Bab 13

17 5 6
                                    

Hari ini Lino tengah berjalan di depan rumah Syila, ia mondar-mandir menunggu Syila yang tak kunjung pulang dari tadi. Ia tadi berpamitan kepada Lino untuk bertemu dengan Dewa, yaitu kakaknya. Tapi sepertinya Syila berbohong, buktinya Dewa barusan saja memarkirkan motornya di depan rumah Syila dan tidak tampak ada tanda-tanda Syila.

"Lin, adek gue mana? Kok rumahnya sepi bener" Tanya lelaki dengan hoodie hitam dan tas ransel yang menandakan ia baru saja selesai kuliah.

"Bahhh, bukannya tadi pagi sama lo?" Sahut Lino bingung

"Ngadi-ngadi, dari pagi gue di kampus ngerjain tugas kaga beres-beres"

"Lahhhh, tapi tadi Syila pamitnya ke gue katanya mau ketemu sama lo bang"

"Waduhh ilang kemana tu bocah"

"Makanya itu bang, dari tadi gue mondar-mandir depan rumahnya blom ada tanda-tanda dia pulang"

"Gawat nih, udah coba hubungin dia"
Tanya Dewa gelisah

"Dari tadi bang, gada satu pun yang diangkat"

Mereka pun memutar otak dan berfikir ada dimana mereka kalau jadi Syila sekarang. Tak lama ada temannya yang memberikan pesan ke hp Dewa.

Digta😐

Bro

Itu adek lo kan?

(send a picture)

Ada di depan kantor bokap lo, mending lo samperin sekarang daripada dia kenapa napa

"Bego, ngapain dia kesana" Gumam Dewa seraya mengepalkan tangannya

"Kenapa bang?" Tanya Lino

"Coy, ambil motor sekarang terus ikut gue, gue tau dimana Syila sekarang"
Ucap Dewa seraya memegang pundak Lino dan mengisyaratkannya untuk bergegas.

••••

"BELAGU BANGET JADI COWO LO, ISTRI LO TU DIJAGA BILANGIN SEKALIAN KALAU MAU BAKU HANTAM AYOK SINI LAWAN GUE, GAUSAH PAKE NGEJELEK-JELEKIN MAMA GUE PAKE SURAT YE"

Saat ini Syila sedang ada di depan kantor ayahnya, tadi pagi ia menerima surat dari istrinya papanya yang isinya menjelek-jelekkan ibunya. Karena tak terima ia langsung bergegas menuju kantor ayahnya dan sengaja berbohong kepada Lino.

Ayah Syila tau kalau ia berani macam-macam saat Syila sedang di mode amarah ini akan sangat berbahaya, Syila bisa melakukan apa saja yang ia mau saat sedang marah. Sebab itu ayahnya tidak keluar dari tadi.

"KELUAR LO PENGECUT, NGATAIN MAMA GUE KOK PAKE SURAT. SINI DEPAN ANAKNYA LANGSUNG BERANI GAK LO"

Beberapa saat kemudian Dewa dan Lino datang, mereka melihat Syila yang sedang emosi habis-habisan. Baru pertama kali Lino melihat Syila dengan amarah sebesar itu.

"Kita harus tenangin amarahnya sekarang, kalau gak hal-hal di luar nalar bakalan dia lakuin" Ucap Dewa memberitahu Lino, mereka pun bergegas menghampiri Syila.

"SYILA"
Teriakan tersebut membuat Syila menoleh, ada Lino dengan raut wajah gelisah yang menghampirinya.

"NGAPAIN LO KESINI HAAA"
Teriak Syila ke arah Lino

"Pulang Laaa, lo juga teriak-teriak disini ga ada gunanya kalau bokap lo ga mau turun nemuin lo"

"TERUS GUE HARUS GIMANA, GUE DIEM AJA GITU KALAU MAMA GUE DIHINA. BILANG NO GUE HARUS GIMANA." Teriak Syila dengan suara yang terlihat parau.

Kemudian Lino berlari dan memeluk Syila untuk meredakan amarahnya. Syila pun terjatuh dalam pelukan Lino dan menangis sesengukan.

"Mama gue bukan orang penyakitan No, dia yang udah bikin mama gue jadi kayak gini" Ucap Syila di sela-sela tangisannya

"Iya udah, mau lo ngomong seratus kali pun dia ga bakal sadar. Tenaga lo sia-sia cuma buat orang kayak gitu" Ucap Lino selembut mungkin seraya mengusap punggung Syila.

Disisi lain Dewa naik ke ruangan ayahnya dan ingin bertemu langsung dengan orang yang sudah membuat adiknya menangis itu.

"Dengar gue baik-baik" Bisik Dewa kepada ayahnya

"Kalau sampe istri lo berani nyakitin adik gue lagi, habis nyawa lo di gue"
Setelah mengatakan itu pun Dewa melemparkan surat yang di terima Syila tadi pagi dari sang ibu tiri kepada ayahnya, dan bergegas turun.

••••

"Bego" Ucap Lino menatap Syila datar. Setelah kejadian tadi Dewa langsung pergi karena ia lupa kalau ia menyuci pakaian dan belum dijemur.

"Lahhhh kok lo ngatain gue" Ucap Syila ngegas

"Lagian gila kali lo teriak-teriak depan kanton bokap lo"

"Gue udah bilang kan tadi istrinya tu orang udah ngehina mama gue, ya gue ga bisa diem aja dong"

"Istrinya bokap lo itu mama lo kan"

Kemudian Syila mengerutkan alisnya,
"Gak sudi gue bilang tu cewe emak tiri gue"

"Bokap lo nikah dua kali?"

"Shitt, gue keceplosan" Batin Syila

"Hm?" Ucap Lino seraya mengangkat sebelah alisnya meminta penjelasan

"Diem, gausah banyak nanya. Besok juga lo tau sendiri"

Kemudian Syila tak sengaja melihat kelender, tapi ia terkejut ia ingat sebentar lagi ia ulang tahun. Bukan, bukan itu masalahnya, yang menjadi masalahnya sekarang adalah minggu depan ia sudah mulai penilaian tengah semester di semester keduanya di kelas 12 ini. Tunggu itu artinya ia akan mendaftar di kampus yang ia pilih.

"BEHHHH" Teriak Syila terkejut

"No seminggu lagi kita ulangan"

"Terus?"

"Kok lo gak ngasih tau gue"

"Ya lo gak nanya"

Ia pun menatap datar Lino, "sia-sia gue ngomong sama lo"

"No, lo mau kuliah dimana?" Tanya Syila kepada pemuda yang sedang memainkan ponselnya

"ITB" Jawabnya singkat dan masih setia menatap ponselnya

"Yeshhh satu kampus"

Kemudian Syila terdiam dan berbicara tanpa sadar, "emang gue bisa sampe kuliah ya sama lo"

Perkataan itu membuat Lino menoleh kearahnya dengan tatapan bingung, ia menatap Syila yang setia dengan tatapan kosongnya. 

Adrelino BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang