EPILOGUE 00'S 13

675 55 11
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Ohara tengah mengumpulkan dokumen yang ada di mejanya. Satu hari ini ia bekerja dengan sangat produktif seperti biasa. Meski begitu, tidak jarang ia memikirkan hubungannya dengan Sahaniel.

Saat Ohara sedang sibuk, tiba-tiba perempuan yang akhir-akhir ini Ohara benci muncul dan berjalan santai menuju ruangan Sahaniel. Senyum Rissa memang sangat manis, tapi kenapa Ohara semakin membencinya? Padahal, Rissa dan ia tidak saling kenal.

Ohara hanya perlu menarik napas dalam-dalam, lalu mencoba untuk selalu tersenyum. Ia coba alihkan pandangan nya dari Rissa. Sebisa mungkin ia tahan rasa cemburunya.

"Lia, kamu udah siap belum? Aku mau nganterin ini sama Bu Herlin, mau ikut, nggak?" tawar Ohara pada Yulia yang tengah berkutat dengan laptopnya.

"Belum, nih. Banyak banget," balas Yulia yang fokus pada pekerjaannya.

"Ya udah, aku pergi dulu, ya. Mau aku buatin kopi, nggak?"

"Mau, gulanya dikit aja, ya."

"Oke deh."

Ohara berlalu dari sana sambil membawa dokumen yang ingin ia berikan pada Bu Herlin. Tentu saja ia harus melewati ruangan Sahaniel.

"Permisi, Bu. Saya Ohara," kata Ohara setelah mengetuk pintu milik Bu Herlin.

Dengan cepat, Ohara masuk setelah Bu Herlin memberikan perintah untuk masuk. Dengan senyumannya, Ohara memberikan dokumen yang akan Bu Herlin periksa.

"Sudah semua?" tanya Bu Herlin.

"Sudah, Bu. Ada beberapa penulis lagi yang menunda pengisian datanya, mungkin besok atau lusa akan saya berikan lagi pada Ibu," jelas Ohara.

Bu Herlin tampak tersenyum puas. Kerja Ohara memang tidak pernah membuatnya kecewa.

"Makasih ya, Hara. Lain kali kita harus minum kopi bersama kalo kamu tidak sibuk," tawar Bu Herlin.

Ah, Bu Herlin memang selalu baik. Selalu bersikap hangat pada Ohara. Ohara tersenyum, senang dengan Bu Herlin bersikap seperti itu padanya," Mungkin lusa atau besok juga bisa, Bu," balas Ohara tersenyum.

"Apanya yang besok atau lusa?" Lagi-lagi suara itu membuat Ohara mendadak gugup.

Kenapa Sahaniel selalu saja datang dan menganggu suasana? Kenapa Ohara selalu tidak menyadari kedatangan Sahaniel. Sudah beberapa kali seperti ini.

"Begini Pak, saya dan Ohara berencana minum kopi bersama lusa atau besok," jelas Bu Herlin.

"Saya ikut kalo gitu," kata Sahaniel yang kemudian memandang Ohara. Ohara tengah menjauhkan pandangannya dari Sahaniel, mencoba tersenyum pada Bu Herlin. Canggung sekali.

𝑬𝒑𝒊𝒍𝒐𝒈𝒖𝒆 𝟎𝟎'𝒔 (ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang