Disappointed

104 20 0
                                    

Di tengah malam Ivy terbangun karena perutnya meminta untuk diberi makanan dan saat terbangun ia tidak menemukan Savero disampingnya. Ivy terduduk menengok ke kanan dan kiri berharap menemukan Savero tapi hasilnya nihil. Pria yang membuatnya merasa aneh siang tadi meninggalkannya sendirian di kamar yang sangat besar itu, sungguh kejam pikirnya.

"Savero???" ucap Ivy.

Ivy menghela nafasnya pelan karena tidak mendengar sahutan dari Savero dan memutuskan untuk pergi ke dapur karena perutnya sepertinya sedang demo karena tidak lekas diberi makanan.

Saat sampai di dapur Ivy langsung membuat sereal karena hanya itu yang berhasil ia temukan dan juga beberapa buah di kulkas mungkin akan mengenyangkan perutnya.

"Sedang apa malam-malam disini?"

"Astaga!!!" teriak Ivy kaget.

Ivy hampir saja menjatuhkan semangkuk sereal yang sudah ia buat karena terkejut sedangkan si tersangka malah terkekeh sambil berjalan mendekati Ivy.

"Are you hungry?? Why don't you look for me??" ucap Savero sambil menatap Ivy dengan heran.

"Aku tidak tau dimana harus mencarimu lagipula tadi aku sudah memanggilmu tapi kau tidak ada."

"Okay I'm wrong, so apa kau akan kenyang hanya dengan memakan sereal?"

"Maybe?" ucap Ivy agak ragu sambil menggigit bibir bawahnya.

"Makanlah kalau masih belum kenyang aku bisa belikan makanan untukmu sampai kau kenyang."

"Bukankah sudah seharusnya begitu?" 

Savero terdiam memperhatikan Ivy memakan serealnya seperti orang yang sudah tidak makan selama 1 minggu. Mulai sekarang Savero harus ingat untuk tidak membuat Ivy melewatkan jam makannya. Sementara Ivy sedang sibuk memberi makan perutnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Savero.

Tidak lama kemudian Jacob datang sambil membawa beberapa lembar dokumen. Tapi sebelum Jacob berbelok ke arah ruang kerja Savero, ia berhenti di samping Savero dan menyodorkan sebuah surat dengan stamp berbentuk mawar.

"Savero, aku tidak tau ini pertanda buruk atau tidak tapi ini aneh, tidak ada nyawa yang hilang." ucap Jacob menatap Savero dengan serius.

"Can't it be later Jacob?"

Savero mendengus dan menepis tangan Jacob karena kegiatan pentingnya terganggu karena Jacob. Tapi, Jacob tetap bersikeras menyodorkan surat tadi sambil memandang Savero dengan sangat serius.

"Just this, buka ini saja segera terus baca isinya dengan teliti Savero!!!" bisik Jacob.

Savero pun mengambil itu dan rahangnya mengeras ketika ia melihat stamp dengan lambang mawar dan juga bau kertasnya yang beraroma mawar. Savero berdiri dan berjalan tergesa menuju ruang kerjanya meninggalkan Ivy yang menatap dengan heran ke arah punggung Savero yang mulai menjauh lalu mengalihkan pandangannya pada Jacob.

"Is everything ok?" tanya Ivy menatap ke arah Jacob.

"Tenang saja Ivy ini hanya masalah....yah, pekerjaan."

"Benar hanya karena pekerjaan??" 

"Kalaupun bukan aku tidak berhak memberitahumu Ivy, kalau kau mau kau bisa tanyakan langsung padanya nanti." ucap Jacob sambil sedikit tersenyum.

"Quindi sì." (Quindi sì = Begitu yah)

"Aku pergi menyusul Savero dulu dan kusarankan kau jangan dekat-dekat dengannya sebelum dia yang memanggilmu."

Ivy hanya mengangguk mendengar perkataan Jacob tadi. Lalu, Jacob pergi menyusul Savero ke ruang kerjanya dengan langkah yang terburu-buru sedangkan Ivy berusaha mencerna apa yang sedang terjadi pada Savero karena firasatnya agak tidak enak.

•✠•❀•✠•

Setelah selesai membereskan bekas mangkuk sereal, Ivy tadinya akan kembali ke kamarnya saja tapi kakinya justru melangkah menuju kamar Savero. Sesampainya disana, ivy mengetuk pelan sebelum masuk ke kamar itu. Karena tidak mendengar suara apapun didalam, Ivy memutuskan untuk membuka pintu perlahan dan melihat apakah Savero sudah tidur atau belum.

Namun, saat Ivy melihat kedalam, kamar yang tadinya terang sekarang gelap gulita. Hanya sinar bukan yang menerangi kamar itu, samar-samar Ivy juga melihat pintu balkon yang sepertinya terbuka. Ivy memberanikan dirinya untuk masuk dan melangkah perlahan menuju balkon.

Di balkon,  Ivy melihat seseorang berdiri membelakanginya yang ia pikir itu Savero. Tapi saat ingin melangkah lebih dekat Ivy mencium aroma mawar dan mint yang cukup kuat dari tubuh orang itu, seketika Ivy membolakan matanya karena selama ia tinggal di mansion ini, tidak pernah sekalipun ia mencium aroma yang seperti ini. Ivy berjalan mundur perlahan, saat ia sadar kalau orang yang berdiri membelakanginya sekarang adalah orang asing, tapi sialnya punggungnya membentur pintu balkon yang ada dikamar Savero, menyebabkan suara yang cukup keras untuk membuat orang itu berbalik menatap Ivy.

"Who are you? Sejak kapan dia membiarkan peliharaannya memasukki kamarnya?!" ucap seseorang yang berbalik tadi.

Ivy terdiam karena ketakutan sedangkan orang itu mengulurkan tangannya lalu mencekik  Ivy.

"Bukan kau yang kuharapkan untuk datang!!!"

Ivy tidak memberontak sedikitpun karena ketakutan, matanya menatap netra dingin yang tidak peduli akan nyawanya, sampai setetes air mata lolos membasahi wajahnya. Ivy mulai kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk membantunya bernafas. Ivy pasrah saat itu, seharusnya ia tidak mengunjungi kamar Savero, seharusnya ia langsung tidur dikamarnya, dan Ivy berharap bahwa kejadian ini hanyalah mimpi buruk yang akan sirna setelah ia membuka mata esok hari.

"Kau aneh, bukan wajah itu yang seharunya kau perlihatkan!!"

Orang itu melepaskan cekikkannya yang membuat Ivy langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya sesekali terbatuk. Orang itu merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Ivy, lalu memperhatikan Ivy dengan teliti.

"Your name?"

"Uhuukk uhukkk, w-who are you?!!! Apa tujuanmu ada di kamar ini?" ucap Ivy terbata-bata.

"Kau orang yang bodoh....atau kau tidak menyayangi nyawamu?!!!"

BRAKKK!!

Jacob membuka pintu kamar Savero dengan keras dan menatap Ivy terkejut. Naman setelah itu, Jacob mengarahkan pistolnya ke arah orang asing itu dengan rahang yang mengeras.

"Oh, Jacob?! Bagaimana kabar Chiara?"

"Bajingan sepertimu tidak pantas menyebut namanya!!!"

"Wow wow tenang Jacob,  aku bahkan belum melakukan apapun."

"Tapi kau akan melakukan apapun yang ada di otakmu."

"Otakmu sekarang sudah lebih berkembang ya." ucap orang asing itu sambil tersenyum smirk.

Orang itu lalu menarik lengan Ivy lalu mengarahkan pisau kecil ke leher Ivy dengan cepat. Ivy memekik ketakutan dan merasakan lehernya sedikit tergores oleh sesuatu, rasanya perih.

"ANYTHING HAPPENED HERE?!!"

Savero berjalan mendekat dengan santai tetapi ekspresinya menunjukkan kalau dia sedang sangat marah sekarang.

"Long time no see Savero, ah....Apa aku harus memanggilmu dengan sebutan kakak??" 

Vincenzo tersenyum miring menatap Savero seolah-olah sedang menunggu sesuatu yang menarik yang akan terjadi. Savero mengalihkan pandangannya pada Ivy dan seketika rahangnya mengeras melihat leher Ivy yang terluka.

"Kau mengganggu mainanku? Biasanya kau langsung membunuhnya." ucap Savero dengan tatapan yang  licik.

"Ah yang satu ini menarik." ucap Vincenzo sambil menatap Ivy dengan tersenyum. "Apa aku boleh membawanya pulang? Kak Savero?"

"Non può!!" (Non può = Tidak bisa)

"Why?! Bukankah ini hanya mainanmu saja?" 

Hati Ivy terasa sakit saat Savero mengatakan bahwa dia hanyalah mainan. Padahal selama ini, Ivy pikir mereka berdua cukup dekat atau itu hanya perasaanya saja. Dia kecewa akan hal ini, sangat kecewa.

Love Accident - YOONIU [BTS x IU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang