Heyoww aku datang lagii, detik detik menuju ending niii. Dah pada siap? Atau malah belom siap? Jangan lupa vote dan ramein komennya, Yaudah deh ya
Happy Reading 😺
••••
Malam yang dingin, langit yang tertutup kabut, rintik hujan yang mulai turun dari langit. Dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti dari mata indahnya.
"Salah milih cowo kayaknya gue ni." Ucapnya dengan kekehan kecil. Ia membuka ponselnya yang dari tadi ia taruh di kantung hoodienya. Terlihat banyak sekali chat yang masuk menanyakan dimana dia sekarang. Tapi Syila mengabaikannya.
Hujan jadi semakin deras, ia mengingat masa-masa saat ia bermain hujan bersama Lino. Rasanya seperti mengulang masa lalu, hanya saja sekarang dia sedang di fase tidak baik-baik saja, dan Lino juga tak lagi bersamanya sekarang. Bukan sekarang, mungkin seterusnya akan seperti ini.
Syila memiliki hidup yang sangat datar sebelum ia datang ke Bandung dan bertemu dengan Lino. Tapi sepertinya hidupnya akan kembali menjadi datar setelah ini. Lino benar-benar sudah mengubah dirinya dan kehidupannya, ia tidak bisa membayangkan secerah apa hidupnya saat Lino bersamanya.
Tapi tidak lagi, mulai sekarang ia harus terbiasa dengan semua ini. Mau tidak mau perlahan-lahan ia harus melepaskan Lino dari genggamannya.
Sesaat kemudian terdengar dering telfon dari ponsel Syila dan tertera nama 'Bang dewa'
"Woy, lo dimana. Temen-temen lo nyariin lo di kos an gue ni." Dengan nada khawatir, ia mempunyai firasat buruk tentang Syila.
"Bilang sama mereka gue gak akan balik lagi, gausah dicariin."
"Lah maksud lo apaan, mana Lino kenapa lo cuma sendiri?"
"Gausah bahas dia, gue lagi muak denger nama tu orang. Kalo mau minta penjelasan sama mereka aja, jangan sama gue." Ucap Syila dengan nada malas, sungguh Lino benar-benar menghancurkan moodnya.
"Yaudah kalo gitu bilang dulu lo lagi dimana."
"Di jalan" Sahut Syila singkat kemudian menutup telfonnya.
Malam ini ia benar-benar sendiri, hanya ditemani hembusan angin malam dan hujan yang kian deras. Sepertinya langit juga sedang menangis sama sepertinya.
"Gue bener-bener gak di takdirin buat bahagia ya? Hahaha" Ucapnya seraya tertawa miris.
"Capek banget sumpah, hidup gue gini mulu. Datar, bahagia, datar, bahagia. Gak bisa gitu bahagia terus, pake ada datarnya segala."
"Mama, Syila kangen. Sekarang gak ada yang bakalan jagain Syila disini, mama kemana." Ucapnya lirih.
"Ma, Syila capek. Rasanya Syila mau tidur yang lama, tanpa peduli apa yang terjadi sama dunia setelah Syila tidur."
"Kalau Syila tidur mama jangan kangen ya, jagain diri mama baik-baik. Nanti Syila minta abang juga buat jagain mama, jangan. Sampe sakit lagi ma, sebelum Syila tidur Syila cuma mau liat wajah mama biar kalau Syila tidur gak bakal kangen lagi sama mama."
Kira-kira itulah yang diketikkan Syila pada ponselnya. Ya, ia mengetikkan pesan itu dan mengirimkan di nomer mamanya. Akhir-akhir ini mamanya sangat sulit dihubungi, bahkan chat saja tidak pernah dibaca ataupun dibalas.
Setelah mengetikkan pesan tersebut Syila kembali merasakan kesepian. Ia menemukan seorang anak kecil yang sedang menangis di dekat supermarket.
"Hai dek, kenapa nangis hm?"
"H-hiks mamaku ilang kak huwaaa." Jawab lelaki kecil itu seraya menangis sesengukan.
"Eh jangan nangis, mau kakak bantu cari mamanya gak?" Tanya Syila lembut seraya mengusap rambut anak itu.
"M-mauu kakk, tadi aku liat mama ada di apotek itu kak. Tapi pas aku jalan tiba-tiba mama ilang." Ucapnya seraya mengelap air matanya.
"Yaudah kita cari disana ya, yuk." Kemudian ia menggenggam tangan anak kecil itu.
Mereka berdua bertanya kepada orang yang ada di sekitar apotek. Namun tak ada satu orang pun yang tahu kemana ibu dari anak itu. Sampai ada seorang wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka.
"Tiannn, kamu kemana aja. Mama nyariin kamu dari tadi."
"Maaf maa, tadi Tian liat ada kucing bagus jadi Tian tinggalin mama."
"Yaudah nanti kita beli kucing otu ya, oiya makasih ya mbak udah nemenin anak saya." Ucap wanita itu kepada Syila.
"Sama-sama tante, kalau gitu saya duluan ya tante, mari tante."
Melihat itu Syila jadi teringat saat ia dan Lino mengurus Lila kucingnya Lino. Banyak kenangan yang sudah mereka lewati bersama, tapi sepertinya Lino sudah lupa dengan itu.
"Tenang aja, gue ga bakal ngerepotin lo lagi No, gue bakal pergi jauh, sejauh yang gue bisa. Dan mungkin ga akan kembali lagi, ga akan liat lo lagi."
Kemudian ia menengadah kearah langit dan merasakan air hujan yang mengguyur tubuhnya.
"Gimana rasanya tidur yang lama, apa semua orang bakal nangis kalau gue gak bangun dari tidur. Atau malah mereka bakalan seneng."
Ia duduk di halte bus dan menutup matanya merasakan suara hujan. Kemudian ia tersenyum samar.
"Kapan gue bisa hidup dengan tenang sekali aja, gue udah terlalu capek ngadepin semua ini sendiri. Sekarang gue cuma bisa berdoa semoga setelah malam ini gue bisa memulai hidup gue dengan tenang dan jauh dari semua orang."
••••
Sampai jumpa lagi, semoga saat kau merindukanku aku masih ada di dunia ini~
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrelino Bagaskara
Teen FictionAdrelino Bagaskara. Seorang lelaki tampan dan dianggap berwibawa oleh orang-orang. Tapi dibelakang dia hanyalah seorang laki laki pengecut yang selalu melarikan diri dari suatu masalah. Dan pada akhirnya seorang perempuan datang untuk membantu menye...