Ring : 34

1.8K 184 18
                                    

Napasnya ditarik dalam, rasanya baru lima belas menit yang lalu Pandu merapikan meja ruang tengah, kini sudah penuh dengan mainan lagi. Kepalanya menoleh, ketiga anak balitanya sedang main kejar-kejaran dengan Beany, kesana-kemari mengelilingi rumah. Pandu bisa apa? Anak-anaknya memang semakin besar semakin aktif. Pandu sebagai orangtua hanya bisa melakukan tugasnya bagaimana seharusnya tugas orangtua mengurus anak. Bahkan, masih mending Pandu masih di bantu Emma sesekali dalam merapikan rumah.

Pandu jadi ingat panti asuhan tempatnya tumbuh dulu, lalu mengajar di sekolah, di tempat les, sampai menjadi pengajar di panti asuhan. Ia memang selalu dikelilingi anak-anak, Pandu sudah terbiasa dengan itu semua, dari yang sangat aktif sampai yang pendiam sekalipun.

"Papa bentar lagi pulang loh, ayok rapihin ini mainannya."

"Ntii~!" yang menyahut justru Pranna, yang lainnya masih sibuk bersembunyi.

"Kalo nanti, Papa keburu pulang. Ayo beresin dulu, Winny, Prama, mainannya beresin dulu ini."

"Ngkei." Pranna menyahut lagi, kedua kembarannya ikut menyahut, mengintili Pranna ke ruang tengah menghampiri Pandu. "Papa kapan pulang."

"Sebentar lagi, katanya tadi udah di jalan. Tadi kan ini udah Dada beresin, kok berantakan lagi? Siapa yang bawa mainan kesini?"

"Ama, Dada.." jawab Prama, pandangannya dipalingkan dari Pandu, memunguti kembali mainan di meja dan disimpan di keranjang mainan mereka. "Sawwy..." katanya lagi, amat pelan.

"Dada gak marah, kan udah sering Dada bilang, kalo abis mainan diberesin lagi, gak ditinggal begitu. Ya? Winny sama Pranna juga sama. Kalo mainnya sama-sama, ya beresinnya juga sama-sama dong. Oke?"

"Okeei."

"Beresin lagi, sama-sama. Disimpen di tempatnya, Dada mau siapin makanan dulu." Pandu bangkit, ia usap kepala Prama yang berdiri tepat di sambingnya, lalu melenggang meninggalkan anak-anak di ruang tengah.

Sebenarnya Pandu sudah selesai masak, ia hanya tinggal menyiapkan makanannya di meja makan. Sesekali matanya melirik ke ruang tengah, anak-anaknya yang sudah berusia tiga setengah tahun itu sedang merapikan mainan mereka, bersama-sama, sedang bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan.

Tidak terasa memang pertumbuhan anak-anak bisa secepat itu. Ketiganya aktif, sangat, meski tidak semuanya yang cerewet. Prama agak lebih diam dari kakak-kakaknya, Winny dan Pranna yang cerewet luar biasa, terutama Pranna. Kadang lagi dimandikan saja bisa besenandung sendiri. Tidak masalah, tidak ada yang dirugikan, hanya kadang tidak bisa dikontrol saja.

Kosa kata ketiganya semakin banyak, pun cara bicaranya semakin lancar, meski ada beberapa kata yang memang masih sulit diucapkan. Pandu tidak lelah mengajak mereka mengobrol, melatih komunikasi agar semakin baik. Ia sudah tidak bekerja di luar rumah, tugasnya kini hanya mengurus anak dan rumah, itu pun termasuk pekerjaan luar biasa.

Jam setengah enam sore Wildan baru sampai, anak-anak lekas berlari menyusul Wildan di pintu, semua minta gendong, tapi mana Wildan bisa? Akhirnya, biar adil, tidak ada yang digendong, tapi semuanya boleh ikut Wildan ke lantai atas, ke kamar, untuk sekadar ganti pakaian. Wildan tetap memilih mandi sebelum tidur.

"Anak-anak berulah gak hari ini dear?"

"Yaa gitu, berulah sih nggak, kayak biasa. Abis mainanya diberesin, gak lama udah berantakan lagi."

Wildan terkekeh, melirik ketiganya sedang fokus makan rebusan sayur, jagung dan kentang sebagai makan malam. "Ngajak anak-anak ke kebun binatang seru kali yaa?"

"Hm, ajak Bella sama Yudha sekalian."

"Itu mah sekalian aja semuanya dear."

"Loh? Ya gak papa lah? Biar mereka juga bisa refreshing. Lagian anak-anak juga seneng kalo ada mereka."

Proposal (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang