Change

105 23 0
                                    

Pagi ini, Ivy merasa tubuhnya lebih ringan dari biasanya dan juga perutnya terasa sangat lapar. Ivy bangun dan duduk bersandar di kasur untuk mengumpulkan kesadarannya tapi yang dia dapatkan malah pusing sampai dia memutuskan untuk berbaring lagi.

Tidak lama kemudian, Justin masuk mengantarkan sarapan seperti biasa tapi melihat Ivy yang berbaring di kasur pagi ini adalah pemandangan yang tak biasa. Justin meletakkan sarapan di meja tepat di samping kasur Ivy.

"Apa tidurmu nyenyak? Kau bangun sedikit lebih terlambat daripada kemarin." ucap Justin.

"Kepalaku pusing dan perutku lapar."

"Kau sakit Ivy? Perlu kupanggilkan tuan Savero?" ucap Justin sambil meletakkan telapak tangannya pada dahi Ivy untuk mengecek suhu tubuhnya.

"No!!! I mean don't."

"Kau demam, makan dulu sarapanmu dan aku akan membawakan obat."

Ivy hanya mengangguk dan berusaha bangun lagi untuk menyantap makanannya.

Baru beberapa suap tapi perut Ivy rasanya sudah kenyang jadi dia berniat meletakkan kembali makanannya. Sebelum sebuah suara dari arah jendela membuatnya menegang.

"Hai princess, kenapa tidak menghabiskan sarapanmu? Bukankah kau sedang sakit?" ucap Vincenzo sambil membuka jendela yang terkunci dengan mudahnya lalu masuk ke kamar Ivy dengan santai.

"Princess kau bisa terkena demam rupanya." lanjut Vincenzo.

Ivy hanya diam karena terlalu takut untuk membuka mulutnya.

"Kau mengabaikanku? Jangan seperti itu aku bisa - bisa jadi lebih tertarik padamu."

"N....no."

"Wah akhirnya kau mengeluarkan suaramu." ucap Vincenzo tersenyum dan berjalan kearah pintu kamar untuk menguncinya dari dalam lalu berjalan kembali kearah Ivy.

"W-why did you lock it?"

Pundak Ivy bergetar karena takut tapi Vincenzo dengan santainya mendongakkan wajah Ivy dan tangan yang satunya dia gunakan untuk mengelus pipi Ivy.

"Your body is so hot."

"...."

"Apa yang Savero lakukan padamu sampai kau seperti ini?"

"T-tidak ada, aku hanya sakit karena makanku tidak teratur."

"Baiklah kalau begitu duduklah dengan nyaman, aku akan menyuapimu agar kau cepat sembuh."

"Yeah?" ucap Ivy menatap Vincenzo terkejut karena sikapnya sangat berbeda dengan pertemuan pertama mereka.

"Kubilang duduk yang nyaman princess, aku akan membantumu menghabiskan sarapanmu."

Ivy menggangguk ragu dan mulai menyamankan posisi duduknya sedangkan Vincenzo duduk disampingnya sambil memegang piring berisi sarapan yang tadi Ivy makan. Vincenzo mulai menyuapkan sesendok dan mengarahkannya pada Ivy lalu Ivy membuka mulutnya dan mengunyahnya perlahan.

•✠•❀•✠•

Savero sedang ada di ruang kerjanya dengan gelisah karena menerima laporan dari Justin kalau Ivy sedang sakit. Sebenarnya Savero sangat ingin berlari ke kamar Ivy saat ini tapi tidak bisa karena banyak dokumen yang harus dikerjakannya hari ini, ditambah pengawasan dari Jacob yang tidak memperbolehkannya keluar dari ruangan sebelum semua pekerjaannya selesai.

"Jacob, biarkan aku menengok Ivy sebentar."

"No!! Kerjakan dulu pekerjaanmu yang kau tunda semalam."

"Just a minute." ucap Savero memohon.

"Sebentar itu buatmu seharian kalau sudah bersama Ivy."

"But..."

"Shut up!! Cepat kelarin kerjaanmu terus jenguk Ivy nanti!!"

Savero jadi tambah frustasi sekarang karena tidak bisa menjenguk Ivy padahal masih satu atap. Jacob yang melihat ekspresi Savero hanya terkekeh karena Ivy berhasil membuat Savero mulai berubah.

•✠•❀•✠•

Ivy sedang berbincang dengan Vincenzo seolah tidak pernah ada masalah sebelumnya. Vincenzo memperlakukannya seperti seorang pasien dan Ivy jadi berpikir ternyata Vincenzo tidak seburuk yang dia bayangkan. Bahkan mereka saling melempar candaan diselingi suara tawa. Sedangkan dibalik pintu ada orang yang resah karena tidak bisa membuka pintu sedari tadi, orang itu bahkan mondar - mandir di depan pintu karena tidak berani mendobrak pintu. Bahkan sampai Jacob tidak sengaja lewat di depan kamar Ivy.

"Justin? Sedang apa mondar-mandir disini?" tanya Jacob bingung melihat Justin.

"Oh Jacob, Ivy dan...." ucap Justin berhenti dan menatap Jacob lalu melanjutkan, "tuan Vincenzo ada di dalam."

"Kenapa kau tidak cepat-cepat membuka pintunya bodoh?!!" ucap Jacob yang langsung akan mendobrak pintu kamar Ivy namun ditahan oleh Justin.

"Dengar dulu." ucap Justin.

"Dengar apa?"

"Coba dengar di dalam ada suara tawa Ivy." ucap Justin sambil melirik pintu kamar Ivy.

"Huh??" ucap Jacob sambil menaikkan sebelah alisnya dan mulai mendekatkan telinganya ke arah pintu. Ternyata memang benar terdengar suara Ivy dari dalam kamar yang membuat Jacob sedikit lega.

"Kalau begitu kenapa kau terlihat resah?" tanya Jacob menatap Justin.

"Kalau tuan Savero tau bagaimana?"

"Benar juga aku tidak kepikiran."

Disaat mereka sedang berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan jika Savero datang, tiba-tiba orang yang dibicarakan muncul dengan pakaian santainya namun terkesan rapi juga sambil membawa dua paperbag berukuran sedang.

"Farsi da parte." ucap Savero dengan senyuman samar dari wajahnya menyuruh kedua orang yang sedang menghalanginya itu untuk menyingkir. (Farsi da parte = Minggir)

"Astaga tuan Savero." ucap Justin kaget melihat Savero tiba-tiba ada disan.

"Kau sudah menyelesaikan semua kerjaanmu Savero?" tanya Jacob menatap Savero untuk memastikan.

"Tentu saja itu alasanku kenapa sudah ada disini J."

"Um itu tuan eeee...." ucap Justin berusaha mencari alasan agar Savero tidak masuk ke dalam kamar Ivy.

"What? Cepat katakan."

"Sepertinya Ivy sedang istirahat setelah minum obat bahkan Ivy menghabiskan sarapan dan makan siangnya hari ini." ucap Jacob yang langsung menyahut.

"Aku akan meletakkan ini di sampingnya." ucap Savero sambil menunjukkan dua paperbag yang dibawanya.

"S-saya saja yang meletakkannya tuan." ucap Justin.

"Kalian ini apa-apaan? Jangan bersikap aneh dan menying-"

Savero tiba-tiba terdiam saat dia mendengar suara tawa Ivy bersamaan dengan suara Vincenzo. Tentu saja dia hafal betul suara milik adiknya yang sering kali mengacau di mansionnya. Savero menghapus senyuman dari wajahnya dan menggantinya dengan raut tak suka yang tergambar jelas. Bahu yang tadinya tampak percaya diri dan penuh semangat itu langsung melemas.

"Aku ada pekerjaan jadi kau saja yang berikan ini pada Ivy." ucap Savero yang langsung memberikan paperbag ke arah Justin dan segera pergi begitu saja meninggalkan Jacob dan Justin dalam keheningan.

"Aku baru melihatnya bersemangat lagi setelah kejadian itu." ucap Jacob menatap punggung Savero sampai punggung itu lenyap dalam kegelapan.

"Tuan sangat menyayangi Ivy." ucap Justin setelah melihat isi paperbag yang akan diberikan Savero pada Ivy.

"Hm?"

"Tuan tadinya ingin memberikan tiga buah novel dan beberapa camilan manis pada Ivy."

"Kalau begitu kau berikan saja setelah Vincenzo pergi, ku sarankan jangan sampai Vincenzo tau."

"Baiklah."

Love Accident - YOONIU [BTS x IU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang