Ring : 02

5K 375 45
                                    

Sepanjang jalan koridor Rumah Sakit, hanya ada para perawat dan sesekali dokter yang barlalu-lalang. Matanya menunjukan pandangan penuh khawatir, ditambah dengan eskpresi wajahnya yang tidak karuan. Kakinya terus melangkah sampai rasanya tidak sampai-sampai.

Pintunya dibuka cepat, kakinya juga melenggang makin cepat. Wajah pucat dengan nasal kanul mampu membuat perasaannya makin hancur. Tangannya seketika berkeringat dingin, mengepal menguatkan diri, atau bahkan kecewa pada dirinya sendiri.

"Pandu."

Tarikan napas panjang Pandu lakukan, seraya melangkah mendekati ranjang rawat inap. "Kok bisa drop lagi?"

"Iya, gak tau. Dokter bilang aku overwork."

"Puti.." sesal Pandu, perempuan dengan rambut sebahu ini malah tersenyum lucu, agak terkekeh dengan ekspresi menyesal Pandu. "Kamu harus jaga kesehatan Put, biar gak drop begini."

"Duuh, aku gak papa kok. Semalem disini juga aku bakal baik-baik lagi. Kamu gak usah berlebihan deh."

"Gimana aku gak berlebihan sih kalo liat kamu harus dirawt lagi? Bulan ini udah dua kali, Put."

"Iya, iya. Udah ah, berisik. Aku gak mau denger ceramah kamu. Capek."

Pandu hanya bisa diam, sekali lagi menghembuskan napas dalam, membuang muka menahan emosi, telinganya bisa dengan jelas mendengar kekehan Puti, saudari kembar Pandu.

Ya, Pandu dan Puti memang kembar, bahkan mereka kembar identik, kalau Pandu memiliki rambut sepanjang Puti pasti akan sulit dibedakan, begitu juga sebaliknya. Paling-paling baru bisa dibedakan dari tahilalat di wajah mereka. Tahilalat Puti ada di sudut mata kanan, sementara Pandu ada di kening bagian kiri. Mungkin bukan sekadar tahilalat, mungkin memang tanda lahir.

Pandu dan Puti tinggal bersama di sebuah apartemen sederhana semenjak mereka meninggalkan Panti Asuhan dulu. Mereka yatim piatu, tidak tau siapa orangtuanya. Bahkan nama Pandu dan Puti pun diberikan oleh ibu pemilik panti asuhan. Pandu Andika dan Puti Artika.

Ketika mereka lulus SMA dan akan kuliah, mereka baru meninggalkan panti asuhan. Saat itu adalah saat yang berat. Pandu dan Puti sudah menjadi sosok kakak disana, pun meninggalkan ibu panti yang sudah mengurus mereka sejak bayi ternyata berat juga.

Memang sejak bayi hingga mereka besar, mereka tinggal di panti, hal itu kerena tidak ada orangtua yang mau mengadopsi keduanya.

Sebagai saudara kembar tentu Pandu dan Puti tidak bisa dipisahkan, tapi kadang orangtua yang datang untuk mengadopsi hanya menginginkan Pandu. Anak sehat tanpa kekurangan apapun, berbeda dengan Puti, sejak usia 7 tahun, Puti didiagnosa kelebihan sel darah putih. Pandu selalu menolak orangtua yang hanya menginginkannya tapi tidak dengan Puti. Ia dan Puti saudara kembar, sudah seharusnya mereka tidak dipisahkan.

Kini keduanya tumbuh dewasa, Pandu menjadi pengajar di SMA Negri dan sore sampai malamnya mengajar di salah satu tempat les. Sementara Puti hanya pekerja kantoran biasa. Sebenarnya Pandu pernah meminta Puti untuk di rumah saja, biar Pandu yang bekerja, mengingat keadaan Puti yang kurang sehat. Tapi Puti juga tidak semata-mata menjadikan dirinya beban untuk Pandu, jadi ia tetap bekerja.

Sore tadi Pandu dapat kabar kalau Puti dirawat di Rumah Sakit, tapi berhubung ia juga tidak bisa meninggalkan tugasnya di tempat les, akhirnya baru bisa ke Rumah Sakit saat malam. Sangat telat, jam kunjungnya juga sudah habis, tapi untungnya masih boleh masuk karena Pandu adalah keluarga satu-satunya Puti.

"Kamu nginep?"

"Hm, aku udah ijin besok ke sekolah agak siangan."

"Loh? Mending kamu pulang deh dari pada ijin-ijin gitu."

Proposal (BL 20+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang