Keesokan harinya mansion Vincenzo terasa ramai sekali karena ada dua orang yang sedang berdebat dengan cukup hebat. Kalau ada yang tanya alasannya apa sebenarnya hanya masalah sepele. Kedua wanita dengan status sahabat sedari kecil itu sedang berlomba - lomba mengumpati seorang lelaki, tepatnya mantan kekasih Ivy.
Setelah Ivy menceritakan semua kejadian tentang pacarnya yang selingkuh, Joanne langsung terlihat berapi - api karena marah. Bahkan Vincenzo saja dibuat tidak berani mendekat karena takut menjadi sasaran pelampiasan dari amukan keduanya.
"Ryan memang brengsek, bisa-bisanya dia selingkuh denganmu!"
"Ya kan? Dia memang sangat bajingan, aku menyesal mencintainya."
"Harusnya kau menamparnya sepuluh kali Ivy."
"Huftt, I think so too."
"Dasar si brengsek minta dihajar!"
"Tapi aku sudah tidak mencintainya lagi, I have someone I like right now hehehe."
Ivy mengatakannya dengan wajah memerah mengingat setiap skinship yang sudah dirinya lakukan dengan seseorang yang dia suka.
"Who?"
"Hmmmm, beritahu tidak ya?"
"Jangan bilang kalau Savero?"
"Kok kau tau?"
"Tergambar jelas diwajahmu, but Ivy..."
"Hm?"
"Are you sure? I mean, apa dia juga memiliki perasaan yang sama?"
"Maybe, karena dia bersikap lembut akhir - akhir ini hehehe."
"Bukan bermaksud jelek Ivy, aku sering dengar kalau Savero sering bergonta-ganti pacar dan dia putus dengan pacarnya karena Vincenzo yang bunuh."
"So?"
"Savero tidak pernah peduli tentang itu, apa....kau juga diperlakukan seperti itu?"
Ivy terdiam seketika memikirkan semua perkataan Joanne, karena setelah dipikirkan tidak semua yang dikatakan Joanne salah. Ivy diam cukup lama dan membuat Joanne jadi cemas dengan sahabatnya itu, Joanne hanya ingin yang terbaik untuk sahabat kesayangannya.
"Ekhem! Sudah selesai bertengkar?" ucap Vincenzo sambil duduk dihadapan Ivy yang setelah sekian lama hanya memperhatikan dari jauh.
"Vin diam dulu, Ivy sedang berpikir sekarang."
"Tentang?"
"Relationship with someone."
"Oh...."
Reaksi Vincenzo terlihat biasa saja tapi jauh di dalam lubuk hatinya dia begitu penasaran siapa yang sedang Ivy pikirkan.
"Lagipula Ivy, apa kau tidak mikir gimana kalau dia cuma memanfaatkanmu?"
Ivy menggeleng samar dengan kepalanya yang semakin dia tundukkan, merasa perkataan Joanne cukup masuk akal untuk dipikirkan.
"Ivy, lepaskan dulu rantai yang mengikatmu dengannya baru setelah itu perjelas hubungan kalian, Vincenzo bisa membantu."
"Me?" ucap Vincenzo mengangkat sebelah alisnya karena tidak begitu paham tentang apa yang Joanne bicarakan daritadi.
"Kau mau bantu kan Vin?"
"What?"
"Pay off Ivy's dad's debt."
Ivy tiba-tiba mengangkat wajahnya lalu menatap Vincenzo dengan sendu, benar-benar membuat jantung Vincenzo berdetak lebih kencang. Vincenzo langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Boleh saja."
"Nah Ivy pikirkan baik - baik saranku, aku sama Vincenzo siap membantumu untuk itu."
"You are very kind, thank you very much." ucap Ivy tersenyum tipis menatap Joanne dan Vincenzo bergantian, dirinya benar - benar bersyukur karena bayak orang disekitarnya yang peduli padanya.
•✠•❀•✠•
Sore harinya, Ivy kembali ke mansion Savero diantarkan oleh June, Vincenzo dan Joanne tentu saja mengantarkannya sampai depan pintu mansion saja karena Vincenzo masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Selama perjalanan Ivy sibuk memikirkan perkataan Joanne tadi tentang hubungannya dengan seseorang yang dia sukai. Perkataan Joanne tadi seolah-olah seperti kenyataan pahit yang belum dirinya sadari. Belum lagi berpikir tentang perkataan Jacob di telepon.
Sementara itu June tampak sedikit heran karena biasanya Ivy sangat aktif menggerakkan bibirnya walau hanya sekedar pertanyaan random. Tapi sekarang yang dia lihat hanya Ivy yang menatap jalanan. Tapi June hanya diam, takut mengganggu lalu berakhir dengan amukan dari Ivy.
•✠•❀•✠•
Sesampainya di mansion, Ivy malah tidak menemukan orang yang menjadi sumber kegalauannya itu. Ivy hanya melihat Justin yang sibuk mondar-mandir sesekali menatapnya, Ivy dibuat makin pusing sekarang.
Tidak lama kemudian Jacob datang dengan ceria seperti biasa dan langsung memeluk Ivy dengan erat, berbeda sekali dengan Jacob yang beberapa hari lalu berbicara dengannya lewat telepon.
"I miss you Ivy, disini benar-benar sepi tanpamu."
"M-me too?" Ivy jadi sedikit merasa aneh dengan Jacob karena pembicaraan mereka tempo hari.
"Why? Kau terlihat tidak begitu baik saat ini, coba katakan padaku siapa tau aku bisa membantu."
"Bolehkah?"
"Sure, coba katakan."
"Bisa kita pindah ke kamarku? Masalah ini berhubungan dengan Savero, aku kurang nyaman mengatakannya disini."
"Sure, Justin kau tunggu disini ya kalau Savero datang jangan biarkan dia masuk ke kamar Ivy dulu sebelum aku selesai bicara."
Justin mengangguk singkat lalu meneruskan kegiatan mondar-mandirnya.
Jacob menggenggam tangan Ivy lalu menariknya lembut untuk berjalan bersama kearah kamarnya. Ivy hanya mengikuti Jacob karena pikirannya saat ini butuh disegarkan dan hanya Jacob saat ini yang terpikirkan olehnya.
Setelah sampai dikamar, Ivy langsung saja menarik Jacob untuk duduk di kasurnya sedangkan dirinya bercerita sambil berdiri. Ivy memutuskan untuk mengungkapkan apa saja yang mengganggu pikirannya hari ini, termasuk tentang hubungannya dengan Savero juga masalah perkataan Jacob.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Accident - YOONIU [BTS x IU]
Fanfiction"He's smart about work, but when it comes to matters of the heart, he's just like an idiot." [TAMAT] - Ada sedikit bahasa inggris dan italia (yang italia nanti ada terjemahannya)