Akhirnya Pandu tidak ke Rumah Sakit sendiri lagi, Wildan menemani konsultasi pada beberapa dokter sekaligus. Wildan menanyakan kemungkinan dan seberapa aman jika Pandu mengandung. Ditanyakan dengan detail, sampai Wildan benar-benar paham, sampai Pandu juga paham kalau ada rahim belum tentu bisa hamil.
Dokter masih mengatakan kemungkinannya kecil untuk Pandu mengandung, mereka menyarankan Pandu untuk suntik hormon, dan melakukan beberapa treatment. Keduanya tidak langsung setuju, Pandu ingin menyudahi, Wildan juga masih memikirkan. Mereka renungkan bersama, diskusi, jalan aman yang sebaiknya mereka ambil. Memikirkan apakah semuanya akan aman? Apakah semua akan berjalan dengan lancar?
Rahim Pandu selalu dinyatakan sehat, tapi tetap, karena Pandu laki-laki, ia tidak memiliki hormon pendukung seperti yang dimiliki perempuan, sebab dari itu dokter menyarankan untuk suntik horman dan treatment lain utnuk memperkuat rahim Pandu untuk bisa mengandung. Soal keamanan, karena rahim Pandu bukan hasil cangkok, dokter mengatakan aman, resikonya tidak sebesar rahim hasil cangkok rahim. Masih beresiko, tapi persentase keberhasilannya lebih besar dibanding cangkok rahim.
Wildan dan Pandu diskusikan lagi soal program kehamilan mereka, dengan Sean, Liani, Helen bahkan anak-anak dan suami Liani. Keluarga besar berkumpul untuk membicarakan soal rencana Wildan dan Pandu. Wildan jabarkan apa yang ia dapat dari dokter selama konsultasi beberapa kali kemarin. Semua diam, tidak ada yang membantah, malah terheran-heran, tidak menyangka kalau memang Pandu bisa mengandung.
Keduanya tidak dapat penolakan, tapi diberikan kata setuju juga tidak. Sean dan Liani masih memikirkan keberhasilan juga keselamatan Pandu, hal yang mereka cemaskan sama seperti yang Wildan cemaskan. Mereka paham anak-anak tidak akan mau mengadopsi, tidak juga mau melakukan surogasi lagi, bahkan tidak ada di antara mereka yang membicarakan soal surogasi meski sudah berlalu selama ini.
“Mama mau kalo Pandu bener hamil, ya Pandu di rumah, gak usah kerja, kalo bisa ada ART. Kan kalian bilang hamilnya masih beresiko, ya berarti kita harus hati-hati kan? Harus ngejaga Pandu bener-bener.”
Wildan melirik, “Aku udah ngomongin ini juga sama Pandu, soal berhenti kerja. Pandu setuju aja, yaa awalnya nggak sih, tapi ya setuju.”
“ART?” tanya Liani lagi.
“Belum kepikran sampe sana.”
“Seenggaknya ada ART, kamu kan gak terus-terusan ada di rumah Wil, selama kamu kerja, Pandu jangan sendiri. Jangan ngerjain hal-hal yang berat-berat juga. Yang kamu jaga nanti bukan cuma Pandu aja, bayi kamu juga.”
“Kalo ART nanti biar Papa yang cari.”
“Hm.” Wildan mengangguk, sekali lagi ia melirik Pandu hanya diam memegangi cangkir tehnya. “Kalo misalnya kalian setuju, rencananya kita bakal ngomongin lagi sama dokternya, baru deh mulai treatmentnya.” Lanjutnya.
Sean menarik napas dalam, menegakan duduknya. Memandang satu-satu Wilsan dan Pandu. “Sekarang Papa tanya bener-bener, kalian serius mau punya anak? Anaknya nanti anak kalian, kamu sama Pandu. Papa sama Mama, kita semua yang ada disini gak mau lagi ada kejadian kayak surogasi dulu.”
Pandu tersentak, matanya membulat dengar kata surogasi lagi, sejenak ia melirik Wildan, tangannya sudah digenggami kekasihnya, menenangkan.
“Kita serius, kita udah yakin. Kita bisa janji kejadian kayak dulu gak akan ada lagi. Lagian kali ini bener-bener anak kita.” Tutur Wildan amat yakin.
“Oke.” Sean kembali bersuara. “Kapan jadwal kalian konsultasi lagi? Papa ikut.”
Setelahnya tidak ada yang bicara lagi, Sean sudah mengambil keputusan, kata-katanya adalah izin dari seluruh keluarga. Sisanya tinggal Sean dan Liani yang bergantian ikut Pandu untuk melakukan treatment untuk program kehamilannya. Mereka akan selalu setia mendampingi anak-anak mereka, karena semua demi kebahagiaan anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proposal (BL 20+) [COMPLETE]
Любовные романыKetika kamu berjuang untuk membahagiakan, namun juga harus belajar memberi dan mengikhlaskan. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝐑𝟐𝟎+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita. publikasi pertama : 15 September 2...