika pulang dari bandara, ketika Wildan memberi tau kabar soal ia yang akan kuliah. Tidak akan pernah bisa Wildan lupakan sesakit apa dadanya mendengar Pandu terisak di jok belakang. Tapi kala itu Wildan masih bisa menahan tangisnya, meski dadanya sudah teramat sakit.

Kali ini, sungguh benar-benar tidak bisa. Wildan meremat kemudinya, sesekali menyeka airmatanya yang sama sekali tidak bisa ia hentikan. Pandu di jok penumpang sebelahnya, terdengar amat menyakitkan. Sangat. Bukan senggukan lagi,
bahkan Pandu menangis sampai hilang suaranya, membungkuk, mempertemukan dada dengan pahanya. Menahan skit yang mendera.

Wildan paham ini, mungkin ia masih bisa menyelamatkan bayi mereka, tapi pahamnya Wildan kali ini hanya sekadar mungkin, belum tentu terjadi. Apa benar bisa Wildan mengambil anak-anaknya tanpa ada orang yang merasa kehilangan?

"Pandu.." namun Pandu tetap berlalu masuk tanpa peduli dengan panggilan Wildan. "Pandu." panggilnya lagi, kerongkongannya teramat sakit. "Mereka masih anak kita."

"Aku mau bilang gitu Wil. Aku mau. Banget. Tapi kamu liat gimana Carol tadi. Aku gak kuat."

"Aku tau, tapi mereka tetep anak kita. Itu resiko dia kan? Dia udah setuju di awal untuk jadi Ibu Pengganti. Dia udah tanda tangan perjanjian. Karnela sama Karmela anak kita."

Pandu menoleh, tangisannya agak terhenti. Benar... Pandu yang menyiapkan nama untuk kedua putri kembar mereka. Karnela dan Karmela. Harusnya Pandu ingat, harusnya Pandu bisa kuat. Tapi tiap kali ia melihat bayangan wajah putrinya, ia ingat wajah Carol juga. Menghancurkan Pandu lagi dan lagi.

"Pandu.."

"Carol yang ngandung mereka Wil.. kamu liat Carol sesayang apa sama anak kita? Mereka anaknya juga kan? Tanpa Carol, Karnela sama Karmela gak akan pernah ada."

Proposal (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang