EPILOGUE 00'S 3

835 74 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🦋🦋🦋

Ohara tengah mempersiapkan beberapa baju yang akan ia bawa ke Jakarta besok pagi. Ohara tidak perlu membawa koper, hanya beberapa pasang baju dan perlengkapan penting lainnya yang merasa harus ia bawa di dalam ranselnya.

Ohara menghela napasnya lega saat setelah selesai beres-beres. Ohara menyeruput teh yang ia buat. Hujan hari ini sangat awet mulai pagi sampai sore. Untung Ohara tidak mencuci pakaian tadi pagi. Kalau tidak, bisa-bisa semua pakaiannya bau apek dan tidak sedap.

Ponsel Ohara berdering, segera Ohara meraih dan benar saja panggilan masuk dari Papanya. Ohara malas hanya untuk sekadar mengangkat  telepon dari Papanya. Bukan apa-apa, bukan juga Ohara masih benci pada Papanya. Hanya saja ia masih sulit untuk mengontrol perasaannya apalagi mengingat mendiang Mamanya.

Tapi, Ohara berpikir dua kali. Ia akan sama saja seperti anak durhaka bila telepon dari Papanya ia abaikan. Jadilah ia mengangkatnya. Hitung-hitung jadi anak berbakti sesekali.

"Halo, Pa?" sapa Ohara lembut.

"Iya sayang? Kapan kamu main-main ke Bandung? Papa udah kangen."

Mendengar Papanya berkata seperti itu, membuat Ohara semakin sedih saja. Hatinya seperti diremas-remas apalagi mengingatkan Papanya yang menikah lagi setelah kematian Mamanya. Harusnya ia juga mendengar kata-kata seperti itu dari Mamanya.

Ohara berdeham, suaranya tercekat di lehernya.

"Kalau Ohara ada cuti ya, Pa?" jawabnya santai kembali.

"Gitu ya, seriny-sering pulang ya, Nak? Papa kangen soalnya."

"Iya, Pa. Papa jaga kesehatan, kirim salam sama Bunda Miranda," kata Ohara seperti enggan mengatakan kata paling terakhir. Harusnya ia katakan pada Mamanya.

Sebisa mungkin Ohara tahan perasaan egois dan kesalnya.

Setelah berbicara pada Papanya, Ohara langsung saja melempar sedikit kasar ponselnya ke ranjang. Mengusap wajahnya kasar, merasa terlalu lemah dan lelah saat ini. Ia harus menanggung segala beban dan kesedihan semenjak ia berumur 15 tahun.

Bisa saja Ohara besok mampir ke Bandung sepulang dari Jakarta. Tapi, ia malas. Mungkin besok atau besoknya lagi, atau mungkin tidak pernah lagi.

Entahlah, bisa saja keputusan Ohara berubah. Karena setiap kali ia mencoba untuk mengabaikan Papanya, maka Mamanya akan datang ke mimpinya. Mungkin Mama Ohara tidak suka jika Ohara berbuat demikian.

𝑬𝒑𝒊𝒍𝒐𝒈𝒖𝒆 𝟎𝟎'𝒔 (ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang