Sudah satu bulan berlalu sejak Ivy pergi dari hidup Savero. Dunia Savero yang mulai berwarna sejak Ivy datang jadi kembali abu-abu seperti semula.
Pria itu berusaha mengabaikan rasa rindu yang terus hinggap di hatinya dengan bekerja lebih lama dari biasanya. Bisa dikatakan Savero jadi gila kerja semenjak kepergian Ivy bahkan insomnianya jadi semakin parah.
Rose juga jadi sangat gencar untuk mendekatinya, benar-benar membuat kepalanya terasa seperti mau pecah saja. Wanita itu pasti akan mencari kesempatan kapanpun sampai Savero memberinya tugas ke luar kota demi kesehatan jiwanya.
Dibalik itu ada seseorang yang keadaanya lebih parah dari Savero, kantung matanya sudah menghitam dan kerutan di ujung matanya juga menandakan bahwa orang itu kelelahan. Yap, siapa lagi kalau bukan Jacob.
"S-savero, berhentilah bekerja satu hari saja, aku merasa kalau aku bisa mati kapan saja."
"Hm, istirahat 12 jam."
"Thank you god!!"
Jacob langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa lalu tidur pulas dengan sangat cepat, efek dari kelelahan. Savero duduk di kursi ruang kerjanya, masih menghadapi laptop untuk memantau beberapa pekerjaan yang penting menurutnya.
•✠•❀•✠•
Ivy sedang asik dengan pekerjaannya. Tadinya dia memang berniat untuk melanjutkan kuliahnya, tapi setelah dipikirkan lagi Ivy lebih memilih bekerja sebagai fotografer untuk membantu keuangan ayahnya.
Ayahnya sekarang hanya bekerja sebagai pegawai biasa di perusahaan lain, memang sejak Ivy kembali ayahnya memutuskan untuk berhenti dari perusahaan milik Savero.
Ivy dan ayahnya hidup dengan sederhana dan lebih bahagia dari sebelumnya, seperti kehidupan yang diinginkan Ivy sejak lama. Berlibur ke pantai saat liburan, sarapan dan makan malam bersama, tidak lupa saling mengucapkan selamat tidur.
Seperti pagi ini, dia dan ayahnya sudah selesai sarapan bersama lalu keduanya bersiap untuk pergi bekerja. Keduanya benar-benar menikmati pekerjaan mereka masing-masing.
"Ivy duluan ya yah, sampai jumpa nanti malam, I love you!!"
"Jangan lupa makan siangmu."
"Siap!!"
Ivy berlari keluar rumah karena dirinya sudah hampir telat menuju lokasi yang ditentukan oleh kliennya. Ivy menaiki bus untuk pergi ke lokasi, dia tidak begitu suka menaiki mobil karena itu akan mengingatkannya pada seseorang yang masih mengisi hatinya sampai detik ini.
Saat Ivy sampai di sebuah cafe di dekat lokasi tempat tujuannya, dia tidak sengaja bertemu dengan June. Dia tentu saja menyapa June dengan hangat seperti biasanya.
"June!! Long time no see."
"Oh Ivy, aku tidak menyangka kita akan bertemu."
"Hahaha, kebetulan aku ada pekerjaan disini."
"Kupikir kau akan melanjutkan kuliahmu."
"Setelah kupikirkan lagi aku lebih memilih bekerja saja hehehe."
"Apa kau masih dekat dengan Jacob?"
"Jacob? Sudah tidak, why?"
"Ah tidak apa, kalau begitu aku pergi dulu, ada panggilan."
"Astaga maafkan aku, aku malah menahanmu disini."
"Hahaha tidak apa, aku pergi duluan Ivy."
"See you June!!!"
June tersenyum lalu berjalan menjauh dari pandangan Ivy dengan tergesa-gesa, sepertinya memang ada pekerjaan penting yang menunggunya.
Selang satu jam dari kepergian June tiba-tiba terdengar suara ledakan yang keras. Suaranya benar-benar keras sampai Ivy menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya.
Suara gaduh langsung menyambutnya ketika dia melepaskan kedua tangan dari telinganya. Dirinya ikut penasaran dengan apa yang terjadi tapi setelah menoleh ke belakang, matanya terbelalak kaget. Sebuah gedung terbakar dengan api yang sangat besar. Suara mobil pemadam kebakaran dan polisi juga ikut membuat suasana menjadi makin gaduh.
Ivy masih terlihat duduk diam sambil menyeruput lattenya, karena tidak mungkin sebuah gedung tiba-tiba kebakaran di pagi yang cerah ini. Apalagi dengan keadaan gedung yang masih sangat baik.
"Sure their behavior." gumam Ivy pelan dan bergeleng pelan mengingat kelakuan kekanak-kanakan seseorang yang tiba-tiba terputar di otaknya.
•✠•❀•✠•
"WHAT IS THIS?!!" sentak Vincenzo sambil memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut setelah menerima laporan bahwa salah satu gedung kesayangannya hancur.
"Who? Ah pasti dia." lanjut Vincenzo.
"Tapi Vin, ada yang aneh."
"What?"
"Dia sedang mengawasi perdagangannya dengan ketat."
"So? Bedebah mana yang berani melakukannya?!"
"I will find out." ucap Jimmy langsung pergi meninggalkan Vincenzo.
Bersamaan dengan terbakarnya gedung milik Vincenzo, berita serupa juga muncul. Berita tersebut berisi bahwa gedung apartemen yang dia ketahui dibawah kuasa kakaknya yang sedang dalam masa renovasi juga hancur diduga karena kesalahan teknis dalam pembangunan.
"Hah?! Siapa lagi ini yang menghancurkan gedung incaranku?"
"Ah hari ini benar-benar hari yang sial."
"I want to see brother's expression."
Vincenzo menyeringai membayangkan wajah Savero yang pasti sedang menahan amarahnya, pasti menyenangkan.
"Vincenzo?!!"
Ruang kerja Vincenzo dibuka dengan kasar oleh kekasihnya dengan tiba-tiba, juga teriakannya yang memanggil Vincenzo membuat kepalanya semakin berdenyut saja.
"Ssstt jangan berisik!"
"So-sorry, you ok?"
"No."
"Aku sudah mendengar beritanya, kau pasti sangat pusing."
"Hm."
Joanne berjalan mendekat tepat dibelakang kursi Vincenzo, dirinya memijat kepala Vincenzo dengan lembut. Sedangkan Vincenzo diam saja menikmati tangan Joanne yang memijat kepalanya, kepala Vincenzo terasa tidak sesakit tadi berkat Joanne.
"Bukannya kau mau bertemu dengan Ivy nanti? Why you here?"
"Kau lebih penting."
Vincenzo tersenyum kecil mendengar jawaban Joanne, terdengar manis memang tapi Vincenzo tidak terlalu mempercayainya.
"Jimmy bilang yang ini bukan Savero."
"Ya begitulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Accident - YOONIU [BTS x IU]
Fanfiction"He's smart about work, but when it comes to matters of the heart, he's just like an idiot." [TAMAT] - Ada sedikit bahasa inggris dan italia (yang italia nanti ada terjemahannya)