Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yok! Komen tiap part!!! Gas!!! Typo tandain yaa🔥
🦋🦋🦋
Ohara tidak henti-hentinya menangis setelah membaca pesan dari Naya.
Setelah 7 tahun lamanya, semua pertanyaan yang Ohara ingin ketahui, akhirnya terjawab.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"A, aku bener kan Niel? Bukan kamu pelakunya, seneng banget," gumamnya sesenggukan. Bahkan setelah sampai di apartemennya pun ia masih menangis.
"Tapi, tapi kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu ninggalin aku kalo semisal bukan kamu yang bunuh?" tanya Ohara entah pada siapa.
Ohara memukul-mukul dadanya, sakit dan sesak secara bersamaan. Kenapa coba Sahaniel harus meninggalkannya?
Ohara meraih jaket terakhir yang Sahaniel berikan dulu. Memeluknya erat sambil menangis dengan hebat. Setelah sekian lama, tangis hebat yang sudah lama ia tutupi akhirnya keluar lagi.
Rasanya sangat sakit sekaligus melegakan. Janji yang Ohara pernah ucap akan ia tetapi.
"Kalo semisal bener Niel yang bunuh, aku bakalan lupain dia, tapi kalo semisal Niel bukan pembunuh, aku akan memeluknya kalau aku ketemu dia di mana pun dan kapan pun, semoga saja," katanya pada dirinya sendiri. Menyemangati diri sendiri.
🦋🦋🦋
"Hara, akhirnya kamu dateng, aku kangen banget sama kamu," seru Yulia setelah melihat Ohara datang bersama tas kesayangannya.
Yulia memeluk Ohara erat membuat gadis itu sesak napas. "Astaga Lia, cuman dua hari doang nggak jumpa, lebay banget deh," tukas Ohara heran pada Yulia.
"Kamu mah nggak asik, kangen tau, kamu udah tau aku nggak punya temen akrab selain kamu," keluh Yulia.
"Iya deh iya, btw gimana dua hari ini? Aman nggak?"
Ohara duduk di kursi nya. Ah, dia merindukan kursi nya ini. Kursi penghasil gajinya setiap bulan.
"Amanlah, bentar lagi kita bakalan penyambutan Bos kita," balas Yulia semangat menarik kursinya pada Ohara.