Bab 22

14 5 0
                                    

Suasana kembali sunyi setelah Gilang mengatakan itu. Tubuh Syila sedikit bergetar, entah kenapa ia merasa bahwa Gilang datang membawa kabar yang kurang baik.

"Maksud lo?" Tanya Syila mengerutkan alisnya.

"Sekarang coba lo tanya ke cowo lo dia ada dimana." Ucap Gilang mencoba menetralkan emosinya.

Tanpa basa-basi Syila segera membuka room chatnya dan mengetikkan pesan.

Lino?
Lo lagi dimana?

Beberapa menit kemudian Lino membalas pesan tersebut.

Dirumah

Singkat, padat, jelas. Tidak biasanya Lino membalas pesannya singkat. Gilang lalu mengambil hp Syila dan kemudian memblokir nomer Lino. Syila dan yang lainnya membelalakan matanya.

"Lang kok di blokir?" Tanya Syila menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Gue tau ada yang lo sembunyiin la, dan ada sesuatu yang belum Lino kasih tau ke lo. Bener?"

Syila hanya terdiam kaku ditempatnya, Gilang adalah laki-laki yang peka dan pasti Gilang mengetahui sesuatu tentang apa yang terjadi dengan Lino akhir-akhir ini.

Arel tanpa basa basi langsung menarik kerah Gilang.

"KASIH TAU JANGAN SETENGAH SETENGAH ANJIR."

Kini giliran Gilang yang terpancing emosi dan kemudian memarik kaus yang Arel pakai.

"TEMEN LO YANG SATU ITU GATAU DIRI NJIR, UDAH DIKASIH BERLIAN MALAH MILIH SAMPAH."

Cengkraman Arel pada kerah Gilang mengendur. Sebenarnya apa yang dimaksud sahabatnya ini.

"Maksud lo?"

Gilang melepaskan cengkramannya pada Arel kemudian berjalan menuju Syila dan membuat semua sahabatnya pun mendekat ke Syila seraya menunjukkan sebuah foto yang membuat Syila terkejut.

"Ini pacar lo kan? Dan lo bahkan gatau dia kenapa akhir akhir ini."

Syila tak bergeming dari tempatnya, semua orang bingung kemudian Daren dengan cepat merampas ponsel milik Gilang dan menyuruh yang lain untuk mendekat meninggalkan Syila dan Gilang yang masih terdiam. Dan betapa terkejutnya mereka ketika melihat foto Lino dan seorang perempuan. Bukan, yang pasti bukan saudaranya. Berbagai asumsi muncul di kepala mereka sampai akhirnya Gilang menyampaikan sesuatu yang membuat mereka tambah terkejut.

"Ada perusahaan besar yang mengajukan perjanjian ke perusahaan yang dipegang Lino sekarang. Dan isi perjanjiannya-"

Sebelum mengucapkan kalimat menyakitkan itu Gilang menarik nafasnya dalam dalam kemudian menetralkan emosinya.

"Perusahaan tersebut akan bekerjasama dengan perusahaan Lino dengan syarat, ia harus menikahi putri tunggal sang empunya perusahaan tersebut."

Semua tercengang mendengar apa yang dikatakan Gilang tersebut, Syila kemudian kembali mengingat dimana malam itu Lino tidak jadi menjemputnya karena ada acara dengan orang tuanya, tapi Syila lupa orang tua Lino bahkan ada di Singapore sekarang karena urusan pekerjaan beberapa minggu lalu. Jadi malam itu Lino berbohong. Ah, Syila terlalu bodoh untuk mengatahui semua ini.

"Tanpa persetujuan orang tua Lino, perusahaan kedua keluarga Bagaskara tersebut telah diambil alih oleh Lino sepenuhnya, dan segala keputusan sekarang ada di tangan Adrelino Bagaskara."

BUGH BUGH BUGH

Terdengar suara Arel memukul keras dinding yang ada di sebelahnya, tidak ada yang menghentikannya, semua masih terkejut dengan apa yang dikatakan Gilang.

Perlahan air mata Syila mulai turun, dan tubuhnya ingin terjatuh. Dengan sigap Gilang menangkapnya dan mendudukkannya di sofa.

"Makasih Gi, udah kasih tau gue semua ini. Sekarang gue tau kenapa dari kemarin dia ngehindar terus dari gue." Ucap Syila dengan menunjukkan senyuman kecilnya.

"Topeng lo tebel banget La, lepas aja kalau gak kuat." Ucap Rara di sebelahnya.

"La, jangan nyerah, kita semua ada disini buat lo." Ujar Daren seraya mengelus pucuk kepala syila.

Syila ingin tersenyun melihat perlakuan teman-temannya, tapi kemudian senyumannya luntur kala sakit yang sudah hilang akhir-akhir ini kembali lagi terasa di dadanya. Ia meringis kesakitan, dan teman-temannya khawatir melihatnya.

"La, lo kenapa?" Tanya Clara khawatir.

"T-tolong ambilin o-obat gue di tas." Segera Clara mengambil obat dalam tas Syila dan Arel mengambil air didapur. Dengan cepat Syila meminumnya, beberapa saat kemudian nyerinya mereda.

"Ceritain apa yang mau lo ceritain." Ucap Arel meminta penjelasan atas apa yang barusan saja terjadi. Seolah-olah tahu apa yang dimaksud sahabatnya tersebut, Syila pun menceritakan semuanya tentang penyakitnya dan juga keluarganya.

"Kalau ada apa-apa itu bilang sama kita, jangan pendem sendiri. Lo udah terlalu menanggung semuanya sendiri La." Ucap Arel seraya mengelus tangan Syila.

"Gue gak mau ngerepotin kalian semua." Sahut Syila pelan yang masih di dengar oleh mereka.

"Tapi lo ngerepotin diri lo sendiri La."

Syila hanya menarik nafas panjang, lelah, sangat sangat lelah dengan kehidupan yang telah ia jalani sampai sekarang. Bertahun-tahun ia tidak pernah merasakan kehangatan yang ia rasakan bersama sahabatnya sekarang. Disaat semua keadaan membaik selalu saja ada masalah yang terjadi selanjutnya.

Keheningan muncul diantara mereka. Sampai Arel pun mengusulkan sebuah ide.

"Gimana kalau lo semua nginep di rumah gue selama beberapa hari, sekalian nenangin diri juga bareng-bareng." Semuanya mengangguk tanda setuju. Selama beberapa hari itu pula Syila tidak pulang ke rumah Lino atau pun mengabarinya bahwa Syila menginap di rumah Arel bersama teman-temannya.

Adrelino BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang