Jadi disinilah Savero dan Vincenzo, di sebuah labirin yang cukup besar sesuai dengan alamat yang ditinggalkan oleh penculik Joanne dan Ivy.
Vincenzo sudah ingin bergegas masuk tapi Savero menarik kerah belakang baju Vincenzo dengan kasar. Baru saja Vincenzo akan mengumpat namun Savero lebih dulu berbicara.
"You're stupid? Mau mengantarkan nyawamu begitu saja? Kau lupa kalau kita diminta datang sendiri?!" ucap Savero.
"Sorry, I was too worried."
"Don't be stupid Vincenzo, kau lebih mengkhawatirkan."
Savero melihat sekeliling bermaksud untuk mengamati tempat itu. Siapa yang tau kalau tiba - tiba dirinya ditembak tepat di organ vital.
Merasa aman, dirinya melangkah masuk ke labirin diikuti Vincenzo di belakangnya. Sunyi itu yang membuat Savero bingung, tempat ini terlalu sunyi. Setidaknya akan ada suara teriakan yang tertahan kalau tempat ini benar - benar digunakan untuk tempat menyandera seseorang.
"Akkkk kak!"
"Fuck! Jangan mengagetkanku!"
"Kak tempat ini menakutkan, bagaimana kalau ada hantu?"
Savero memutar bola matanya, malas sekali meladeni adiknya ini. Padahal tadi dia yang menyuruhnya cepat - cepat berangkat.
"Yang pasti dia akan memakanmu, diam!"
Vincenzo diam sambil sesekali melirik ke belakang dengan memegang ujung pakaian kakak tirinya itu. Salah satu hal yang paling ditakutinya tentu saja hantu, siapa yang tidak takut dengan makhluk yang sudah tidak menapak di tanah?
"Are you sure the way is right? Sepertinya kita tersasar." ucap Vincenzo sedikit heran.
"Mapnya jelas - jelas menuju kesini, berhenti merengek."
"But..."
"Shut up!!" bentak Savero pelan memotong perkataan Vincenzo.
Savero benar - benar jengah sekarang, otaknya sudah cukup lelah memikirkan Ivy ditambah adiknya yang merengek sedari tadi, ingin sekali dia membuangnya saat ini.
Sudah cukup lama mereka berjalan, tiba - tiba saja mereka menemukan sebuah foto yang terlihat sengaja diletakkan di dinding labirin itu. Foto itu berisi foto Ivy saat sedang membaca novel dengan tinta merah menyilang. Dan itu berhasil membuat Savero semakin resah.
"Itu Ivy kan?" tanya Vincenzo sambil menunjuk foto yang tertempel di dinding itu.
"Hmm"
"D-dia akan baik - baik saja kan?"
"I don't know, sudah ayo lanjut jalan."
Vincenzo benar - benar memucat saat ini, bagaimana kalau foto itu berarti bahwa pelakunya sudah membunuh Ivy. Bagaimana kalau selanjutnya Joanne? pikirnya.
"How about Joanne?" gumam Vincenzo.
"Jangan berpikir yang tidak - tidak atau aku akan membunuhmu disini."
Vincenzo langsung mengunci bibirnya rapat - rapat tidak ingin membuat Savero marah. Karena salah satu kelemahannya adalah Joanne.
Sudah beberapa jam tapi mereka belum sampai juga di tempat yang ditandai sebagai harta karun itu. Sepanjang jalan keduanya seringkali menemukan foto entah itu Ivy atau Joanne dengan coretan silang di setiap foto.
Vincenzo sudah ingin murak saja rasanya, jangan bilang kalau yang ditandai dengan harta karun itu adalah mayat kekasihnya. Kalau benar dirinya tidak segan untuk menghancurkan tempat ini saat itu juga.
Bruk.....
Keduanya terjatuh karena Vincenzo menabrak Savero.
"Watch your way Vin!"
"Kau sendiri kenapa tiba - tiba berhenti?!" ucap Vincenzo sama kesalnya.
"Jalan buntu, kita salah ambil jalan sepertinya."
Vincenzo mendengus kesal, keduanya melanjutkan perjalanan diiringi dengan gumaman Vincenzo yang terkadang marah lalu tiba - tiba takut sampai Savero rasanya ingin mencekiknya lalu menyumpal mulut itu dengan sepatunya.
Keduanya sempat tersasar beberapa kali tapi untungnya dengan kerandoman Vincenzo yang mengatakan untuk selalu mengambil ke kanan sampailah mereka di tempat yang ditandai sebagai harta karun itu.
Disana terdapat sebuah pohon besar yang dihias dengan foto polaroid milik Ivy dan Joanne. Keduanya segera memeriksa seluruh tempat di sekitar sana.
"Shit! We cheated." umpat Savero.
"Bro, I found a big box."
"Hm?" ucap Savero menghampiri Vincenzo karena penasaran dengan kotak besar yang dimaksud Vincenzo.
"Dirantai? Apa ini?" lanjut Savero sambil mengerutkan dahinya.
"Entah, coba kau buka."
"Cari kuncinya."
"Where?"
"Dimana saja, cepat! Bagaimana kalau yang di dalam sini kekasihmu?" ucap Savero sambil melirik Vincenzo.
"Don't worry me!"
"So hurry up!"
Cukup lama mereka mencari kunci itu karena ternyata di setiap polaroid terdapat sebuah kunci di bagian belakangnya dan membuat Vincenzo yang sudak panik makin panik.
Pada akhirnya Savero sendiri yang turun tangan mencari kuncinya dan tentu saja ketemu. Savero bergegas membuka kotaknya dan setelah terbuka ternyata ada sebuah bom rakit di dalamnya. Waktunya baru berjalan saat Savero membuka kotaknya.
"RUN! THERE IS THE BOMB!" teriak Savero.
Mereka berlari sekencang - kencangnya menjauhi tempat itu sambil mengingat - ingat jalan yang tadi dilewati.
"ARGHHHH SIAPA ORANG GILA ITU?!!" tanya Vincenzo yang sudah tidak bisa menahan emosinya.
"DIAM DAN CEPAT LARI SAJA!"
Berkali - kali mereka bertabrakan dengan dinding labirin, bahkan pakaian keduanya sudah kotor karena beberapa kali terjatuh. Setelah beberapa menit mereka sampai diluar labirin itu dengan nafas yang tersenggal - senggal. Sungguh rasanya Savero seperti habis lari maraton keliling Italia, rasanya untuk bernafaspun dirinya ongon muntah saking capeknya.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan tapi ledakannya berbeda, lalu setelah itu terdengar suara tertawa seperti dari kotak musik.
Savero terbatuk, sial rasanya dirinya terlalu capek hanya untuk sekedar mengumpat di dalam hati. Kalau ada yang tanya Vincenzo, dia sudah tiduran di samping Savero yang berdiri saking capeknya.
•✠•❀•✠•
Hai maaf ya baru bisa update hari ini setelah sebulan engga update :(
aku lagi hetic banget terus minggu kemarin harusnya update tapi tiba - tiba malah sakit :'(
jadi maaf kalo update an hari ini kurang ngefeel😩 semoga suka^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Accident - YOONIU [BTS x IU]
Fanfiction"He's smart about work, but when it comes to matters of the heart, he's just like an idiot." [TAMAT] - Ada sedikit bahasa inggris dan italia (yang italia nanti ada terjemahannya)