"Wil-"
"Almost."
"You know, you like an animal in heat."
"I know.. ngh.."
Pandu remat segala yang bisa ia jadikan pegangan, merasakam hantaman luar biasa dari belakangnya. Pinggangnya ditahan Wildan agar tetap tinggi, agar tetap dekat dengan Wildan. Pandu sampai harus berjinjit di tengah rasa nikmatnya.
Rasanya tidak pernah Pandu menghadapi Wildan sehaus ini, bahkan mereka belum sempat pindah ke kamar, masih di dapur, Pandu sendiri belum menyelesaikan masakannya ketika Wildan turun dari kamar dan langsung menyetubuhinya.
Jam dinding saja rasanya belum melewati angka tujuh, tapi Pandu sudah dibuat klimaks oleh Wildan pagi ini.
"I'm sorry..."
"Hm." sahut Pandu, dengan napas terengah-engah. "Better now?"
Wildan mengangguk, menumpukan keningnya di pundak Pandu. "Aku.... aku kayak anak kecil gak sih? Aku bangun, terus aku udah tegang.."
"Kamu mimpi?"
"Gak tau. Gak inget." jawab Wildan sembari menggeleng lagi. "Aku minta maaf ya?"
"Iya, gak papa. Aku gak masalah, cuma ngerasa aneh aja. Gak biasanya kamu buru-buru gitu."
"Hmm. Maaf dear.."
Pandu terkekeh lucu, ia balik badannya agar bisa berhadapan dengan Wildan. "Kamu kayak gitu malah gemesin tau gak? Terus, aku belum setuju ya soal panggilan itu."
"Aku tetep mau panggil dear."
"No, aku gak mau. Aneh Wil. Aku udah ketuaan untuk dipanggil kayak gitu."
"Kamu gak setua itu Panduu~" Wildan seketika merajuk, memeluki Pandu yang masih tertawa-tawa. "Can I have more?"
Pandu melirik dulu, ada seringai yang terlihat jelas di bibirnya. "Should we?"
"Please.."
Pandu menggeleng, "Mandi gih." lalu mengecepi pipi Wildan gemas. "Kita ada janji ketemu Anastasha hari ini kan? Aku gak mau kita telat ketemu, aku gak mau kita telat makan."
"Pandu-"
"Kalo kita mulai lagi, akhirnya bakal lama." jelas Pandu, setelah ia menyela panggilan Wildan. "Kita bisa lanjutin nanti malem. Oke?"
Wildan diam dulu, memperhatikan Pandu mengambil celananya di lantai dan melenggamg ke kamar mandi tanpanya. Yang Wildan bisa apa? Menyusul? Tidak mungkin. Wildan tidak mau memberatkan Pandu meski ia masih ingin ronde selanjutnya, tapi Pandu sudah menolak jadi Wildan juga harus berhenti.
"Kita makan di luar aja dear."
"Kaay~!" balas Pandu, sama-sama meninggikan suaranya seperti Wildan.
Wildan abaikan masakan setengah jadi di dapur, ia turut melenggang ke atas, kembali ke kamar untuk mengambil baju lalu mandi. Ah, maksudnya menuntasnya kejantannya dulu baru mandi. Sungguh Wildan tidak ingat ia mimpi apa semalam, tau-tau saat terbangun tadi, kejantanannya sudah mengeras. Dan Pandu yang jadi korban. Untung Wildan menyelipkan kondom di mana pun, bisa-bisa Pandi makin kerepotan kalau Wildan keluar di dalam.
Soal pertemuan dengan Anastasha juga istrinya, sebenarnya hari ini bukan pertemuan pertama kali, tapi sudah kesekian kali dan memang dikhususkan untuk membahas soal surogasi.
Ya. Akhirnya Pandu memutuskan untuk punya anak. Wildan ingat benar, waktu itu ia minta Pandu untuk memikirkannya sungguh-sungguh. Ia tidak mau Pandu menyesal di kemudian hari. Wildan tidak masalah dengan adanya anak, yang Wildan pikirkan selalu soal kenyamanan Pandu
KAMU SEDANG MEMBACA
Proposal (BL 20+) [COMPLETE]
RomanceKetika kamu berjuang untuk membahagiakan, namun juga harus belajar memberi dan mengikhlaskan. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝐑𝟐𝟎+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita. publikasi pertama : 15 September 2...