Separate

103 19 3
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak Ivy mendapat tawaran dari Vincenzo dan Joanne, selama itu juga Ivy jarang berkomunikasi dengan Savero bahkan terkesan menghindari Savero. Savero juga merasakan adanya perubahan pada sikap Ivy berniat menanyakan pada Jacob tentang keadaan Ivy.

Tetapi Jacob malah menghilang disaat-saat genting seperti ini membuat mood Savero makin memburuk. Jadilah dia mencari Justin untuk melampiaskan kekesalannya, untungnya Justin sedang berada di luar ruang kerjanya jadi dia tidak perlu susah payah menghubungi bawahannya itu.

"Justin!! Kemari!"

"Ya tuan, ada apa?" Justin mendekat ke arah Savero dengan cepat dan Savero langsung menarik Justin cepat ke dalam ruang kerjanya. Satu - satunya hal yang dilakukan Justin hanya pasrah dengan takdir Tuhan.

"Katakan padaku sejujur-jujurnya ada apa dengan Ivy?"

"Nona Ivy?"

"Memangnya siapa lagi yang namanya Ivy disini?"

"T-tidak ada."

"Katakan cepat!!"

"T-tapi tuan setahu saya, nona Ivy baik-baik saja seperti biasanya."

Savero mengerutkan dahinya karena merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Justin.

"Are you serious?"

"Tentu saja tuan, mana mungkin saya berani berbohong."

"Tapi menurutku belakangan ini Ivy menghindariku."

"Menghindari tuan?"

Savero mengangguk sambil memijit pangkal hidungnya karena kesal mengetahui fakta bahwa hanya dirinya yang dihindari oleh Ivy.

"Tapi tuan....."

"Hm?"

"Belakangan ini nona Ivy sering terlihat bersama Jacob."

"What?!!"

"Yang saya tau mereka melakukan sesi curhat setiap kali bertemu."

"Curhat?? What is that??"

Justin kehilangan kata-katanya, atasannya ini benar - benar tidak tau apa arti kata curhat? Astaga benar - benar memalukan.

Belum sempat Justin menjelaskan seseorang mengetuk pintu ruang kerja Savero tiba - tiba."

"Masuk!"

Seseorang yang tidak diharapkan kehadirannya tiba-tiba masuk membuat mood Savero semakin buruk, rasanya Savero ingin sekali melubangi kepala orang yang ada dihadapannya saat itu juga.

"Halo kakak, maaf tidak mengabari tentang kedatanganku." ucap Vincenzo dengan senyuman tipis.

"Apa lagi kali ini?"

"Hanya saja princess ingin bicara serius denganmu, tanpa paksaan dariku tentu saja."

•✠•❀•✠•

Suasana ruang kerja Savero menjadi mencekam, aura gelap menguar dari sekitar Savero. Hal ini terjadi karena satu kata dari Ivy yang meminta untuk kembali pada keluarganya secara permanen.

Hati Savero rasanya seperti terbakal saat mengetahui kalau Vincenzo, adik tiri yang tidak dianggapnya itu yang akan membantu Ivy melunasi hutang ayahnya, Sekali lagi Vincenzo berhasil mengambil seseorang yang dirinya suka.

Tapi tidak lama kemudian ototnya merileks dan senyuman tipis hadir di bibir Savero, senyuman yang memperlihatkan bahwa dirinya kecewa, kecewa pada semuanya. Padahal jika Ivy ingin sesuatu dirinya pasti akan senang hati mengabulkannya.

"Kalau begitu pergilah, bahagialah bersama ayahmu dan kuanggap hutang ayahmu sudah lunas."

Ivy tersentak, dirinya tidak rela meninggalkan Savero tapi jika tidak begini hubungan mereka hanya akan mengambang. Ivy berusaha keras tidak menatap Savero, hatinya terasa sangat berat meninggalkan orang yang disukainya.

"Aku akan menyuruh Justin mengantarmu, jangan lupa kemasi semua barangmu."

"No need to bother bro, aku akan mengantar princess sampai rumahnya dengan aman."

"Then, please make sure she comes home intact Vincenzo."

Vincenzo merasa puas melihat Savero yang menjadi rapuh tapi entah kenapa rasanya berbeda dari yang diharapkan. Rasanya sebagian kecil dari dirinya merasa tidak suka melihat Savero sedih. Tapi Vincenzo tetaplah Vincenzo, lelaki dengan segala ambisi dan egonya yang tinggi membuatnya mampu tersenyum remeh dihadapan kakak tirinya.

Sedangkan Ivy menatap Savero dengan tidak percaya, tapi dirinya tidak bisa protes karena itu konsekuensinya berbohong pada Savero. Lalu, dirinya berjalan dengan lesu meninggalkan ruang kerja Savero.

•✠•❀•✠•

Sebelum keluar dari mansion itu, Ivy menyempatkan untuk memperhatikan sekali lagi tempat dirinya membuat kenangan manis bersama orang yang dia sukai serta apa saja yang telah dia lewati di tempat yang tadinya dia sebut rumah.

Bahkan sampai Ivy menginjakkan kakinya keluar dari mansion dengan kopernyapun Savero masih tetap tersenyum walaupun tatapan matanya menyiratkan luka disana. Savero berharap bahwa semua ini mimpi dan dia ingin segera terbangun dari mimpi buruk ini.

Sekarang Ivy sudah duduk di mobil Vincenzo, dirinya menatap Savero dari bilik kaca mobil Vincenzo, Ivy ingin mengingat wajah Savero selamanya. Dirinya ingin otaknya dengan jelas merekam setiap detik waktu yang telah dia habiskan dengan Savero selama ini.

Ivy hampir saja menyerah, dirinya hampir saja membuka pintu mobil Vincenzo dan kembali ke pelukan Savero secepatnya. Tetapi, Vincenzo telah mengunci mobilnya. Selesai sudah sekarang, Ivy merasa dirinya tidak akan lagi bertemu Savero dalam waktu yang sangat lama atau malah selamanya?

•✠•❀•✠•

Selepas mengantar kepergian Ivy, Savero langsung masuk ke dalam mansionnya tanpa berkata apa-apa. Dirinya duduk di taman belakang dengan pemandangan senja. Takdir benar-benar mempermainkannya, Savero merasa kehilangan Ivy adalah suatu ketidakadilan baginya. Karena tanpa disadari, Savero sudah mulai bergantung pada Ivy.

Disisi lain.....

"Seperti yang kuharapkan, wanita itu tidak akan mengganggu rencana lagi." ucap Eugene

"You crazy? Sempat-sempatnya tertawa saat melihat seseorang kehilangan cintanya." ucap Jacob terheran.

"Ini lucu asal kau tau saja, cinta benar-benar membuat seseorang menjadi lebih bodoh dari biasanya."

"Dan menurutmu menyenangkan mempermainkan orang yang lebih bodoh dari biasanya?"

"Of Course."

"Insane!"

"Aku jadi ingin jatuh cinta mendengarmu terus mengumpatiku hari ini."

"Then just try it!"

"Sayangnya aku belum diijinkan untuk jatuh cinta."

"Perkataanmu itu membuatku mual."

"Diam dan perhatikan saja Jacob, sebagai gantinya akan kubuat takdir wanita itu menjadi happy ending."

"Aku memegang segala ucapanmu."

Love Accident - YOONIU [BTS x IU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang