"JACOB WAKE UP!!!"
"Huh? Ah? W-what? Astaga apa lagi?!!"
"Who?"
Savero menunjukkan tabnya yang menampilkan berita terkini tentang gedung yang renovasinya hampir selesai tiba-tiba ambruk karena kesalahan pembangunan. Benar - benar berita yang tidak masuk akal bagi Savero.
"Hah?! Apa ini?! How can–"
"Itu yang akan kukatakan Jacob"
"Astaga aku baru saja tertidur empat jam dan hal ini sudah terjadi, my head." ucap Jacob memijat kepalanya yang terasa sangat pening karena kurang isstirahat ditambah masalah baru yang datang, rasanya dia ingin resign saja jadi manusia. Jacob tidak kuat.
Savero menghela napasnya dengan kasar, dia jadi punya niatan untuk menjual gedung yang baru hancur tadi saking kesalnya. Baru saja dia akan melempar tabnya tapi sebuah panggilan menghentikan pergerakkannya. Tanpa melihat siapa yang menelpon Savero langsung menggeser icon hijau, lalu tidak lama kemudian sebuah suara terdengar dari seberang.
"Hello Mr. Luca, how your day?"
"Who?"
"Your another lovely brother for sure."
"Don't play with me!!"
"Wow wow easy brother, aku hanya memperkenalkan diriku."
"Shut up!! Katakan saja maumu!!"
"Hmmm, bagaimana kalau dirimu?"
Savero mematikan sambungan telepon secara sepihak karena sangat kesal, dirinya merasa dipermainkan ketika berbicara dengan orang tadi. Savero tentu saja tau makna tersirat dari keinginan orang tadi, karena menyerahkan dirinya sama dengan dijadikan budak.
"Aku sendiri yang akan kesana, kau tunggu disini saja."
Jacob yang sudah siap dengan pakaian formalnya dibuat tercengang, pasalnya tidak biasanya Savero pergi sendirian ke tempat yang cukup ramai.
"What?!!"
Jacob sudah pasrah saja karena bosnya itu sangat tidak terbantahkan saat ini, jadi dia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya berharap agar rasa sakit di kepalanya berkurang.
•✠•❀•✠•
Sedangkan mansion Vincenzo tengah ramai karena hilangnya seseorang yang berstatus sebagai kekasih Vincenzo. Walaupun Vincenzo tidak mencintainya tapi tetap saja dia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kekasihnya.
Vincenzo terlihat tidak waras saat ini, tangannya meneteskan banyak darah karena kekasihnya hilang atau lebih tepatnya diculik. Bagaimana Vincenzo bisa tahu? Jawabannya cukup simpel karena tepat di kamar yang biasa Joanne tempati terdapat tulisan "SURPRISE" dengan tinta darah tepat di sprai putihnya.
Hal ini tentu saja cukup mengguncang dirinya, mungkin dia tidak akan sepanik ini jika tidak ada tulisan surprise. Vincenzo tentu saja tidak bodoh untuk mengetahui kalau penculik kekasihnya itu sedang bermain - main.
"Ambil Ivy!!" ucap Vincenzo.
"Maaf tuan?!"
"KUBILANG AMBIL IVY!!!"
"Baik tuan."
June langsung saja melaksanakan perintah atasannya itu tanpa bertanya apa - apa. Sedangkan Jimmy mengerutkan alisnya tidak mengerti atas perintah Vincenzo yang ambigu menurutnya.
"Vin, kau yakin?"
"Pasti dia, cuma dia yang tau tentang Joanne."
Jimmy menghembuskan napasnya kasar, terkadang dirinya sangat bingung dengan perilaku Vincenzo. Vincenzo bilang kalau dia tidak akan peduli dengan kekasihnya atau kekasihnya itu tidak penting atau yang semacam itu. Tapi apa yang dilakukan Vincenzo justru berbanding terbalik dengan yang dia katakan.
"Pertama ayo obati lukamu dulu, lagipula belum tentu itu darah Joanne kan?"
"Itu darahnya, I'm certain."
"Up to you, kemarikan tanganmu." ucap Jimmy mendekat dengan kotak P3K, lalu menarik tangan Vincenzo untuk segera diobati karena sudah cukup banyak darah yang terbuang sia - sia hanya karena Vincenzo melampiaskan emosinya.
"Tidak ada perlakuan spesial pada wanita itu lagi."
"You mean Ivy?"
Vincenzo menganggukan kepalanya singkat. Masih terlihat kilatan emosi terpancar di matanya. Sepertinya akan ada penyiksaan di mansion ini.
Tidak berselang lama June memberitahukan bahwa Ivy sudah dibawa dan sedang dikurung di ruang eksekusi. Vincenzo langsung bangkit dan berjalan dengan tergesa - gesa ke ruang eksekusi masih dengan emosinya yang memuncak.
Bahkan sesampainya di ruang eksekusi dia langsung menampar Ivy tanpa berkata apapun, Vincenzo mencengkeram pipi Ivy dan memaksa Ivy mendongak menatap kedua matanya.
"Hahaha, maaf lady aku jadi menampar pipi cantikmu ini."
Vincenzo mengusap pipi Ivy dengan kasar dengan tatapan tajam, kali ini tidak ada senyum aneh seperti waktu pertama kali mereka bertemu. Ivy sampai dibuat ketakutan bahkan bahunya bergetar menahan isakan yang mungkin akan menambah emosi Vincenzo saat ini.
"Listen pretty!!" ucap Vincenzo sambil menegakkan tubuhnya angkuh, menatap Ivy dengan tatapan kebencian yang tidak terbendung.
"Aku benar - benar akan membunuhmu jika kau tidak berguna."
Hiks~~
Satu isakan yang sedari tadi berusaha Ivy tahan tiba - tiba keluar karena saking takutnya. Ada apa lagi dengan hidupnya? Ivy pikir dirinya sudah tidak aka hubungan lagi diantara perang saudara ini, tapi ternyata dirinya masih saja terseret dalam masalah yang tidak dia ketahui.
"SHUT THE FUCK UP!!"
Vincenzo membentak Ivy sangat keras yang membuat Ivy tersentak dan ketakutan setengah mati, bahkan Ivy sampai menahan napasnya. Ivy merasa jika dirinya mengeluarkan suaranya sedikit saja maka nyawanya akan tercabut saat itu juga.
"Heii!!" ucap Vincenzo menarik rambut Ivy dengan keras sampai Ivy mendongak, meringis kesakitan karena tenaga Vincenzo yang tidak main - main.
"Kita akan memberi kabar pada kekasihmu."
Ivy menggeleng dengan air mata yang terus turun.
"No no no, jangan menangis nanti kekasihmu akan sedih jika melihat kekasih kesayangannya ini menangis."
"Nah sekarang ayo rapikan rambutmu dulu."
Vincenzo hanya merapikan rambut Ivy asal lalu mengarahkan kamera hpnya kearah Ivy setelah membuka kain yang membekap mulut Ivy.
"Smile" ucap Vincenzo dengan nada dinginnya membuat Ivy tersenyum dengan paksa walaupun pipinya terasa ngilu akibat tamparan Vincenzo tadi.
Vincenzo tersenyum puas melihat hasil fotonya lalu mulai mengetik di hpnya sambil berjalan keluar ruangan itu. Tapi sebelum Vincenzo keluar dari ruangan itu dia masih sempat mengucapkan sesuatu untuk Ivy.
"Ah sorry pretty, no food for you until your lover comes back." ucap Vincenzo berbisik disamping telinga Ivy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Accident - YOONIU [BTS x IU]
Fanfiction"He's smart about work, but when it comes to matters of the heart, he's just like an idiot." [TAMAT] - Ada sedikit bahasa inggris dan italia (yang italia nanti ada terjemahannya)