EPILOGUE 00'S 23

603 50 7
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

"A, aku mau kita kayak atasan sama bawahan di kantor," kata Ohara dengan gugup.

"Nggak!"

"Niel, ak—"

"Nggak, pokoknya nggak. Aku nggak mau orang-orang mikir kalo aku beneran tunangan sama Rissa."

Sepertinya, kali ini Sahaniel tidak bisa diajak kompromi. Ohara yang mendengar itu hanya menghela napasnya, lalu beranjak meninggalkan Sahaniel menuju dapur. Hubungan di antara keduanya memang belum baik meski Ohara sudah perlahan menjawab setiap perkataan Sahaniel.

"Kamu marah sama aku?" tanya Sahaniel yang belum tenang ketika Ohara meninggalkannya begitu saja.

"Hara, kamu dengar aku nggak, sih? Kamu marah?" tanya Sahaniel lagi.

"Gimana nggak kesal, kamu selalu aja egois," balas Ohara berbalik pada Sahaniel.

"Aku memang egois, sayang. Tapi, mau gimana lagi?" Sahaniel benar-benar tidak mau kalah.

"Aku bingung sama sikap kamu, Niel."

Sahaniel menghela napas," Kalo kamu marah sama aku, aku bakalan pulang sekarang, kamu tenangin pikiran kamu dulu."

Tanpa mengucap apapun lagi, Sahaniel berlalu dari sana mengambil jaketnya. Laptop dan perlengkapan kantornya tidak ia bawa. Entah apa maksud dari pria itu.

Ohara terdiam. Air mata kini menggenang di pelupuk matanya. Setiap kali berurusan dengan Sahaniel akan membuatnya sedih.

"Maaf, Niel," lirih Ohara pelan.

🦋🦋🦋

Pagi yang cerah, Ohara berangkat ke kantor. Ia harus bekerja meski hati dan otaknya tidak sinkron. Apalagi, semenjak Sahaniel pergi kemarin, pria itu tidak kembali lagi. Itu cukup membuat Ohara khawatir. Apa pria itu benar-benar marah padanya setelah pertengkaran terakhir mereka.

Ohara berinisiatif membawa laptop dan perlengkapan kantor Sahaniel yang lainnya. Akan ia kembalikan nanti. Pria itu akan membutuhkannya.

Sebelum menduduki kursinya, Ohara beranjak keruangan Sahaniel.  Ohara menarik napasnya dalam-dalam. Bagaimana pun ia tidak boleh menyamakan urusan pribadi dan pekerjaan.

Ohara mengetuk pintunya beberapa kali. Tidak ada jawaban dari dalam. Ohara mencoba membuka kenop pintu itu. Terbuka. Ohara menyembulkan kepalanya sedikit. Lalu perlahan memasuki ruang yang selalu ia hindari itu.

"Pak?" panggil Ohara.

Ruangan itu kosong. Ohara meletakkan tas kantor Sahaniel. Membereskan meja yang lumayan berantakan itu.

𝑬𝒑𝒊𝒍𝒐𝒈𝒖𝒆 𝟎𝟎'𝒔 (ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang