Arel mondar mandir di depan salah satu ruangan di rumah sakit tersebut. Ya, tadi ialah yang membawa Syila kerumah sakit. Ia menemukan Syila pingsan ditengah jalan, setelah itu ia segera membawa Syila ke rumah sakit dan mengabari semua orang, termasuk Lino.
Tak lama kemudian semua orang datang secara bersamaan kecuali Lino.
"Gimana keadaan adek gue?" Tanya Dewa dengan nafas yang memburu. Sayangnya Arel hanya menggeleng sebagai jawabannya.
Seketika badan Dewa ambruk ke lantai. "ARGHHHH BEGO, GUE ABANG KAYAK APA SIH GAK GUNA BANGET."
Gilang menghampirinya dan mengguncang tubuhnya. "Sadar banggg, ini bukan salah lo. Akhir-akhir ini emang keadaan Syila lemah banget."
Tak lama Lino datang dan menanyakan hal yang sama. "Gimana keadaan Syila?"
Dengan cepat Dewa bangun dan menabrakkan badan Lino ke tembok. "PUAS LO HAH, PUAS LO NYAKITIN ADEK GUE SAMPE KAYAK GINI. SENENG YA LO SEKARANG DIA UDAH PERGI DARI HIDUP LO BIAR LO BAHAGIA, DAN SEKARANG DIA KAYAK GINI JUGA GARA-GARA LO SETAN."
Arel, Gilang, dan Daren mencoba menghentikan Dewa dengan tenaga mereka. Sungguh, ketika Dewa sedang marah sangat mengerikan.
"Bang bang, udah bang. Ini dirumah sakit, kendaliin diri lo." Kata Gilang.
"Bang Syila gak bakalan seneng kalo lo kayak gini." Mendengar perkataan Daren ia pun langsung melepaskan Lino begitu saja.
"Gue ngelepas lo cuma gara-gara Syila dan gak lebih. Kalau terjadi apa-apa sama Syila, gue pastiin lo ga akan pernah ketemu lagi sama Syila."
••••
Sudah lebih dari satu jam mereka menunggu di depan ruangan itu. Jam. Sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB. Masih terdengar suara decitan brangkar rumah sakit di lorong itu, menambah rasa gelisah mereka.
Sekitar jam 23.30 WIB, seorang suster keluar dari ruangan Syila.
"Sus, gimana keadaan adek saya?" Tanya Dewa tergesa-gesa.
"Atas nama Pak Dewa?"
"Iya sus, saya Dewa. Kakaknya Syila."
"Dokter mau bicara dengan anda, mari saya antarkan ke ruangannya." Ucap suster tersebut kemudian pergi disusul oleh Dewa. Sementara yang lainnya mulai masuk ke ruangan Syila.
"La, lo udah baikan?" Tanya Rara seraya mengusap pucuk kepala Syila yang sudah mulai sadar.
"Iya udah mendingan." Jawabnya sambil tersenyum.
Bohong, rasa sakitnya malah tambah parah. Rasanya nyeri di dada kirinya membuatnya susah bernafas.
"La, jangan sakit lagi, lo bikin kita semua khawatir." Ujar Arel yang menggenggam tangan Syila.
"Iya, gue janji setelah ini pasti gue gak bakal sakit lagi."
Lino yang melihat Syila berkata seperti itu hanya bisa diam, firasatnya kali ini sangat buruk, semoga saja firasatnya kali ini salah.
Tak lama kemudian Dewa datang dan menyuruh mereka semua keluar dari ruangan itu meninggalkan Syila sendirian. Dan Syila tahu persis apa yang akan mereka bahas disana.
Di luar ruangan terlihat mereka sedang menunggu apa yang akan Dewa katakan pada mereka. Dewa mulai menarik nafas.
"Tadi dokter bilang ke gue."
Flashback
"Pak Dewa, ada yang mau saya bicarakan tentang adik anda."
"Ada apa dengan adik saya dok?"
Dokter pun mulai menghela nafas. Berat baginya untuk memberitahukan semua ini.
