Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karena udah lama nggak update. Baca part sebelumnya dulu, ya. Biar ingat. Oke?
Typo tandain yaaa
🦋🦋🦋
Yulia sedari tadi hanya bisa berdoa karena sangat cemas. Ohara pingsan dan sekarang ada di rumah sakit. Beruntung dokter segera menanganinya. Ohara belum sadarkan diri sejak ia pingsan.
Mendengar Ohara terkena tifus membuat Yulia berdegup kencang. Apakah karena Ohara kecapekan?
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa begini??" Sahaniel langsung masuk ke ruangan dimana Ohara dirawat.
Saat menerima telepon dari Yulia tadi subuh. Sahaniel langsung mengatur keberangkatan pukul 3 pagi dari Jakarta. Sahaniel gelisah, sehingga ia melakukan semuanya dengan grasak-grusuk.
Beruntung ada Vio yang membantu Sahaniel mengatur semuanya.
"I, ini, Pak. Ohara demam tinggi, dia tifus," jelas Yulia sangat ketakutan. Apalagi melihat ekspresi Sahaniel marah bercampur khawatir.
"Tifus?" beo Sahaniel.
Berarti benar perkiraannya kemarin, Ohara sedang tidak baik-baik saja.
"Rissa, mati Lo di tangan gue!" gumam Sahaniel tapi masih didengar oleh Yulia.
"Sa, saya keluar dulu, Pak." Yulia pamit keluar.
Tinggallah, Sahaniel yang duduk di samping ranjang Ohara. Sahaniel langsung saja mengurus semua perlengkapan Ohara. Jadilah, Ohara di ruangan VVIP A di rumah sakit itu. Sebesar apapun biaya yang harus dikeluarkan, Sandy tidak peduli. Asalkan Ohara cepat pulih.
"Sayang, bangun sayang. Jangan buat aku khawatir kayak gini," lirih Sahaniel mengelus sayang rambut Ohara.
Wajah menguning, pucat dan seperti tidak bernyawa. Meski Ohara bernapas dengan teratur, tetap saja. Hal itu tidak membuat Sahaniel lega, ia harus melihat Ohara membuka mata lalu berbicara padanya. Barulah ia akan tenang.
Tidak henti-hentinya Sahaniel mencium kening Ohara. Hancur. Itu yang Sahaniel rasakan. Sesak. Semuanya bercampur aduk.
Sahaniel menarik napasnya dalam. Menengadahkan kepalanya ke atas. Jangan sampai air matanya jatuh. Ia tidak mau Ohara terbangun lalu melihatnya menjadi pria cengeng.