"Syila sering mengalami nyeri di dada kirinya. Nyeri itu disebabkan karena adanya penyumbatan aliran darah ke otot jantung, dan itu sangatlah berbahaya. Kalau kami lihat penyakit ini memang sudah lama, jadi kemungkinan...." Dokter pun menjeda kalimatnya.
"Kemungkinan apa dok?"
"Kapan saja Syila bisa terkena serangan jantung. Dan akhir-akhir ini memang lebih parah dari pada yang kami lihat sebelumnya. Dan beberapa kali juga Syila pernah kesini untuk konsultasi tentang penyakitnya. Ia sudah tau tentang semua ini."
Flashback off
Semua terdiam mendengar perkataan Dewa. Semua orang tahu bahwa Syila memang sering nyeri di dada kirinya, tapi mereka tidak tahu kalau akan separah ini.
"Jadi tadi Syila pingsan di jalan karena dadanya nyeri lagi?" Tanya Arel.
Dewa menganggukkan kepalanya. Ia harus memberitahu orang tuanya soal ini. Tapi tak lama seorang suster keluar dari ruangan Syila dan berlari menuju ruangan dokter yang letaknya tak jauh dari ruangan Syila. Dokter pun datang tergesa-gesa memasuki ruangan Syila.
"Suster, ada apa dengan adik saya?" Tanya Dewa pada seorang suster yang memanggil dokter tadi.
"Detak jantung pasien melemah, kami harus segera mengambil tindakan." Setelah mengucapkan itu ia buru-buru masuk ke ruangan Syila dan segera menutupnya.
Mereka gelisah menunggu diluar. Tak lama seorang dokter keluar dan menyuruh mereka masuk. Sementara yang lainnya masuk Dewa bertanya kepada dokter.
"Bagaimana keadaan adik saya dok?"
"Keadaan adik anda sedikit membaik, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa jantung nya dapat melemah sewaktu-waktu." Ujar dokter tersebut.
"Baik terimakasih dok." Setelah mengatakan itu ia menyusul mereka masuk kedalam.
"Lino" Panggil Syila lemah.
"Hm? Kenapa sayang? sakit?" Tanya Lino seraya memegang tangan dan mengelus rambut Syila.
"Nyeri dikit, tapi gapapa. Gue mau kasih ini buat lo." Syila memberikan gelang couple mereka kepada Lino.
"Dikasih ke aku buat apa?" Tanya Lino lembut.
"Tolong disimpen, karena aku gak bakal ambil itu lagi."
"Maksud kamu?" Lino benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan Syila.
"Buat kenang kenangan kalo kamu kangen aku. Aku bakal pergi jauh, dan ga akan pernah kembali."
Lino yang khawatir menepis firasat buruk itu, "gak, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Dan kamu juga gak akan kemana-mana."
"DOKTER DETAK JANTUNGNYA MELEMAH." Kata suster itu tiba-tiba. Kemudian dengan cepat dokter menangani Syila, yang membuat genggaman tangan Syila dan Lino terlepas. Tapi sebelum itu Syila sempat mengatakan sesuatu kepada Lino.
"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, semoga saat kita bertemu kembali kita memang di takdir kan untuk bersama."
Setelah mengatakan itu Syila tersenyum dan menutup matanya. Dan,
TITTTT
Rara dan Clara menangis sejadi-jadinya di pelukan Daren dan Gilang. Sedangkan Dewa dan Arel masih terpaku dan mengeluarkan air mata perlahan membasahi pipinya.
Lino mendekati Syila dan membisikkan sesuatu kemudian mengecup dahi Syila.
"Sampai jumpa lagi di kehidupan selanjutnya matahariku."
••••
Tepat pada tanggal 14 November 2021 pukul 00:00 WIB Syila Putri pergi meninggalkan kita semua.
Selamat tinggal Syila Putri, kenanganmu akan selalu tersimpan di dalam hati kami.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrelino Bagaskara
Teen FictionAdrelino Bagaskara. Seorang lelaki tampan dan dianggap berwibawa oleh orang-orang. Tapi dibelakang dia hanyalah seorang laki laki pengecut yang selalu melarikan diri dari suatu masalah. Dan pada akhirnya seorang perempuan datang untuk membantu menye...